webnovel

Dear Love...

Karena kita tidak ditakdirkan untuk menjadi kebetulan semata- Dear Love

Cenars_ · Urbain
Pas assez d’évaluations
114 Chs

ICE CREAM

Sesuai rencana yang telah disepakati bahwa hari ini mereka bertiga akan membereskan studio milik In Su. Sebelumnya mereka sudah membersihkan studio dan memindahkan barang-barang yang sudah di beli In Su kemarin, tapi mereka belum menata barang-barang tersebut, dan alat-alat untuk musik yang In Su beli baru datang kemarin, jadi hari ini kerjaan mereka hanya menata barang dan memasang alat-alat.

In Su sudah masuk ke dalam studio. Tapi sebelum melanjutkan langkahnya lebih lagi, In Su mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Ia pun memasang kain panjang yang tadi ia keluarkan di kepalanya, lalu berdiri tegap dengan kedua tanganya berada di pinggang.

"baiklah, aku siap berperang" ucapnya bak tentara yang akan berperang.

Baru saja mengatakan hal itu, In Su merasakan sakit di kakinya akibat ditendang oleh seseorang.

"tidak usah banyak gaya, minggir sana" Ucap Dara yang langsung masuk setelah menendang kaki In Su tadi.

Miyuki dan Devano yang ada di belakang Dara ikut masuk. Saat melewati In Su, Miyuki menyempatkan diri untuk meledek laki-laki tersebut dan segera masuk. In Su yang melihat itu hanya menggerutu kesal. Hari ini Devano bersedia membantu karena katanya ia sedang tidak ada kerjaan, yang tentu saja disambut bahagia oleh In Su, karena semakin banyak orang akan lebih cepat.

Tugas sudah dibagikan, maka mereka mulai mengerjakan tugas mereka masing-masing. Bagian untuk menata beberapa barang akan dilakukan oleh perempuan tentu saja, untuk beberapa barang yang dikira cukup berbahaya akan dilakukan oleh para laki-laki. Bagian pemasangan alat diserahkan pada In Su dan Devano tentu saja.

Setelah beberapa jam, akhirnya pekerjaan mereka selesai. Ke empat manusia berbeda gender itu sudah merebahkan dirinya di sofa yang akhirnya In Su beli walaupun mendapat gerutuan dari Dara. Miyuki menyenderkan kepalanya pada bahu Devano yang berada di sampingnya. Devano mengelus kepala Miyuki lembut sebelum ikut menyenderkan kepalanya pada kepala Miyuki yang berada di bahunya. Dara yang tanpa sengaja melihat adegan manis itu langsung mengalihkan pandangannya dan melihat In Su yang ada disebelahnya yang sudah menunjukan tampang geli.

"mereka sering seperti itu ?" tanya In Su saat melihat Dara juga menampilkan wajah geli setelah melihat adegan tadi.

"bahkan bisa lebih menggelikan" ucap Dara membuat In Su langsung menggeleng heran.

Dara memilih memeluk bantal sofa dan menenggelamkan kepalanya di bantal sofa tersebut. In Su yang melihat itu mengelus kepala Dara berharap dapat memberikan energi tambahan. Tapi lama kelamaan usapannya jadi lebih kencang membuat Dara kesal dan segera menyingkirkan tangan In Su dari kepalanya. Melihat tangan Dara yang tadi memukulnya membuat In Su terkejut. Ia pun menarik tangan Dara dan memastikan apa yang ia lihat tidak salah.

"tanganmu terluka" ucap In Su setelah memastikan apa yang dilihatnya benar.

Dara yang mendengar itu langsung menegapkan badanya dan melihat tanganya sendiri.

"Ahh, pantas saja perih"

Melihat tanggapan Dara, In Su menganga tak percaya, hanya seperti itu tanggapanya ?

"hanya itu tanggapan mu ?"

Dara hanya tertawa melihat ekspresi In Su yang menurutnya berlebihan.

"hanya luka goresan hyung, tidak usah berlebihan, akan ku obati setelah sampai dirumah" ucap Dara menenangkan.

In Su langsung menarik tangan Dara dan membawanya ke parkiran mobil. In Su lupa membeli kotak kesehatan dan mengingat sepertinya ada di mobil, karena setiap mobil setidaknya harus ada satu kotak itu. In Su membuka pintu belakang mobil dan benar saja, ia menemukan kotak yang dicarinya tadi. Ia menyuruh Dara untuk duduk di belakang mobil yang pintunya sudah dibuka dan mulai mengobati Dara.

Melihat In Su yang serius walaupun diselingi dengan ocehan, Dara merasa senang dengan perlakuan laki-laki dihadapannya tersebut. Dara terus memperhatikan setiap pergerakan In Su yang tentunya terus membuatnya tersenyum.

-------------------

"sesuai janji, ayo aku teraktir makan" In Su dengan semangat mengajak mereka makan.

Miyuki dan Devano saling melirik seperti ada sesuatu dan itu disadari oleh Dara.

"Makannya lain kali aja ya, aku sudah ada janji lain" ijin Devano yang membuat In Su yang tadinya semangat jadi lemas.

"iya, lain kali saja" Miyuki menambahkan, membuat In Su yang tadinya mau berbicara jadi merengut kesal.

Dara yang melihat itu hanya tertawa.

"kalau begitu lain kali saja, masih banyak waktu" ucap Dara menengahi.

In su yang mendengar itu terpaksa mengangguk setuju. Ia tidak bisa memaksa kalau mereka tidak mau diteraktir hari ini.

"ya sudah aku akan duluan, aku yang akan mengantar Miyuki, kalian pulang berdua saja" Ucap Devano langsung menarik Miyuki ke mobil.

In Su terlihat keheranan dengan apa yang terjadi dan Dara hanya tertawa.

"kenapa Miyuki harus pulang dengannya ?" tanya In Su masih keheranan.

"sudah jangan dipikirkan, ayo kita pulang" ajak Dara langsung berjalan ke arah mobil.

In Su mengikuti Dara dengan ia yang masih penasaran dengan apa yang terjadi.

Setelah berada di dalam mobil, Dara melihat sebuah pesan masuk di ponselnya yang berasal dari Miyuki. Pesannya berisi bahwa Miyuki meminta maaf dan ijin bahwa ia dan Devano akan jalan berdua. Dara yang membaca itu hanya tertawa. Ia sudah tau bahwa mereka ingin pergi berdua, jadi ia tidak kaget. Ia pun segera membalas pesan Miyuki.

In Su yang melihat Dara tidak kunjung memasang seat beltnya merengut sebal. Ia pun berinisiatif memasangkannya. In Su mendekati Dara dan segera menarik seat belt yang berada di samping bangku wanita itu. Dara yang baru saja menyelesaikan chatnya dengan Miyuki kaget saat melihat In Su yang berada dekat dengannya. Tanpa sadar Dara menahan nafasnya. In Su yang sadar sedang diperhatikan mempercepat pergerakannya dan melihat kearah Dara.

"Miyuki akan pulang terlambat?" Tanya In Susetelah kembali ke posisinya semula.

Dara yang masih terkejut akhirnya bisa menghembuskan nafasnya setelah In Su menjauh. Lalu Dara menjawab pertanyaan In Su dengan anggukan.

In Su tidak terlalu peka dengan apa yang terjadi segera melajukan mobilnya dan meninggalkan parkiran tersebut.

------------

Karena masih cukup sore, Dara dan In Su memilih untuk makan di apartemen In Su dan menonton film. Mereka sudah membeli makanannya. Setelah masuk ke apartemen, Dara langsung merebahkan dirinya diatas sofa. In Su yang melihat itu segera meletakan plastik makanan yang tadi mereka beli dan menghampiri Dara. Ia menendang kaki Dara agar wanita itu segera bangun.

"ayo makan dulu"

Setelah cukup puas menganggu ditambah Dara yang sudah duduk dan menatap In Su sinis, laki-laki itu segera membuka makanan yang mereka pesan dan meletakannya dimeja makan. Dara menyambut dengan senang dan mulai menyantap hidangan yang ada didepannya.

"hari ini kita mau nonton apa ?" tanya Dara yang sudah membuka ponselnya siap untuk mencari film yang akan mereka tonton.

" apa kau mau menonton film romance ?" tanya In Su dengan nada meledek.

Dara langsung melihat kearah In Su sebal.

"bukannya romantis, malah menyebalkan jika menontonnya bersamamu, yang lain"

In Su merengut sebal melihat tanggapan dari Dara. Memangnya kenapa menonton film romance dengannya.

"ahh, ada film horor baru, mau menonton ini saja ?" tanya Dara dan menunjukan ponselnya dimana judul dan sinopsis film terpampang disana.

In Su membacanya sekilas dan menganggukan kepalanya.

"tapi kau tidak apa-apa menonton film ini ?" tanya In Su, setaunya Dara memang tidak bisa menonton horor, tapi suka sekali menonton jika film itu riviewnya bagis dan sedang banyak dibicarakan.

Dara menjawab dengan menggeleng sambil terus fokus membaca sinopsis film tersebut.

"jangan salahkan aku jika kau tidak bisa tidur"

Setelah menyelesaikan makan malam mereka, Dara langsung pergi keruang tamu untuk menyiapkan semua keperluan yang digunakan untuk menonton film. In Su yang baru keluar dari kamarnya melemparkan sebuah selimut yang mendarat tepat diatas kepala Dara. Dengan sebal, Dara menarik selimut itu dan menatap sinis In Su.

Setelah semua siap, Dara langsung mencari tempat ternyaman, disusul dengan In Su yang duduk disebelahnya.

"hyung, matikan lampunya" suruh Dara

"jangan macam-macam padaku" In Su menjauh dari Dara dan menyilangkan tanganya didepan dada.

Dara yang mengerti langsung menepuk pundak In Su.

"kau mau aku pukul lebih keras? Cepat matikan" kesal Dara yang malah di tanggapi dengan kekehan dari In Su.

In Su pun beranjak dari duduknya. Sebelum mematikan lampu, ia mengambil sesuatu didapur. Ia berjalan untuk mematikan lampu dan segera kembali dan duduk disebelah Dara.

"nih, untuk menemani menonton film" ucap In Su memberikan 1 buah cup pada Dara.

Dara yang menerima pemberian dari In Su menjadi keheranan.

"sejak kapan menonton film horor ditemani ice cream hyung?" tanya Dara heran.

"sudah makan saja, ayo kita mulai"

In Su menekan tombol play dan film pun segera dimulai. Selama pemutaran film, tentu saja In Su duduk santai menikmati ice cream digenggamannya, tetapi tangannya terus ditarik oleh dara yang ketakutan. Mau tidak mau, In Su jadi memperhatikan Dara yang lebih sering menutup matanya.

"sudah kubilang jangan menontonnya" bisik In Su pada Dara yang kini sudah memeluk lenganya.

Dara yang sebal menutup mulut In Su dengan tanganya, membuat In Su malah tertawa. In Su kembali fokus pada film yang sedang diputar. Tapi lagi-lagi fokusnya terbagi, ia jadi lebih fokus pada wanita yang memeluk tanganya tersebut. Melihat Dara yang malah menutup mata dengan lengannya, membuat ide muncul dikepala In Su. Sebuah adegan di mana setannya akan muncul, membuat Dara tidak berani melihat ke layar.

"apakah setannya muncul ?" tanya Dara memastikan.

"sudah, kau bisa melihatnya sekarang" ucap In Su dengan menahan tawanya.

Saat Dara mulai menatap layar dihadapnnya, bersamaan dengan sesosok hantu muncul dilayar tersebut. Dara langsung teriak ketakutan membuat In Su tertawa karena berhasil mengerjai Dara.

Film selesai, tapi Dara masih terus memeluk lengan In Su dan menyembunyikan wajahnya. Dara terlihat gemetaran karena ketakutan.

"Dara, filmnya sudah selesai, bisakah kau melepaskan tanganku?" tanya In Su.

Dara langsung melepaskan tangan In Su dan segera beranjak, ia mengambil tasnya dan akan pergi ke arah pintu. In Su yang kebingungan berusaha menghentikan Dara.

"kau mau kemana ?" tanya In Su setelah ia berhasil menahan langkah Dara.

"Pulang" ucap Dara sebal dan menghentakan tanganya untuk melepaskan tangan In Su yang menggenggamnya.

"kau marah?" Tanya In Su bingung.

Dara menggelengkan kepalanya dan melanjutkan langkahnya yang tadi terhenti.

"Kau berani sendirian di apartemen ?" tanya In Su yang membuat Dara mengehntikan langkahnya.

Benar juga, jika ia pulang sekarang, maka ia akan sendirian dirumah. Miyuki juga tidak tau kapan akan pulang. Merasa berhasil mengehentikan Dara, In Su hanya tersenyum dan mulai mendekati Dara.

"aku minta maaf soal tadi. Kau juga tidak berani menonton malah mengajakku menonton film itu" In Su mengelus kepala Dara yang kini tidak ditanggapi apapun oleh Dara.

"sudah, lebih baik kau disini dulu, tunggu sampai Miyuki pulang" In Su membalikan badannya dan mulai menyalakan lampu yang tadi belum sempat dinyalakan.

Dara berpikir sejenak.

"lebih baik aku menunggu di cafe, aku pergi hyung" ijin Dara dan langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari In Su.

In Su yang berniat menghentikan Dara hanya terdiam.

"apakah dia benar-benar marah ?" tanya In Su pada dirinya sendiri.

Dara benar-benar pergi ke cafe yang ada di dekat apartemen mereka. Dara memesan minuman dan satu kue yang sekiranya dapat menenangkannya. Ia pun memilih tempat duduk yang berada di dekat kaca yang dikhususkan untuk dua orang. Setelah duduk, Dara memegang dadanya karena detak jantungnya yang tidak beraturan dari tadi.

"kenapa kau berdetak cepat sekali, aku hanya memeluk tangan In Su karena ketakutan, tapi kau bereaksi berlebihan" monolognya.

Sebenanrnya, Dara memilih pergi bukan hanya karena kesal setelah In Su mengerjainya tadi, tapi detak jantungnya yang membuatnya lebih memilih pergi saja. Hanya karena perlakuan manis In Su hari ini, jantungnya berdebar cepat membuatnya tidak bisa menatap In Su dulu, walaupun ditambah sebal juga karena ia harus melihat hantu karena perbuatan In Su. Dara pun melihat ponselnya dan mengirim pesan pada Miyuki menanyakan kapan wanita itu akan kembali. Saat sedang mengetik pesanya, namanya dipanggil. Dara masih sibuk dengan ponselnya, hingga seseorang datang dan mengantarkan nampan berupa pesanan Dara. Wanita itu mengucapkan terimakasih dan terus fokus pada ponselnya.

"dan ini ice cream gratis untukmu" ucap orang yang tadi mengantar nampannya yang suaranya sudah sangat Dara kenal.

Dara pun mendongakan kepalanya dan melihat In Su yang sudah berdiri disampingnya.

"kenapa kau disini ?" tanya Dara bingung.

In Su langsung duduk didepan Dara dan mengambil minuman yang sudah wanita itu pesan.

"memang tidak boleh ?" tanya In Su.

Dara hanya menanggapi tak acuh dan kembali fokus pada ponselnya.

"kau benar-benar marah ?" tanya In Su tapi tidak ada tanggapan dari Dara.

Karena kesal tidak ditanggapi, In Su mengambil ponsel Dara dan meletakan ice cream yang tadi ia bawa.

"makan ini" perintah In Su.

Dara yang tadinya akan protes karena ponselnya diambil memilih untuk menahannya dan segera memakan ice cream yang tadi diberikan oleh In Su.

"kau tidak benar-benar marah kan ?" tanya In Su memastikan lagi.

Dara yang sudah sebal ditanya seperti itu terus meletakan ice cream yang tadi ia genggam dan menatap In Su heran.

"sebenarnya kenapa kau bertanya padaku apakah aku marah atau tidak ?" tanya Dara

"karena aku mengerjaimu tadi" jawab In Su jadi sedikit ciut karena ditatap oleh Dara.

"lalu apa aku harus marah ?" tanya Dara lagi.

In Su mengangguk.

"melihat responmu tadi, aku pikir kau berhak marah"

"lalu jika aku marah, apa yang akan kau lakukan ?" tanya Dara memastikan.

"aku hanya perlu mentraktirmu agar kau tidak marah" In Su mengatakan sambil tertawa yang entah karena terlalu lelah atau karena sebal, menurut Dara kata-katanya seperti memudahkan sesuatu.

"aku tidak perlu kau teraktir, aku juga tidak marah, jadi jangan menggangguku lagi" ucap Dara sebal dan beranjak dari bangkunya setelah berhasil merebut ponselnya dari genggaman In Su.

In Su kembali menatap kepergian Dara dengan terdiam. Bingung dengan apa yang sedang terjadi.

"sebenarnya ada apa dengan dia? Kadang bisa semanis ice cream dan kadang bisa seseram film horor" In Su menggelengkan kepalanya tidak mengerti.

Dara yang sudah keluar dari cafe berjalan dengan cepat dan terus memegang dadanya yang sudah berdetak cepat kembali.

"Melihatnya lagi membuat jantungku berdegup lebih kencang, padahal tadi sudah baik-baik saja. Ayolah jangan seperti ini" Keluh Dara pada dirinya.