webnovel

Dear Love...

Karena kita tidak ditakdirkan untuk menjadi kebetulan semata- Dear Love

Cenars_ · Urban
Not enough ratings
114 Chs

The Man

Seperti pagi-pagi sebelumnya, In Su kini sudah berada di apartemen Dara dan Miyuki untuk sarapan bersama. Hari ini juga mereka akan pergi untuk mencari studio yang akan In Su gunakan untuk menciptakan beberapa karyanya. Sudah ada beberapa pilihan yang In Su punya dan sudah membuat janji, jadi mereka tinggal datang ketempatnya. Jika akan bepergian ketempat tertentu, mereka akan menyewa mobil karena akan lebih irit dan tidak perlu ribet dan menunggu terlalu lama. In Su sendiri mencari tempat yang tidak terlalu jauh dari apartemen.

Setelah menyelesaikan sarapan, mereka pun segera bergegas. Tentu yang mengendarai mobil kali ini Dara, karena ia yang lebih mengenal jalan di kota itu. Sementara Miyuki ia tidak bisa mengendarai mobil. In Su duduk di samping Dara untuk memberikan arahan, walaupun Dara lebih kenal dengan jalannya, tapi Dara tidak tau tempatnya, jadi ia masih membutuhkan arahan.

Mereka sudah sampai di tempat pertama, In Su masuk dan langsung bertemu dengan orang yang sudah membuat janji dengannya. Dara dan Miyuki juga ikut masuk untuk melihat studio tersebut. Setelah berbicara dan berdiskusi, mereka pun ijin untuk pamit pergi dan akan menghubungi jika mereka tertarik. Begitu juga di beberapa tempat yang sudah mereka kunjungi. In Su masih menimbang-nimbang studio mana yang akan ia pilih. Tetapi karena ia sudah sangat lapar mengingat jam juga sudah lewat dari jam makan siang, maka In Su mengajak kedua perempuan kesayangnnya untuk makan dulu.

" aku tidak bisa berpikir sekarang, ayo kita makan dulu " ucap In Su yang baru saja keluar dari tempat studio terakhir yang mereka kunjungi.

Dara dan Miyuki yang mendengar itu hanya meledek. In Su memang tidak bisa kelaparan. Mereka pun memilih untuk mencari makan dengan berjalan kaki. Setelah menemukan tempat dimana mereka akan makan, mereka pun masuk dan mulai memesan. Sambil menunggu makanan, mereka mulai mendiskusikan studio mana yang akan dipilih.

" aku sebenarnya tertarik dengan yang pertama. Tempat itu lebih dekat dari apartemen, tapi tempatnya terlalu kecil " Ucap In Su memulai.

" memang kau butuh sebesar apa ? " tanya Miyuki.

"tidak terlalu besar juga, tapi tempat tadi benar-benar terlalu kecil" ucap In Su menjelaskan.

"Yang terakhir tadi bagaimana ?" tanya Dara.

"Yang terakhir tadi jika dilihat dan dicocokan dengan harganya, itu terlalu mahal" jawab In Su.

"wah, kau sudah jatuh miskin hyung ?" ledek Miyuki membuat In Su ingin melemparkan sesuatu tetapi tidak ada yang bisa ia lempar. Sementara Miyuki hanya tertawa melihat In Su seperti itu.

"Aku tidak akan pernah miskin"

Kini Miyuki yang ingin sekali melemparkan barang ke In Su.

"Yang dekat stasiun tadi, aku pikir itu lumayan untuk harga dan tempat" saran Dara membuat In Su sedikit berpikir.

"untuk tempat memang lebih besar sedikit dari perkiraanku, tapi sebenarnya memang cukup enak, dan harganya juga sesuai dengan budget yang aku perkirakan. Apa aku mengambil itu saja ?" In Su meminta saran.

Miyuki dan Dara berpikir dan mengangguk bersamaan.

"jika kau memang suka lebih baik disana, kau bisa menghubungi sekarang, itu akan lebih baik" Ucap Miyuki.

"ahhh nanti saja, aku ingin makan, kalian sudah membuat aku berpikir, sekarang biarkan aku makan, baru kita pergi mengurus studio" Ucap In Su langsung menikmati makanan yang baru saja tiba.

Miyuki melihat In Su kesal lalu mendekatkan dirinya pada Dara yang ada disampingnya yang juga menampilkan wajah kesal.

"padahal dia yang memulai, dia juga yang membutuhkan studio, kenapa kita yang dimarahin ?"

"aku menyesal membantunya hari ini" ucap Dara yang diangguki Miyuki.

" kenapa kalian bisik-bisik ? ayo cepat di makan, kita harus pergi untuk menyewa studio" Ucap In Su yang membuat Dara dan Miyuki menahan emosinya dan segera menikmati makanan mereka.

Setelah masalah penyewaan selesai, mereka pun membeli beberapa perlengkapan untuk diletakan di studio In Su. Semua barang untuk perlengkapan membuat musik sudah ia pesan dan akan diantarkan nanti, jadi hanya dekorasi dan perlengkapan lainnya yang sekiranya dibutuhkan.

Merekapun berkeliling mencari beberapa perlengkapan yang sudah tertulis di kertas. Sebelum masuk ke dalam toko, Dara dan Miyuki memaksa In Su untuk membuat daftar yang kira-kira ia butuhkan. Mereka tidak mau kasus belanja kemaren terjadi lagi.

Dara bertugas menceklis semua barang yang sudah dibeli sesuai dengan apa yang ada di kertas.

"hyung, kau benar-benar membutuhkan sofa ?" tanya Dara yang kaget melihat ada tertulis sofa disana.

"Iya, aku kan terkadang di studio sampai pagi, jadi membutuhkan sofa untuk tidur" angguk In Su yang sudah semangat jalan ke arah jejeran sofa berada.

Dara mengangguk lalu sedikit berpikir.

"lebih baik kasur kecil atau sofa hyung ?" tanya Dara lagi. Jika mengingat tempatnya dan In Su yang sendiri juga alasannya untuk istirahat, kenapa tidak kasur kecil sekalian.

"Sofa saja, agar ketika kalian datang kalian bisa duduk atau jika mau tidur di sofa juga tidak apa" ucap In Su meyakinkan yang diangguki setuju oleh Dara.

Dara sendiri merasa terharu karena In Su memikirkan kenyamanan untuk Miyuki dan dirinya. Saat asik melihat kertas sambil mengikuti In Su, Dara dikejutkan dengan In Su yang berhenti dan membalikan badan.

"Nah, ayo kita beli sofa ini" ucap In Su bersemangat sambil menunjuk sebuah sofa yang sangat familiar bagi Dara.

Setelah mengingat dimana ia pernah melihat sofa ini, Dara menahan kekesalnnya.

"bilang saja kau memang meninginginkan Sofa ini, tidak usah membawa namaku dan Miyuki" kesal Dara yang membuat In Su tertawa lalu segera mencoba sofa yang ia tunjuk tadi.

Bagaimana ia tidak kesal, Sofa yang In Su tunjuk tadi adalah Sofa yang ingin laki-laki itu beli saat mereka berdua belanja untuk kebutuhan In Su yang baru pindah waktu itu. Dara benar-benar harus berpikir dua kali untuk tetap mengidolakan In Su. Dara yang kesal langsung meninggalkan In Su yang masih mencoba sofa tersebut.

Setelah berbelanja, merekapun pulang. Barang-barang kecil yang sekiranya bisa mereka bawa akan disimpan dulu di apartemen In Su, sementara barang yang cukup besar dan berat akan di antar oleh toko esok harinya. Mereka tidak langsung merapihkan studio mengingat hari juga sudah cukup malam dan mereka yang kelelahan.

Mereka memasuki pintu masuk apartemen. Betapa terkejutnya Dara dan Miyuki saat melihat seseorang yang tidak asing berdiri dan melambaikan tangan ke arah mereka.

"kenapa laki-laki itu melambaikan tangan padaku ? aku jadi seram" bisik In Su pada Miyuki dan Dara yang berdiriri sedikit dibelakang mereka.

Dara yang memang sudah kesal dari tadi memukul pundak In Su sebal.

"lebih baik kau diam saja" ucap Dara membuat In Su mengerucutkan bibirnya kesal.

Miyuki sendiri masih mematung, kaget dengan apa yang dilihatnya. Sementara laki-laki yang tadi melambaikan tangannya mendekati mereka.

"Ka Devano, kok bisa ada disini ?" tanya Dara setelah laki-laki yang disebut Devano sudah berada tidak jauh dihadapan mereka. In Su terlihat kebingungan sementara Miyuki masih dengan posisinya.

"tentu saja bisa, aku tinggal naik mobil dan masuk kedalam, apa susahnya ?" tanya Devano membuat Dara tersenyum menahan kesal.

Devano lalu tertawa dan mengelus kepala Dara.

"Aku ingin mengunjungi kalian. Tadinya aku ingin langsung kesini setelah kembali, tapi masih ada beberapa keperluan jadi aku baru bisa mengujungi kalian" Ucap Devano yang diangguki Dara.

"Halo Miyuki, sudah lama tidak bertemu" Devano menyapa Miyuki yang membuat perempuan itu tersadar.

"halo kak, aku rindu padamu" ucap Miyuki yang langsung memeluk Devano membuat laki-laki itu sedikit terdorong, untungnya Devano masih sanggup menahan badannya dan Miyuki agar tidak terjatuh.

In Su yang sudah tidak tahan dengan rasa penasarannya mendekati Dara.

"dia siapa ?" Tanya In Su sambil menunjuk Devano dengan dagunya.

"Saudaraku" jawab Dara yang hanya disambut dengan anggukan dari In Su.

Setelah adegan pelukan seperti Drama dari Miyuki dan Devano, perempuan itu mengenalkan In Su.

"oh iya ka, dia In Su" Ucap Miyuki semangat mengenalkan In Su.

"Halo, saya Devano, maaf baru mengenalkan diri padamu" Ucap Devano sambil mengulurkan tanganya. In Su menyambut tangan Devano dan memperkenalkan dirinya.

"ahh, ayo kita masuk" Ajak Miyuki yang langsung menarik tangan Devano.

In Su yang melihatnya malah kebingungan sementara Dara menggelengkan kepalanya.

"kenapa dia sangat bersemangat, padahal tadi dia sudah mengeluh kelelahan membuat kupingku sakit" protes In Su.

"kau harus mempersiapkan diri untuk kejadian aneh lainnya setelah ini hyung" ucap Dara sedikit dramatis dan menepuk pundak In Su sebelum ia berjalan menuju tangga.

In Su malah semakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

"kenapa tidak menjelaskan dengan benar sih, jangan membuatku penasaran" ucap In Su sebal pada Dara yang sudah berjalan cukup jauh.

Dan disinilah mereka. Duduk di meja makan saling berhadapan. Tentu saja Miyuki tidak mau jauh-jauh dari Devano dan memilih duduk disampingnya. Didepan mereka ada Dara dan In Su yang sedang asik dengan minumannya dengan rasa penasaran yang belum terpecahkan.

"Pekerjaanmu kali ini sepertinya lebih cepat? biasanya bisa sampai 3 bulan" tanya Miyuki pada Devano yang diangguki oleh laki-laki itu.

"aku hanya mengawasi beberapa anak perusahaan saja, kali ini tidak ada masalah yang serius, jadi lebih cepat" jawab Devano yang diangguki oleh Miyuki.

"Kau sudah makan ?" tanya Dara

"sudah, tadi karena menunggu kalian cukup lama jadi aku makan dulu"

"Kau menunggu lama? kenapa tidak menelfon?" tanya Miyuki bingung.

"Aku sudah menghubungi kalian, tapi tidak diangkat " kesal Devano.

Miyuki lalu merutuki kebodohannya, ia baru ingat bahwa ponselnya mati.

"ponselku habis batre" sesal Miyuki membuat Devano menenangkannya dan mengelus kepalanya membuat Miyuki tersipu malu.

"lalu kau menghubungi Dara ?" tanya Miyuki.

Devano pun mengangguk.

"tentu saja, tapi aku sudah sangat hafal, dia pasti mematikan nada deringnya dan tidak akan melihat ponsel " Ucap Devano melihat Dara yang sudah tersenyum kearahnya.

" bahkan aku belum memegang ponselku hari ini ka " senyum Dara tidak enak.

Devano hanya tertawa. Ia pun sudah sangat tau kebiasaan dua perempuan itu, jadi dia juga tidak terlalu mempermasalahkannya. In Su yang benar-benar kebingungan jadi hanya terdiam memperhatikan mereka.

"In Su, apa kau betah tinggal disini ?" tanya Devano membuat In Su menatapnya.

"tentu saja, apalagi ada mereka. Sangat menyenangkan menggoda mereka " ucap In Su yang langsung mendapatkan tatapan dari Miyuki dan Dara. Sementara Devano hanya tertawa dan mengangguk setuju.

"aku setuju denganmu" lalu mereka berdua ber tos ria membuat kedua perempaun didekat mereka menatap sinis.

Di Minggu pagi, In Su sedang melihat ponselnya, menunggu dua perempuan yang sedang bersiap-siap. Ini kegiatan wajar In Su di minggu pagi. Dara yang melihat In Su sedang serius berniat mengagetkannya. Ia berjalan perlahan dan ingin menepuk pundak In Su. Namun dengan cepat In Su menggenggam tangan Dara yang malah membuat perempuan itu terkejut. In Su menarik tangan Dara dan membalikan badannya.

"mau apa kau ?" tanya In Su sambil terus memegang tangan Dara.

Dara yang mendapatkan perlakuan itu tiba-tiba hanya terdiam mematung. Tanpa disadari, wajah Dara sudah memerah karena perlakuan In Su.

" kenapa dengan wajahmu, kau tidak sakitkan ?" tanya In Su yang membuat Dara jadi malu dan kesal.

Dara menghentakan tangannya agar tangan In Su terlepas. In Su masih kebingungan dan terus menatap Dara.

" kenapa kau melihatku seperti itu ?" tanya Dara jadi semakin salah tingkah.

" kau benar-benar tidak apa-apa? kau tidak sakit kan? apa kau kurang tidur karena menonton drama lagi? " Tanya In Su bertubi-tubi.

Dara sedikit bernafas lega walaupun sedikit kesal. In Su sepertinya tidak terlalu peka dengan urusan perasaan.

"sudah ayo kita turun, kita sarapan di cafe saja" ajak Dara yang langsung menuju rak sepatu.

"eh kenapa kita duluan, kita tidak menunggu Miyuki ?" Tanya In Su aneh.

"jika kau ingin menunggunya dan melewatkan sarapanmu silahkan, aku akan turun" ucap Dara yang sudah siap keluar.

Walaupun masih kebingungan dengan maksud Dara, In Su tetap mengikuti perempuan itu. Untuk makanan, ia tidak bisa menundanya.

Setelah memesan minuman dan roti untuk sarapan mereka. Mereka pun duduk di meja panjang yang menghadap ke sebuah kaca besar yang menampilkan pemandangan diluar cafe.

"sebenarnya kenapa kita meninggalkan Miyuki dan sarapan duluan ?" tanya In Su yang sudah sangat penasaran.

"Ini akan terjadi selama beberapa minggu, selama Ka Devano masih ada disini" ucap Dara.

In Su yang masih tidak mengerti hanya menunjukan ekspresinya membuat Dara tersenyum.

"Miyuki menyukai Ka Devano, dan dia akan berdandan cukup lama karena akan bertemu Ka Deva di gereja. Ini bukan hal aneh" ucap Dara.

In Su baru saja ingin berbicara namun namanya dipanggil bertanda pesanan mereka sudah jadi. Dara sudah akan turun dari bangkunya untuk mengambil pesanan.

"Biar aku saja" In Su menahan Dara dan segera pergi mengambil pesanannya.

In Su segera kembali dan meletakan makanan sesuai yang mereka pesan.

"Tapi saat aku kesini sebelum aku pindah, dia tidak seperti itu ?" tanya In Su heran.

"saat itu, ka Deva sedang berada di luar, jadi kau tidak melihat betapa excitednya seorang Miyuki saat akan bertemu ka Deva " Jelas Dara.

In Su pun mengangguk mengerti.

"jika dilihat-lihat, mereka sangat cocok." ucap In Su lalu menikmati makanannya.

Dara yang mendengar itu hanya tersenyum dan mengangguk. Dia sangat setuju jika mereka cocok. In Su melihat ada yang berbeda dengan senyuman Dara.

"rasanya lucu jika ada wanita yang menyukaiku sampai se excited itu." ucap In Su asal.

Dara hanya tertawa mendengarnya.

"fansmu sangat banyak yang seperti hyung."

"kau juga kan fansku. Apa kau juga akan seperti itu ?" tanya In Su.

"apakah kau lihat aku pernah seniat itu hyung ?" tanya Dara yang membuat In Su menggeleng.

"kau sepertinya lebih suka wanita yang ekspresif hyung. Wanita yang cantik dan pintar make up" tebak Dara. In Su langsung menggeleng mendengarnya.

"aku bilang wanita yang excited bukan yang pintar make up. Aku lebih suka wanita yang natural. Maksudku yang memperlihatkan wajahnya bukan hanya saat make up, tapi wajah polosnya, seperti saat ia baru bangun tidur. Itu sangat lucu dan menurutku itu yang dibutuhkan hubungan. Bukan yang palsu yang ditunjukan, jadi tidak menjadi masalah kedepannya hanya karena ke palsuan itu" In Su tersenyum ke arah Dara membuat wanita itu hanya mengangguk.

"seperti kita sekarang. Aku sudah sangat tau wajah dan kelakuan mu. Jadi itu tidak membuat ku kaget jika nantinya kita pacaran." In Su tertawa membayangkan.

Jika In Su tertawa, maka tanggapan berbeda diberikan oleh Dara. Dia benar-benar menghentikan semua kegiatannya yang tadi sedang menikmati minuman dihadapnnya. Oke, Dara benar-benar seperti patung sekarang.