webnovel

Dear, Husband. I Love You.

Alyssa Saufika Naraya, terjebak menikah dengan Mario Raditya Amora, putra dari sahabat orang tuanya. Ketika kedua orang tuanya meninggal, kedua orang tua Rio menikahkan dengan putra mereka. Lalu apa jadinya jika hanya sakit hati yang Ify terima selama pernikahannya? Rio bahkan masih berhubungan baik dengan kekasihnya ketika mereka sudah menikah. Dan Ify, sudah mencintai suaminya walau kesakitan yang setia hari ia dapatkan. Akan kah Ify bertahan? Akan kah Rio mencintai Ify? *WARNING* CERITA INI MENGANDUNG BAWANG! Siapkan tisu kalian sebelum membaca. Nangis, senyum senyum sendiri, baper adalah gejala ketika kalian membaca cerita ini. Awas jangan baper! Cerita ini tidak di peruntukan untuk jomblo. Segala kebaperan yang kalian rasakan. Penulis tidak bertanggung jawab. Tapi jika kalian pernasaran silahkan mampir. Aku akan dengan senang hati mengatakan, Terimakasih banyak sudah membaca. * Dear, Husband. I Love You : 2014 Re-publish Web Novel : 05 Maret 2021 Written by : Siska Friestiani

Siskafriestianii · Urbain
Pas assez d’évaluations
346 Chs

Kerumah Mama

Written by : Siska Friestiani

Dear Husband, I Love You : 2021

Publish Web Novel : 13 April 2021

Instagram : Siskahaling

*siskahaling*

Rio membukakan pintu mobil untuk Ify, mengambil alih paper bag dengan logo toko roti terkenal begitu Ify keluar.

"Udah semua sayang? Nggak ada yang ketinggalan?" tanya Rio. Ify kembali memeriksa mobil, lalu mengangguk.

"Udah semua kok" jawab Ify kemudian.

Rio mengangguk, lalu merengkuh pinggang Ify sebelum akhirnya melangkah masuk kedalam rumah orang tuanya.

Ruang tamu sudah ramai begitu Ify dan Rio masuk. Beberapa sudah berkumpul. Manda yang pertama kali menyadari kedatangan mereka.

"Akhirnya kalian datang juga" Manda berdiri menyambut anak dan menantunya itu. Lalu memeluk Ify dan Rio secara bergantian.

"Mama apa kabar?" tanya Ify setelah pelukan mereka terlepas.

"Alhamdulillah, Mama baik sayang" jawab Manda.

Dibelakang, Zeth datang menyusul istrinya.

"Boy" sapa Zeth ke Rio. Lalu memeluk putranya ala pelukan laki-laki.

"Ayo duduk, yang lain udah pada kumpul" ajak Manda. Rio teringat ia membawa sesuatu untuk Manda.

"Ini, Ma. Ify bawain brownies kesukaan Mama" ucap Rio menyerahkan paper bag yang ia bawa kepada Manda.

"Wahhh, makasih sayang" Manda menerima dengan senang hati. "Tau aja kesukaan Mama" ucap Manda melanjutkan.

"Ayo duduk, biar Bi Imah bikinin kalian minum sekalian nyiapin brownies-nya" ajak Manda, menghela Rio dan Ify untuk ke sofa

"Bi, buatin Rio sama Ify minum ya. Sekalian pindahin brownies-nya ke piring biar di makan sama anak-anak" pinta Manda. Bi Imah mengangguk.

"Om Rioooooo" baru saja Rio mendudukkan tubuhnya di sofa. Citra datang, memeluk kaki jenjangnya.

"Om Rio kok lama, Citra udah nungguin dari tadi tau" adu Citra menggoyang-goyangkan tubuhnya yang memeluk kaki Rio. Rio tersenyum, lalu membawa Citra ke pangkuannya. Gadis kecil ini memang paling dekat dengan dirinya dari pada keponakannya yang lain.

"Cokelat Citra mana?" tagih Citra mengulurkan tangannya ke Rio.

"Minta aja sama Tante Ify" suruh Rio sembari melirik istrinya yang sedang tersenyum menatapnya.

"Tante cantik?" panggil Citra, tubuhnya menggeliat mencoba melepaskan kukungan lengan Rio di tubuh mungilnya.

"Iya sayang?" jawab Ify tersenyum.

"Ihh, Om Rio, lepas dulu! Citra mau di pangku Tante cantik" Citra masih berusaha memberontak di kukungan Rio.

"Nggak mau sama Om Rio aja?"

"Ndak mau, Om Rio ndak punya cokelat" jawab Citra jujur. Rio terbahak mendengarnya. Lalu memindahkan Citra kepangkuan istrinya. Untuk anak usia 5 tahun, Citra termasuk anak yang cerdas. Bahkan bicaranya tidak cadel lagi.

"Tante cantik, cokelat Citra mana?"

"Citra, jangan ganggu Tante Ify sayang. Tante-nya capek baru juga sampai udah dimintain cokelat" Hanum datang membawa minuman dan brownies yang tadi Rio dan Ify bawa. Lalu meletakkannya di meja sofa.

"Nggak papa, Mbak. Ify seneng kok" jawab Ify lalu memberikan sekotak cokelat ke Citra.

"Citra bilang apa sama Tante Ify,"

"Makasih Tante cantik"

"Sama-sama sayang" jawab Ify lalu menubit hidung Citra gemas.

"Bi Imah mana, Han. Kok kamu yang anter minumnya?" tanya Manda.

"Bi Imah di dapur, Tan. Karena kebetulan aku mau kedepan jadi sekalian aku yang bawa" jawab Hanum yang sudah duduk disebelah Edgar, suaminya.

"Yang lain mana, Ma? Belum pada datang?" tanya Rio. Tangannya tak tinggal diam, ikut mengusap pinggang istrinya. Sedangkan Ify masih asik mengupaskan cokelat untuk Citra.

"Rendra sama Sari nggak bisa datang karena Rendra ada pekerjaan di luar kota" jawab Manda.

"Kalau Reza sama Oci mereka di kamar. Oci lagi lemes badannya karena lagi hamil trimester pertama. Masih sering mual. Jadi Mama suruh istirahat aja di kamar" tambah Manda. Rio mengangguk saja.

"Om?" panggil Citra di tengah obrolan.

"Kenapa, Hmm? tanya Rio.

"Citra mau itu" tunjuk Citra ke arah brownies yang ada di meja. Rio pun langsung mengambilkannya.

"Makasih Om" Rio mengangguk sambil mengecup puncak kepala Citra.

"Kalau kamu gimana Fy?" Hanum tiba-tiba menyela "Udah isi belum? Udah mau tujuh bulan kan pernikahan kalian?"

Degh...

Ify tertegun mendengar pertanyaan Hanum.

"Kalau aku sebulan pernikahan udah hamil Citra" tambah Hanum lagi.

Ify sudah membuka mulut untuk menjawab, namun kalah cepat karena Rio sudah menyela duluan.

"Aku sama Ify sih mau pacaran dulu aja" jawab Rio sambil mengecup puncak kepala istrinya.

"Kalau soal anak itu urusan sama yang ngasih rezeki. Kalau belum di kasih ya Alhamdulillah berarti aku sama Ify disuruh pacaran dulu. Kalau udah waktunya ntar juga dikasih" jawab Rio tenang. Namun matanya menyorot Hanum tajam. Hanum jadi kikuk sendiri.

"Santai aja, Yo. Papa dulu waktu dapat kamu juga di tahun kedua pernikahan" Zeth ikut bicara ketika dari tadi memilih diam.

"Lagian setelah ada kamu sama Oci malah Papa sering di nomor duakan sama Mama" sindir Zeth. Manda mendengus.

"Udah tua, ingat umur, Pa" ucap Manda yang mengundang gelak tawa Rio dan Edgar.

Seketika Rio melirik istrinya yang sedang termenung. Tersenyum, lalu membisikkan sesuatu "Jangan di pikirin sayang. Malam nanti kita mulai program Baby-nya ya" yang di hadiahi cubitan pedas dipinggang oleh istrinya.

*siskahaling*

Ify membantu Manda menyiapkan makan malam di meja makan. Menyusun satu persatu makanan yang Bi Imah bawa dari dapur.

"Fy" panggil Manda di sela kegiatannya, mengambil semangkok sup jagung dari tangan Bi Imah.

"Iya, Ma?" jawab Ify mengehentikan sejenak kegiatannya.

"Jangan terlalu di fikirkan soal anak yang datangnya terlambat di rumah tangga kalian ya" Manda kini menatap Ify dengan tatapan menenangkan.

Ify tersenyum, ternyata Manda mengkhawatirkan dirinya mengenai anak. Lagi pula Ify memang tidak begitu memikirkannya. Karena Ia dan Rio bahkan belum melakukan-nya sampai sekarang.

"Papa tadi juga udah bilang kan, kalau Rio ada ketika usia pernikahan Mama sama Papa masuk tahun kedua" ucap Manda lagi.

"Mama tenang aja Ma" Ify gantian menatap Manda dengan sorot mata menenangkan.

"Ify sama Rio nggak terlalu mempermasalahkan itu. Lagi pula seperti yang Rio bilang tadi, terserah sama pemberi rezeki aja. Kalau udah waktunya pasti nanti dikasih"

Manda menghela nafas lega mendengarnya.

"Mama? Mbak Ify?" panggil Oci yang baru datang dengan dress kuning pucat berlengan panjang. Mengalihkan perhatian Ify dan Manda.

"Udah enakan, Nak?" tanya Manda. Oci mengangguk, walaupun wajahnya terlihat agak pucat.

"Kenapa nggak istirahat aja? Ada Mama sama Mbak Ify yang nyiapin makan malam" Manda menarik kursi untuk putri bungsunya. Lalu menghela Oci untuk duduk.

"Capek Ma tiduran terus. Malah bikin badan Oci pegal semua" keluhnya. Manda terkekeh.

"Mbak Ify, maaf ya Oci baru sempat nyapa" Ify mengangguk.

"Nggak papa, Ci. Mbak ngerti kok"

"Ya sudah, kamu duduk aja. Biar Mama sama Mbak Ify yang ngerjain ini" Manda mengambil alih mangkuk ditangan Oci menggantikan dengan sepiring buah potong di tangannya.

Oci mendengus, namun tetap menurut "Oci cuma hamil Ma, bukan sakit parah" sungutnya. Lalu memasukkan sepotong buah kemulutnya.

Manda dan Ify pun terkekeh mendengarnya. Si bungsu Amora ini memang paling menggemaskan. Pantas saja Reza rela menunggu 3 tahun hanya untuk meyakinkannya.

*siskahaling*

Halloooo....

Terimakasih sudah membaca, semoga suka ya....

See you next Chapter guys....