Written by : Siska Friestiani
Dear Husband, I Love You : 2021
Publish Web Novel : 15 April 2021
Instagram : Siskahaling
*siskahaling*
Para lelaki sedang berkumpul di ruang keluarga menunggu para wanita mereka selesai menyiapkan makan malam. Tapi tidak dengan Hanum. Ia terpaksa tidak ikut membantu karena Citra yang rewel mengeluh gigi-nya sakit.
"Kan udah Mama bilang, Citra nggak boleh kebanyakan makan cokelat-nya" Hanum mengusap kepala Citra yang kini terisak di pelukan Edgar. Gadis kecil itu menyembunyikan wajahnya di lekukan leher sang Ayah.
"Udah sayang, jangan sekarang kalau mau nasehatin Citra" Edgar menengahi. Hanum mendengus.
"Udah ya" ucap Edgar lembut "Kasihan Citra lagi sakit giginya" di rengkuhnya Hanum dengan tangan kirinya.
"Citra mau Kakek gendong?" tawar Zeth. Gadis kecil itu menggeleng sambil terisak.
"Om, aku bawa Citra ke kamar dulu ya. Biar bisa istirahat" pamit Edgar yang diiyakan oleh Zeth. Edgar beranjak meninggalkan ruang keluarga, diikuti Hanum dibelakangnya.
"Rio jadi ngerasa bersalah udah bawain cokelat untuk Citra" Rio menatap kepergian keluarga kecil itu dengan rasa bersalah.
"Nggak papa, namanya juga anak-anak, Bang" Reza menimpali.
"Oci kamu tinggal, Za?" tanya Zeth, biasanya calon Ayah itu akan mengikuti kemana putri bungsunya itu pergi.
"Oci di dapur, Pa. Tadi katanya mau lihat Mama sama Mbak Ify di dapur" jawab Reza
"Gimana ngadepin Adek gue, Za?" tanya Rio "Dia nggak hamil aja nyebelin apa lagi hamil" Reza terkekeh mendengarnya.
"Susah kalau udah cinta, Bang" jawab Reza, lalu menyesap teh hangatnya "Mau senyebelin apa pun tetap aja nggak bisa marah" imbuhnya.
Gantian Rio dan Zeth yang terkekeh.
"Siap-siap aja, Bang kalau Mbak Ify nanti hamil. Jangan heran kalau dia minta yang nggak masuk akal" cetus Reza.
"Nggak masuk akal gimana?" tanya Rio penasaran.
"Ya itu, jam 12 malam pernah, Oci minta mangga muda punya Pak Edi. Mana yang punya pelit lagi. Mau nggak mau aku manjat diem-diem tengah malam cuma karena Mangga"
Rio tergelak "Apa gue bilang, Oci nggak hamil aja nyebelin. Apalagi hamil" ucap Rio sambil berusaha mereda tawa.
"Jangan ketawa, Bang. Mbak Ify nggak--"
Pranggg!!
"Astaga Ify"
Suara pecahan kaca sekaligus pekikan Manda di dapur menghentikan ucapan Reza. Rio tersentak, rasa cemas langsung memenuhi dadanya. Begitu mendengar Manda meneriakkan nama istrinya dengan nada khawatir.
Rio yang pertama kali berlari ke arah dapur. Berlari secepat yang ia bisa.
Dan ketika ia sampai di dapur, seketika amarahnya tersulut melihat Ify terduduk di lantai dapur dengan serpihan kaca di sekitarnya dan luka di punggung kakinya.
Rio mendorong Hanum yang akan membantu Ify untuk bangun, lalu jongkok di depan Ify. Rio tak bisa menyembunyikan raut cemas bahkan gemetar takut di tubuhnya melihat darah keluar dari bagian tubuh istrinya.
"Kenapa berdarah?" tanya Rio dengan nada serak karena terlalu khawatir. Dilihatnya Ify yang menatapnya dengan tatapan menahan sakit.
"Ma- maaf, Yo. Aku... Aku nggak sengaja nyenggol Ify yang lagi bawa--"
"Jadi ini semua karena lo?" potong Rio menatap Hanum tajam. Hanum bahkan menunduk saking takutnya.
Edgar datang mendengar suara keributan di dapur. Bahkan semua orang sudah berkumpul disana. Dilihatnya Reza tengah mendekap istrinya yang sedang menangis. Lalu Rio yang menatap istrinya tajam hingga Hanum menunduk takut.
Darah, serpihan kaca. Ada apa sebenarnya??
"Lo ada masalah apa sih sama istri gue, ha?" teriak Rio murka. Manda bahkan tak Rio hiraukan ketika hendak menenangkan situasi.
"Yo, udah. Istri aku juga pasti nggak sengaja ngelakuin itu semua" Edgar datang menengahi. Mendekap istrinya yang sudah menangis, terisak hebat.
"Dia sengaja" teriak Rio semakin emosi.
"Yo, udah aku nggak papa" lirih Ify mencoba meredam amarah suaminya.
"Nggak papa kamu bilang?" Rio menatap Ify tak suka.
"Kamu berdarah, kaki kamu melepuh kena sup panas. Kamu bilang nggak papa?"
"Udah, Boy" Zeth menepuk pundak Rio menenangkan. Sekarang yang lebih penting obati dulu kaki Ify, biar darahnya berhenti keluar" Rio menghela nafas. Papa-nya benar, istrinya yang lebih penting sekarang. Ify harus segera di obati.
Dengan gaya bridal. Rio membopong Ify membawa istrinya ke kamarnya yang dulu. Ify pun reflek mengalungkan tangannya ke leher Rio.
"Jangan kayak tadi lagi, Yo. Kamu bikin aku takut" lirih Ify, Rio hanya mendengus kesal.
*siskahaling*
"Masih sakit kah sayang?" tanya Rio mengusap lembut kaki Ify yang sudah diperban rapi. Dokter sudah selesai mengobati Ify setengah jam yang lalu. Dan kini keduanya sedang berada di kamar Rio dulu saat masih lajang.
"Ini kamar kamu dulu?" tanya Ify tanpa menjawab pertanyaan Rio. Rio mengangguk, membiarkan Ify mengamati setiap detail kamarnya. Memang ini pertama kalinya Ify masuk ke kamarnya. Jangan tanya kenapa, kalian tentu tau bagaimana hubungannya dengan Ify dulu sebelum seperti sekarang.
Ahh, mengingat itu Rio kembali merasa menyesal.
Suara pintu kamar terbuka. Disana Manda datang dengan membawa nampan berisi makanan. Manda tersenyum lembut, lalu menaruh nampannya di meja nakas, samping tempat tidur.
"Gimana, Nak kaki kamu?" tanya Manda, lalu mendudukan tubuhnya di samping kanan Ify.
"Udah mendingan, Ma. Kaki Ify udah nggak papa. Cuma masih sakit aja kalau digerakin" jawab Ify. Manda mengangguk.
"Aku keluar dulu ya sebentar, kamu sama Mama dulu disini. Nggak papa kan?" izin Rio, sambil mengusap puncak kepala Ify.
"Iya, nggak papa" jawab Ify dengan senyuman.
"Ma, tolong temenin Ify dulu ya" pinta Rio, yang tentu saja Manda iyakan.
"Baik-baik. Jangan bangun dari tempat tidur. Kalau mau kemana-mana tunggu aku" ucap Rio penuh peringatan. Ify hanya mengangguk sebagai jawaban.
Lalu, setelah memberikan kecupan di puncak kepala istrinya, Rio beranjak keluar dari kamar.
"Maaf ya, Ma" lirih Ify menyesal "Karena Ify ceroboh jadi ngerusak acara makan malamnya"
"Bukan salah kamu sayang, namanya juga musibah" jawab Manda lagi.
"Maafin Rio juga ya, Ma. Rio tadi udah marah-marah" Ify kembali minta maaf untuk suaminya. Namun Manda malah terkekeh.
"Rio nggak pernah loh, Fy marah sampai seperti itu karena khawatir" Manda seketika tersenyum mengingat Rio saat sebelum menikah dengan Ify.
"Rio itu paling pinter nyembunyiin perasaannya" ucap Manda kembali mengenang "Bahkan waktu kecil dulu, Rio nggak menangis saat kepalanya harus dijahit 12 jahitan karena berantem sama temennya yang ganggu Oci sampai nangis"
"Kamu tahu? Saat itu malah Mama yang menangis karena Rio pulang dengan kondisi kepala berdarah dan Oci yang menangis karena merasa bersalah sama Abangnya" Manda menyusut air matanya. Mengenang kejadian itu terasa lucu sekaligus menakutkan dalam waktu bersamaan.
Sedangkan Ify hanya tertegun mendengar cerita mertuanya. Jika sebelum hubungannya dengan Rio membaik, Rio memang terlihat sulit untuk didekati. Namun semuanya berubah setelah kondisi mereka jauh lebih baik. Rio lebih banyak berekspresi yang tidak pernah di tunjukkan oleh siapapun. Atau mungkin Manda, sang ibu.
"Nak..." panggil Manda lembut, syarat akan permohonan.
"Mama titip Rio, ya" pinta Manda. Jemari Ify bahkan sudah digenggam lembut oleh Manda.
"Mama seneng, ternyata pilihan Mama untuk putra Mama nggak salah. Kamu perempuan baik Fy, Mama bisa merasakan itu ketika melihat kamu datang"
Manda kembali mengusap air matanya.
"Apalagi kamu putri Laras dan Handoko. Sahabat karib Mama dan Papa" Manda menambahkan.
"Ify akan berusaha untuk terus disamping Rio, Ma" Ify tersenyum lembut menatap Manda.
"Ify akan terus mendampingi Rio sampai waktu Ify habis di dunia ini"
Kini gantian Manda yang tersenyum lega. Di rengkuhnya Ify kepelukannya.
"Makasih sayang. Makasih udah mau menjaga Rio untuk Mama"
*siskahaling*
Halloooo. . .
Semoga kalian suka ya. Terimakasih sudah membaca. See you next Chapter guys....