webnovel

Bab 20 Berjarak!

Dara mencuci muka setelah berganti seragam didepan wastafel. Yang awalnya memakai baju olahraga kini dia sudah mulai memakai kemeja putih dan rok hitam sepahanya. Dia memang sedang berada di toilet. Sedangkan sahabatnya udah pada ke kantin lebih dulu. Memang setelah pelajaran penjaskes setiap murid diberikan waktu istirahat sejenak untuk beristirahat. Setidaknya membasahi kerongkongan mereka yang kering akibat berolahraga.

Dara malah menghabiskan waktu istirahat itu untuk sedikit berdandan. Emang agak centil satu manusia ini. Dan sangat perfeksionis dalam penampilan. Dia gak mau kalo sedikit aja ada noda kotoran yang menempel di mukanya. Apalagi habis olah gini pasti keringetan. Dia sedikit membersihkan keringat di mukanya menggunakan air keran. Bermain voli ditengah lapangan gersang membuat muka cantik Dara sedikit lesu.

Sepertinya bukan cuman karena kelelahan akibat olahraga. Tapi perkataan Ayu masih saja terngiang-ngiang di pendengaran dan pikirannya. Dia sedikit membuang nafas saat perkataan pedas itu mulai membayangi ingatannya. Kenapa sih Dara harus terus mengingat omongan Ayu pagi tadi. Padahal dia sendiri yang mengatakan bahwa ia tidak akan menyerah. Selama 3 bulan dia pasti bisa menaklukkan hati Nathania Ayu Albert. Tapi baru juga dikata-katai begitu sudah lemah Dara. Tapi beneran deh omongan Ayu bener-bener nyelekit banget.

Apalagi dia selalu mengatakan bodoh dan bego kepada Dara. Seenaknya aja dia berucap mengata-ngatai anak orang seperti itu. Mentang-mentang pintar dan memiliki kecerdasan diatas rata-rata seenaknya aja dia menghina orang lain. Memang orang seperti Dara adalah hinaan yang paling utama buat manusia seperti Ayu. Udah mah cantik, jenius punya IQ tinggi kurang apalagi coba? Dan terlalu percaya diri Dara meyakinkan hatinya bahwa dia pasti bisa mendapatkan Ayu sosok yang teramat sempurna. Terlalu segalanya buat Dara yang kayak.....

"Tapi apa yang gue bilang itu emang bener kan? Lo itu gak lebih dari seorang sampah yang gak punya harga diri."

Dara menggelengkan kepala dan membasuh kembali air ke mukanya. Mencoba buat melupakan omongan Ayu. Dia harus bisa menghilangkan perkataan Ayu dari otaknya. Daripada memikirkan kata-kata pedas Ayu yang gak ada habisnya mending dia mempercantik diri. Salah satu jalan ninja supaya gak terlalu stress gara-gara hidup yang terlalu keras.

Sebenarnya Dara paling gak suka sama olahraga. Tapi kenapa sih hidup tuh perlu Olga? Padahal yang dibutuhkan tubuh itu bukan kesehatan tapi mental yang kuat. Buat menerima realita yang nyatanya menyakitkan, cekakak!

"Aduh cantiknya....." Ucap Dara tersenyum didepan cermin setelah dia memakai bedak kering di wajahnya. Setelah selesai Dara memasukkan bedak yang dibawa dan jangan lupa sama penambah pemanis di bibirnya.

Dara sedikit meliuk-liukkan tubuhnya didepan cermin sebagaimana mestinya cewek kalo ketemu cermin. Pasti gak bisa diem bet badannya kayak ulat bulu. Kepala yang di miringkan. Tubuh yang di goyang ke kanan dan ke kiri. Sambil bibir merucut seolah-olah lagi mencium sesuatu. Supaya memperlihatkan kesempurnaan dan tidak ada kekurangan sedikitpun. Dan.....

Ceklek!

Pintu toilet terbuka saat Dara lagi banyak tingkah didepan cermin. Dia yang ingin masuk kedalam toilet jadi berhenti sejenak memperhatikan sosok gadis childish yang lagi meliuk-liukkan badannya. Apalagi kepala dia yang suka dihempas kesana-kesini sampe berkibar rambut blondenya. Udah berasa konser kali ya tuh manusia. Dan itu malah membuat dia tersenyum tipis melihat tingkah Dara yang kayak domba. Lincah bener!

Deg!

Ayu! Batin Dara sedikit tertegun pas melihat Ayu di pantulan cermin.

Baru ngeh dan baru menyadari Dara setelah asik sama dunianya sendiri. Dia jadi tersenyum gaje setelah sadar kalo ada orang. Apalagi kayaknya tuh manusia gerandong ngeliat tingkah Dara yang udah kayak reog Ponorogo. Ketemu cermin langsung banyak bertingkah.

Kalo bayangan Ayu ada di dalam cermin berarti dia ada dibelakangnya. Berada dibelakang tubuh Dara yang berdiri. Dara sedikit kikuk dan kaku melihat perwujudan es yang sedang memandanginya. Duh kenapa sih harus ketemu di sini, pikir Dara.

Mau senyum tapi Dara masih terlalu mengingat omongan pedasnya. Jadi gak mood seketika Dara melihat bentukan manusia dibelakangnya. Yang biasa Dara selalu memuja dan bakalan kayak ular sanca kalo ketemu. Kini rasanya buat menyunggingkan senyum aja rasanya Dara berat bet.

Dara kan jadi bingung mau bersikap kayak gimana setelah apa yang Ayu katakan kepadanya. Apalagi dia keliatan nahan nangis banget didepan Ayu pas waktu itu. Jadilah Dara ketahuan kalo dia itu sebenarnya cengeng dan lemah. Dia gak mau dianggap seperti itu oleh manusia sombong dibelakangnya. Udah mah bener Dara emang cengeng. Nanti Ayu malah semakin menistakan dan menjatuhkannya. Menghina Dara sesuka hatinya.

Sekarang mereka berdua malah harus bertemu didalam toilet yang udah sepi. Karena anak cewek kelasnya udah pada berhamburan ke kantin. Mungkin hanya Dara yang paling akhir. Karena dia gak mau berdesakan apalagi harus di buru-buru. Jadi Dara memilih paling akhir daripada berebutan bilik toilet bersama mereka. Padahal Dara belum siap bertemu sama tuh perwujudan es Atlantik.

Hening.

Itulah keadaan didalam toilet. Dara dibuat serba salah sekaligus salah tingkah. Karena ternyata pas dia lagi ngereog ada orang dibelakangnya. Kan jadi malu walaupun biasanya malu-maluin. Tapikan sama crush beda aja bawaannya:)

Walaupun hening dan keadaan sunyi sepi seperti tidak ada manusia. Namun keempat mata itu berbicara. Mereka saling melemparkan tatapan lewat pantulan cermin yang Dara berdiri didepannya. Baru juga ditatap seperti itu Dara udah dibuat salah tingkah sama tuh manusia.

Aduh Dara malu Mami! Batin Dara yang udah gak kuat dan gak sanggup menahan debaran jantungnya yang dibuat berdegup kencang sama Ayu. Sumpah baru ditatap begitu! Gimana nanti kalo mereka sekamar? Bisa kejang-kejang nanti Dara saking bapernya.

Dara merapihkan sebentar rambutnya yang udah berantakan dan gak tau aturan akibat tadi dihempas syantik sama dia. Setelah merapihkan rambutnya dia buru-buru bergegas pergi sebelum pingsan. Dara berbalik melihat Ayu yang masih berdiri di ambang pintu. Kalo Dara mau pergi itu artinya dia harus melewati Ayu dong? Arghhhhhhh!

Kuat Dara kuat! Batin Dara.

Dara menghela nafas terlebih dulu sebelum melangkah. Setelah itu baru dia bergegas berjalan dan melangkahkan kakinya mendekati Ayu yang masih berdiri di pintu. Bahkan gadis kutub itu menghalangi pintu masuk. Malah berdiri diem aja memperhatikan dan menatap Dara tanpa kata-kata.

Saat Dara akan melewati Ayu tangannya malah ditahan sama tuh perwujudan gerandong. Ya ampun! Dara kaget dong bukan cuman kaget tapi dia juga TERKEJOT! Gusti... Tangan Dara dipegang dan dicekal sama Ayu. Dia menahan Dara supaya gak pergi. Sampe... Aw! Aw! Aw! Ayu nyentuh Dara mentemen:"

Dara menghela nafas dan mengatur gejolak dirinya yang seperti party indehoy waktu Ayu memegang pergelangan tangannya. Astaga! Dara memberanikan diri buat melihat kearah manik tajam yang sedang menatapnya. Dia sedikit menelan saliva melihat mata tajam itu. Tak lupa menggigit bibir bawahnya dan..... Kembali mengalihkan kedua mata brownnya dari mata Ayu.

ARRRRRRHHH!!!!! UDARAAAAAA!!! DARA BUTUH ANGIN TORNADO!!! Batin Dara menjerit.

"Um..... Anu..... Itu..... Dara mau lewat." Ucap Dara sama Ayu yang berdiri menghalangi pintu keluar ataupun masuk. Dia sedikit malu-malu melirik Ayu yang masih aja mukanya tuh datar kayak jalan tol.

Ayu memberikan sekantung plastik hitam yang dipegangnya sama Dara.

"Buat Lo!"

"Hah?" Bingung Dara sama kaget juga sih dia pas Ayu memberikan kantung plastik hitam buat dia.

"Anggap aja sebagai ucapan makasih karena waktu itu Lo beliin gue minuman sama makanan." Datar Ayu memberikan kantung plastik hitam itu langsung ke tangan Dara.

"Gue gak mau punya hutang budi sama orang lain." Dingin Ayu menyilangkan tangan di dada.

Dara sedikit mengernyitkan dahi dan mengingat kejadian kapan waktu dia memberikan minuman dan makanan. Oh pas waktu Ayu olahraga itu kan? Dara sedikit mengangguk setelah mengingat momen itu. Dia melihat kedalam plastik ternyata ada Floridina sama sari roti didalamnya. Sedikit tersenyum Dara melihat isi dalam plastik.

Dara meraih kembali tangan kanan Ayu yang melipat di dada. Dia memberikan kembali kantung plastik itu sama Ayu.

"Gak usah! Dara bisa beli ke kantin kok." Ucap Dara.

Deg!

Ayu sedikit tersentak saat Dara memberikan kembali kantung plastik yang sudah dia belikan untuknya. Tadi memang dia kan lagi bolos pelajaran itu berarti Ayu di kantin. Dia melihat rombongan anak kelas XII-D yang memasuki kantin. Mungkin buat mengisi perut mereka yang memang diberikan waktu istirahat sejenak setelah berolahraga. Dia memperhatikan satu persatu setiap anak kelas yang masuk dan ternyata tidak ada Dara diantara mereka. Bahkan Dara tidak terlihat di gerombolannya pada saat mereka memasuki kantin.

Ayu pikir mungkin Dara memang tidak mempergunakan waktu istirahat buat makan tapi dengan hal lain. Jadi Ayu menajamkan pendengaran cewek-cewek rempong alias gengnya Dara yang mengatakan bahwa gadis childish itu ternyata lagi berdandan di toilet. Akan satu abad lamanya menunggu Dara selesai. So, sahabat Dara lebih dulu ke kantin ketimbang nunggu Dara yang pasti selesai tahun depan.

Disaat itulah Ayu inisiatif buat beliin Dara makanan. Dan menghampiri Dara atau bisa disebut dia mencari Dara ke toilet seperti yang dikatakan para sahabatnya. Entah dorongan darimana dia memiliki niat seperti itu. Apalagi mengingat Dara juga pernah membelikan Ayu makanan pas jam pelajaran olahraga. Jadi mungkin Ayu ingin membalas kebaikan Dara. Dia membeli makanan dan minuman itu. Sama seperti yang dia lakukan pada Dara waktu itu. Bukankah Ayu tidak menerima pemberian Dara? Sekarang sama Dara pun malah mengembalikan pemberiannya.

Yang Ayu heran kenapa tidak menerimanya? Bukankah selama ini Dara selalu ingin mendapatkan perhatian Ayu. Dan yang Ayu tau Dara selalu caper. Tapi kenapa sekarang Dara menolak apa yang aku kasih. Apa Dara mau balas dendam atau karena memang dia hanya mengelabui Ayu selama ini sama sikapnya itu. Apalagi mengingat kejadian di lapangan tadi. Melihat kedekatan Aldi sama Dara.

"Ada yang mau di omongin lagi? Soalnya Dara mau makan di kantin. Pasti temen-temen Dara udah nungguin." Ucap Dara melihat Ayu yang dari tadi terus menatapnya datar.

"Gak!" Dingin Ayu berjalan keluar toilet dan berjalan kearah tempat sampah yang ada didepan. Dia membuang kantung plastik yang barusan dia ingin berikan sama Dara. Tapi dia buang ke tempat sampah. Padahal sayang banget mending buat aku aja:)

Ayu langsung pergi meninggalkan Dara yang masih berdiri diambang pintu. Dara tersenyum melihat Ayu yang membuang makanan itu tepat didepannya. Sebenarnya Dara bahagia pake banget pas menerima hal kecil dan perhatian dari manusia gerandong itu. Gak nyangka Ayu bakalan seperhatian itu sama Dara. Walaupun embel-embel dia mau berterimakasih. Tapikan harus ingat! Gengsi Nathania Ayu Albert itu setinggi satelit. Mana mungkin dia ngaku dan secara gratis bilang kalo dia memberikan perhatian itu secara percuma. Cuman segitu doang perhatian Ayu kepadanya. Gak ada banget niat buat membujuk atau apa gituh. Padahal kalo Ayu membujuk pasti Dara mau kok. Tapi ya udahlah biarin manusia dingin itu.

Dara mengedikkan kedua bahunya mencoba buat acuh sama manusia yang tukang nyinyir dan bermulut pedas seperti Nathania Ayu Albert. Lebih baik Dara ke kantin menyusul sahabatnya yang pasti udah pada bersarang disana. Dia ingin pergi berjalan berlawanan arah sama Ayu. Langkahnya kembali terhenti mendengar suara yang memanggilnya.

"Ra..."

Dara berhenti sepertinya bukan cuman Dara yang berhenti melainkan Ayu juga. Dia ikutan menghentikan langkah mendengar suara berat yang memanggil Dara barusan. Ayra kompak secara bersama-sama menoleh dan menengok kebelakang. Melihat seorang cowok yang tersenyum kepada Dara.

"Aldi! Kirain siapa." Kaget Dara pas ada yang manggil namanya kebetulan banget cowok itu baru keluar dari toilet cowok.

"Kaget ya?" Terkekeh Aldi.

"Bukan cuman kaget terkejut Dara tuh!"

"Dasar anak alay." Cibir Aldi mencubit gemas kedua pipi Dara.

Deg!

Astagfirullah! Dara langsung tertegun pas kedua pipinya di cubit sama cowok yang notabenenya pernah ada di hatinya. Ya ampun! Jangan sampe lemah iman dan goyah. Dara harus tetap kuat iman. Karena dia kan...

Dara melirik kearah Ayu yang ternyata belum pergi. Dan itu berarti Ayu melihat Aldi yang barusan mencubitnya. Astaga! Dara langsung mematung detik itu juga. Kayak beku seluruh darahnya pas ngeliat Ayu ternyata sedang liatin dia dan Aldi.

"Lo gak ke kantin?" Tanya Aldi membuat Dara kembali beralih melihat cowok didepannya.

"Ini mau! Aldi sendiri baru selesai?" Tanya Dara sesekali melirik Ayu yang masih tak bergeming ditempatnya. Kenapa cewek itu gak cepet-cepet pergi? Malah memperhatikan Aldi dan Dara. Bukannya Ayu tuh gak pernah perduli sekitar kan? Ngapain sekarang malah mengamati Dara sama Aldi, pikir Dara.

"Bareng aja kalo gituh yuk!" Ajak Aldi menggenggam tangan Dara.

Deg!

Aduuhhhhh!!!!!!! Rintih Dara dalam batinnya.

Gimana ini emak? Ada dua gebetan Dara disini sekarang. Yang satu mantan gebetan dan yang satu baru mau di gaspol. Tapi udah ada rintangan aja. Karena gebetan lama Dara mulai kembali mengusik. Dara jadi merasa gak enak sama Ayu yang terus menatap kearahnya dan Aldi. Apalagi melihat Aldi yang menggenggam tangannya.

"Ayok Ra! Kok Lo malah diem?"

"Em.... Iya Aldi." Senyum Dara kikuk.

Aldi menggandeng tangan Dara membawanya pergi menuju kantin.

"Gapapa kan ya?" Tanya Aldi saat Dara diem aja pas dia genggam tangan kanannya.

"Hmmm.... Gapapa kok." Ucap Dara sedikit menoleh kebelakang ternyata manusia gerandong itu masih ada ditempatnya. Ya Tuhan!!! Kenapa Dara merasa bersalah gini. Padahal dia udah janji bakalan berjuang mendapatkan Ayu. Tapi kenapa sekarang malah ikut Aldi apalagi sampe berpegangan tangan begini. Pasti Ayu tersakiti banget karena melihat Aldi sama Dara. Ayu pasti kecewa, pikir Dara.

Masa sih? Bukannya selama ini Ayu menolak Dara kan. Lagian Ayu gak pernah menganggap Dara ada. Dia selalu mengusir dan menyuruh Dara buat pergi. Ayu juga gak pernah memperdulikan Dara. Apa iya Ayu sakit hati melihat Dara sama Aldi? Pikir Dara.

Ayu mengeraskan rahang dan meremas tangannya sendiri melihat pemandangan didepannya. Bisa-bisanya cowok cungkring itu mendekati Dara. Sampe menggenggam tangannya ngambil kesempatan banget. Daranya juga kenapa mau aja sih.

Brugh!

Ayu menendang tempat sampah sampe melayang tinggi jauh ke atas.

Gedebuk!

"Wadow!!!!" Ringis seseorang yang terkena tempat sampah barusan yang Ayu tendang tanpa disadari.

Ayu sontak menoleh mencari seseorang yang barusan kayaknya nyungsep deh sampe menimbulkan suara kencang. Dan itu juga membuat Dara sama Aldi berhenti melangkah kembali membalikkan badan melihat Ayu yang lagi celingukan kesana-kesini.

Ayu! Batin Aldi kaget pas dia melihat Ayu.

"Siapa yang berani ngelemparin tempat sampah ini kena pala gue!!!!" Ucap seseorang yang barusan terkena tempat sampah dari hasil tendangan Ayu.

"Bos gapapa?" Tanya temannya.

"Gapapa mata Lo bulat! Sakit kepala gue." Kesalnya yang udah mengeraskan rahang. Dia celingukan kesana-kesini dan melihat Ayu yang berdiri tak jauh dari arahnya tepat didepan toilet. Dia tersenyum miring setelah mendapatkan si pelaku yang berani sekali melukai kepalanya sampe ada benjolan.

"Bos...." Panggil teman-temannya yang melihat ketua mereka berjalan pergi dan tak lupa mereka mengikuti bos besarnya.

"Lo gila ya! Bisa-bisanya Lo melukai kembaran Alindo Syarif!" Sebal cowok yang barusan terkena tempat sampah yang Ayu tendang. Dia menghampiri gadis dingin itu yang masih berdiam ditempatnya sambil mengumpat dan menyumpahi Ayu dengan segala kekesalannya. Setelah membuat dia nyungsep gara-gara tong sampah mengenai kepalanya. Dia yang lagi duduk sama temen-temennya di lorong sekolah harus terganggu. Karena ulah manusia kulkas empat pintu itu.

"Lo gila!" Ucap Ayu dingin setelah cowok itu berada didepannya.

"Lo gak waras! Dasar cewek sinting. Lo liat kepala dan jidat licin gue harus memar gara-gara Lo ikan Dugong!" Omelnya.

"Siapa suruh Lo disana!" Ucap Ayu yang kayaknya nih manusia gak ada rasa bersalah bet setelah membuat kepala orang benjol.

"Gue dari tadi disana Dugong! Lo yang tiba-tiba ngelempar tempat sampah sampe kena muka ganteng gue."

"Ganteng? Muka kayak amplas aja sok ganteng." Dingin Ayu ingin melengos pergi.

"Heh cewek sialan!"

Bugh!

"Bos!!!" Pekik sahabatnya pas ketua mereka main di pukul aja.

"Aw.... Gila Lo! Apa udah geser otak Lo!" Marahnya pas Ayu tiba-tiba mukul wajah dia aja. Gak tau aja tuh cowok kalo Ayu lagi nahan seribu tanduk di kepalanya. Ini malah dipancing bikin dia gak sengaja mukul cowok resek didepannya.

"Jaga ucapan Lo!" Datar Ayu menatap dingin.

"Lo bener-bener iya udah gak sehat! Jelas-jelas Lo yang duluan cari masalah sama gue."

"Gue gak ada waktu buat ladenin Lo." Ayu ingin pergi tapi tangannya ditarik dan di dorong ke dinding toilet.

Dugh!

Suara bunyi setelah tubuh Ayu cukup keras menubruk tembok. Dia menatap tajam sama cowok yang lancang sekali melakukan hal kurang ajar. Begitupun sama cowok itu yang udah menatap sengit sama Ayu yang dengan berani sekali dia cari masalah. Tidak tau kah cewek ini dengan siapa dia berhadapan sekarang.

"Lepas!" Dingin Ayu menatap tidak bersahabat sama cowok yang lagi mengungkungnya.

"Kalo gue gak mau gimana?" Seringainya menatap Ayu nakal.

Sial!

Kenapa Ayu jadi mengingat tatapannya sama seperti tatapan.... Dia langsung menggelengkan kepala dan mengerjapkan beberapa kali matanya mencoba agar pikiran dan bayang-bayangan itu tidak mulai menghantuinya. Apalagi sampai datang kedalam pikiran Ayu. Karena...

Deg....

Deg....

Debaran jantung itu mulai menggetarkan setiap aliran darah Ayu. Mengendalikan tubuh Ayu yang membuat semuanya langsung bergetar. Ketakutan dan kepanikan itu mulai datang menguasainya.

"Ayok Alice..... Aaaaaahhh....."

"Chrys..."

"Nggak!!!!" Ucap Ayu menggelengkan kepalanya dan meremas rambut dia saat bayangan itu mulai menyelimutinya.

Cowok yang lagi mengungkung Ayu sedikit mengernyitkan dahi saat cewek dingin itu kayak orang sinting. Keknya ini cewek beneran gak waras deh, pikirnya....

"Regan!!!" Dara langsung menarik keras seragam cowok yang bernama Regan itu sampe terhuyung kebelakang. Dia berdiri didepan Ayu yang kayaknya lagi ketakutan. Entah kenapa mungkin karena tingkah laku Regan barusan bikin Ayu takut. Tapi masa sih cuman karena itu doang. Dara pikir Ayu itu manusia kuat gak mungkin cuman karena Regan bersikap kasar kayak gituh Ayu langsung takut. Kayaknya itu bukan Ayu banget, pikir Dara.

"Regan gak boleh gituh sama Ayu! Kalo mau kasar jangan sama cewek. Inget ya Regan! Tanpa wanita Regan gak bakalan bisa lahir ke dunia. Jadi hargai wanita!" Ucap Dara menatap tajam sama cowok didepannya.

"Jiaaakkhhh! Anak kecil mau ngasih wejangan sama gue."

Saat Regan akan mendekati Dara bahunya dipegang keras sama Aldi. Cowok itu menatap sengit sama Regan yang dengan lancang tadi melakukan kekerasan sama Ayu sampe membuat cewek itu ketakutan akibat ulahnya.

"Apalagi ini!!! Mau jadi pahlawan kesiangan Lo?" Tanya Regan sama Aldi.

"Gue bisa laporin ulah nakal Lo sama BK." Ancam Aldi masih memegang keras bahu kanan Regan.

"Anjir mainnya ngancem! Lo gak tau permasalahannya kan? Mending diem aja deh ya." Ucap Regan ingin menarik kerah baju Aldi. Tapi tertahan sama perkataan Dara.

"Dara ikutan bakalan ngelaporin Regan ke BK kalo Regan berani mukul Aldi."

"Shit!" Desis Regan yang gak mau dia berurusan sama BK. Apalagi kalo sampe namanya tercoreng. Bisa habis dia sama bokapnya.

"Awas Lo semua!" Ancam Regan dan melihat kearah Ayu yang dibelakang Dara.

"Inget Nathania! Urusan Lo sama gue belum selesai." Ucap Regan menunjuk Ayu. Dia menyuruh kawan-kawannya buat pergi setelah mengancam Ayu.

Dara berbalik melihat Ayu yang ada dibelakangnya. Setelah kepergian dari kecebong-kecebong itu.

"Ayu gapapa kan?" Khawatir Dara memegang pipi kanan Ayu. Dia memeriksa wajah Ayu siapa tau aja ada luka atau mungkin Regan mukul Ayu.

Tap!

"Gue gapapa! Dan gak usah sok care sama gue." Dingin Ayu menatap datar dan tak lupa tangannya memegang keras pergelangan tangan Dara yang menyentuh pipinya.

Ayu menghempaskan tangan Dara kasar setelah itu main pergi aja tanpa mengucapkan terimakasih. Padahal Dara sama Aldi udah bantuin dia. Emang dasar gerandong saraf, umpat Dara.

"Lo gapapa Ra?" Tanya Aldi sama Dara.

"Gapapa, Aldi juga gapapa kan?" Senyum Dara melihat cowok atletis itu.

"Gapapa kok." Ucap Aldi menyentuh atas kepala Dara. Sedikit mengusapnya.

Langsung terdengar gertakan gigi geraham Ayu saat mendengar samar-samar obrolan sok manis dari kedua manusia dibelakangnya. Cih! Sok manis, Dumel Ayu sambil berjalan pergi menjauh.

Dara melihat punggung Ayu yang menjauh pergi. Tadi kenapa Ayu ketakutan sama Regan? Padahal tadi pas kali pertama Dara liat Ayu kayaknya biasa aja deh. Bahkan manusia gerandong itu terlihat berani. Tapi kenapa pas Regan mendekat dan mengunci tubuhnya Ayu malah kayak panik gituh? Dara jadi penasaran sama tuh manusia gerandong. Tapikan sekarang dia gak bisa tanya-tanya Ayu karena mereka lagi..... Berjarak:)

"Lo sama Ayu beneran pacaran?" Tanya Aldi udah penasaran dan gatal banget mulut dia ingin bertanya itu sama Dara.

Dara hanya tersenyum simpul menjawab pertanyaan Aldi. Dia malah mengalihkan alih pembicaraan Aldi.

"Kita mau ke kantin kan? Ya udah yuk." Ajak Dara berjalan lebih dulu. Dia lagi males membahas tentang gerandong yang tingkat sarafnya udah mendarah daging.

Aldi sedikit bingung sama kedua manusia itu. Kayaknya mereka lagi ada masalah sampe gak bertegur sapa. Bukannya itu bagus kan? Berarti hubungan mereka lagi ada gak baik-baik aja. Tapi Aldi tidak ingin memiliki pikiran jahat apapun kepada kedua cewek itu. Kalo mereka memang menjalin hubungan biar itu urusan keduanya.

Walaupun Aldi suka sama Ayu tapikan dia gak mau dengan cara busuk. Apalagi kalo sampe dia memisahkan mereka berdua. Aldi sekarang teman Dara. Seharusnya mendukung dan mensupport temannya. Walau..... Sakit menerima kenyataan jika benar Ayu dan Dara berpacaran.

***~~~***

Setelah melaksanakan olahraga yang sangat melelahkan. Geng Dara sekarang berada di dalam kantin dan menjajah setiap makanan yang ada. Mumpung dikasih waktu istirahat buat ngisi perut. Jadinya momen ini gak bakalan dilewatkan oleh cewek-cewek cantik itu. Walaupun udah membeli jajanan ringan. Tetap saja! Namanya perut Indonesia kalo belum makan nasi gak makan namanya.

Mereka berjalan beriringan dengan cantiknya didalam kantin. Tentu tanpa Dara karena sabodo amat sama tuh manusia minimalis. Mereka udah kelaparan sedangkan Dara malah santuy bet ganti seragamnya. Karena mereka harus berolahraga di teriknya mentari pagi. Ngebuat kelima gadis yang begitu elok parasnya kehausan sekaligus lapar ingin mengganjal perut. Emang kurang ketek sih pak Hengki. Masih pagi tapi udah disuruh main voli ditengah teriknya matahari.

Sepertinya bukan hanya gerombolan Dara. Tapi juga anak-anak kelas XII-D yang udah pada ribut masuk kedalam kantin. Emang setelah pelajaran olahraga pasti murid-murid diizinkan istirahat 15 menit sebelum pergantian jam pelajaran.

"Si Dara yakin gak bakalan pundung nih kita tinggalin?" Tanya Disti sama sahabatnya. Mereka memang lagi berjalan beriringan.

"Biarin ajalah! Nanti juga datang sendiri ke kantin. Kalo ngambek nanti kita beliin susu strawberry. Bakalan luluh tuh pasti." Cetus Orin.

"Lagian dandan seabad kelaparan yang ada gue nungguin dia." Sahut Anna.

"Lo kayak gak kenal aja mantan si Salman gimana kalo udah ketemu cermin. Kayak cacing keremi." Ucap Mira.

"Ihhh bisa juga ternyata singa betina ngelawak." Cekikikan Disti.

"Diem Lo! Apa mau gue jahit lobang hidung Lo." Melotot Mira.

"Keseringan nonton si kopat nih." Celetuk Anna.

Mereka berjalan menuju stand favorit mereka yaitu jajanan khas Korea. Seafood yang pada wenak tenan. Baru saja menginjakkan kaki di stand favorit. Mira dkk melihat cewek-cewek most wanted yang lagi kumpul sambil ngerumpi. Entah ngerumpi apa mereka gak perduli. Tapi gak ada Ayu disana. Mereka berempat sedikit mencari keberadaan Ayu yang biasanya kelima gadis itu selalu bersama-sama. Namun sepertinya sekarang Ayu memisahkan diri dari keempatnya.

"Kemana tuh si kopat?" Tanya Disti yang tidak menemukan Ayu diantara keempat sahabatnya.

"Entah! Padahal baru mau gue lemparin gas elpiji." Cetus Anna yang masih dendam sama tuh kepala ular.

"Nyentuh gue meringkuk Lo di penjara." Ucap Orin menirukan gaya bicara angkuhnya Nathania Ayu Albert. Sahabatnya langsung pada terkekeh pas Orin mengikuti gaya bicara Ayu.

"Anjir mirip! Kembar Lo sama dia kayaknya, Rin." Cetus Disti.

"Idih ogah!"

"Lo gak mau jadi kaya raya sama kayak Ayu?" Tanya Mira.

"Kaya raya juga buat apa kalo dibenci sama banyak orang."

"Tapi bukannya selama ini dia itu digilai bet sama anak cowok bahkan jadi most wanted." Celetuk Anna.

"Iya emang! Tapikan namanya kehidupan gak semua orang suka. Apalagi sikap Ayu yang begitu." Orin bergidik setiap kali mengingat keangkuhan Nathania.

"Gue jadi penasaran deh sama keluarga dia kek begitu semua gak?" Tanya Disti sama mereka.

"Kenapa Lo gak masuk circle dia aja." Usul Mira.

"Idiiiiihhhh!!! Bisa-bisa kena mental tiap hari gue." Disti bergidik takut pas membayangkan kalo dia punya sahabat bentukan Ayu. Atau seenggaknya satu kelas aja dulu. Dia pasti tertekan bet punya teman kelas bentuk es kutub.

"Jangan gituh ah! Kalo ngomongin orang jangan setengah-setengah mau langsung nyantet gak? Kebetulan gue ada kenalan dukun." Ucap Anna.

"Jangan bilang Lo suka pelet anak orang?" Selidik Orin.

"Ngapain pelet! Kalo nyantet lebih pro."

"Astaga Anna! Ngucap nak." Disti memegang kening Anna.

"Gue pergi dulu bentar!" Pamit Mira berjalan kearah meja anak most wanted. Dia terlihat kesal banget ngeliat kakaknya yang bolos pelajaran.

"Mir, mau kemana?" Tanya Anna yang melihat Mira main pergi gituh aja.

"Tuh liat!" Tunjuk Mira ke gerombolan keempat gadis cantik itu.

"Gue mau omelin tuh cucunguk berani banget bolos pelajaran!" Kesal Mira langsung pergi menghampiri kakaknya.

"Terus kita gimana?" Tanya Orin melihat sahabatnya.

"Pesen makan aja dulu kali ya, gue haus bet ini." Ucap Disti memegang perutnya.

"Heh geblek! Kan tadi Lo bilang haus. Kenapa jadi perut yang Lo pegang. Lagian tadi udah makan cimol belum kenyang juga perut Lo." Cetus Anna.

"Gue laper nyet! Udah ah mending gue pesen makan dari pada gue ladenin monyet oon kek Lo!" Disti langsung pergi tanpa berbasa-basi lagi.

Anna dan Orin sebentar melihat Mira yang nyamperin gerombolan anak most wanted. Mending mereka juga pesen makan. Dari pada nungguin Mira ngomelin kakaknya yang bolos pelajaran.

Mira langsung saja menghampiri Rara dan teman-temannya yang lagi khidmat makan.

BRAK!!!

"Eh, kodok kawin!" Kaget Alvi spot jantung dia waktu denger gebrakan meja yang ngebuat anak-anak di kantin langsung nengok, melihat.

"Lo pada ya, bukannya masuk malah bolos disini!" Marah Mira matanya hampir keluar semua.

"Lo juga ngapain disini? Bukannya masuk kelas malah nangkring di kantin." Cetus Rara yang makan otak-otak goreng.

"Lo diem! Gue yang harusnya ngomong gituh sama Lo! Lo ngapain malah diem di kantin saat jam pelajaran!!!" Omel Mira hampir loncat matanya mematuk teteh durjananya.

"Iya gue laper Jenny oh Jenny. Gue pengen makan. Nanti kalo gue meninggal, Umi dan Abi menangis." Ucap Rara memang dia suka memanggil adiknya dengan sebutan Jenny. Itu panggilan Mira kalo lagi di rumah.

"Umi dan Abi gak akan nangisin anak yang gak guna kek Lo."

"Ya Allah nyakitin bet omongannya." Rara memegang dada, pura-pura tersakiti oleh ucapan Mira.

Pletak!!!

Kesel Mira tuh kesel! Kenapa sih punya kakak bentukan Arara Adimaya? Yang punya otak cuma kek benih lele, kecil bet.

"Kasar amat sih, Mir." Cetus Reva yang liat Mira takol kepala Rara.

Mira melihat cewek playgirl itu yang lagi tersenyum menatapnya.

Cih amit-amit sok bet cantik! Batin Mira mengumpat.

Apalagi mengingat kejadian di toilet membuat Mira kesal setengah mati. Ingin rasanya dia membalas kelakuan Reva. Kalo Mira punya kesempatan dia bakal buat Reva menyesal karena udah ngelakuin hal yang tidak senonoh kepadanya.

"Lo diem! Ini urusan gue sama ka---"

Hampir aja keceplosan!

Mira langsung merutuki dirinya sendiri yang mengakui Rara sebagai kakaknya. Kan sahabat Rara gak ada yang tau soal hubungan dia dan Rara. Cuma sahabat Mira aja yang tau kalo si Rara tetehnya Mira. Karena sahabat Mira sering bet main ke rumah. Berbeda dari sahabat Rara yang kalo ngumpul suka di luar alias nongkrong di kafetaria.

"Kenapa teh? Kok malah bengong?" Tanya Alvi yang melihat Mira gak lanjutin perkataannya.

"Kenapa teh? Kok diem aja lanjutin dong mau ngomong apa." Tengil Rara ngebuat Mira ingin sekali menarik ari-arinya.

Rara lanjutin makan bakso di campur dengan otak-otak goreng kesukaannya. Tidak memperdulikan tatapan Mira yang ingin menerkamnya detik ini juga.

"Mir...."

Spontan mereka melihat teman-teman Mira yang menghampiri sambil membawa makanan. Mira memandang jengkel para sahabatnya. Because mereka pesen makan gak nungguin Mira dulu.

"Lo pada udah pesen?" Tanya Mira kesal.

"Iya habis nungguin Lo ngomelin nih anak pasti gak selesai satu abad. Jadi ya odah kita pesen duluan deng." Cetus Disti.

"Gak setia kawan banget sih!" Sinis Mira.

"Iya maaf Mir, lagian bentar lagi itu bel pergantian jam pelajaran. Makanya kita buru-buru isi perut sebelum bel bunyi." Cetus Orin.

"Cih!" Desis Mira ingin pergi memesan makan tapi tangannya berhasil dipegang oleh Reva.

"Gue pesen makan banyak nih, Mir. Mau makan punya gue aja gak?" Tawar Reva lengkap dengan senyuman manisnya menatap Mira.

What?

Itulah pemikiran sahabat-sahabat Reva yang kaget melihat bocah itu yang sangat perhatian. Lebih tepatnya begitu perduli kepada Mira. Sampe menawarkan makanannya untuk Mira segala. Kan jadinya sahabat Reva memandang heran satu temannya itu.

Begitupun dengan sahabat Mira yang heran melihat Reva yang menawari Mira makan. Tumben amat baik? Dan satu lagi! Tumbenan amat gak adu bacot? Pikir mereka.

Mira hanya menatap tidak suka kepada Reva. Apa dia bilang? Maksudnya dia menawari Mira makanannya gituh? Cih gak sudi! Umpat Mira.

"Gak usah! Gue masih kebeli kali!" Jutek Mira melepaskan tangannya dari Reva.

"Dasar betina! Orang udah baik ditawarin kok malah ditolak sih." Cetus Rara dan Mira cuma liatin kakaknya itu dengan tatapan tajamnya.

"Serah gue!" Ketus Mira dan langsung pergi.

"Jutek banget teh Mira." Cekikikan Alvi melihat sikap judes dari leader cheers sekolahnya.

"Mira emang gituh maklumi aja, jangan dimasuki hati ya." Senyum Orin kepada gerombolan anak Most wanted. Sedangkan Disti dan Anna mendelik sama Orin yang tersenyum. Apaan sih Orin! Sok baik bet pake segala senyuam. Mereka agak gak suka pas Orin berbaik hati mau senyum sama cewek-cewek bentukan gerombolan Ayu. Jahanam semuanya tuh!

Gusti Allah, tolongin Mumun. Mata Mumun langsung gak bisa berkedip melihat senyuman manisnya. Batin Alvi.

Ohok ohok!!!

Agatha dan Reva pura-pura batuk membuyarkan pikiran Alvi yang barusan teralihkan sepenuhnya melihat senyuman manis dari bibir tipis Orin. Gadis yang memiliki tubuh perfect dan body aduhai. Walaupun tingginya pas-pasan. Tak dapat dipungkiri. Orin tetap terlihat cantik di mata orang-orang termasuk di mata Alvi. Ehe><

Alvi cuma bisa garuk-garuk kepalanya kek banyak kutu, salting tuh cewek. Saat dia kepergok menatap Orin sampe terpesona melihat senyuman manisnya. Reva dan Agatha yang dahulu menjadi saksi betapa kepincutnya Alvi sama senyuman manis Orin. Terkekeh mereka berdua melihat sahabatnya yang malu-malu domba.

"Guys, ayok makan! Ke buru dingin nih makanan gue." Cetus Anna sebenarnya dia udah pegel berdiri mulu dari tadi.

"Huh! Dasar Lo Nana Frozen ingetnya makan mulu." Cibir Disti.

"Iyalah daripada Lo galau mulu!" Ledek Anna sama Disti.

"Gue sumpel juga mulut Lo pake cabe rawit!" Sebal Disti melotot sama satu sahabatnya yang doyan mancing keributan.

"Lo bertiga mau gabung aja gak? Dari pada terus berdiri nanti cepet-cepet tinggi." Cetus Agatha yang lagi makan ayam krispi.

"Nyindir banget sih!" Kesal Disti, jelas aja! Mentang-mentang badan mereka bertiga bogel. Agatha pake bawa tinggi segala. Kan jadi kesindir Distinya.

"Mentang-mentang tinggi kek tower!!!" Sindir Anna mendelik tajam.

"Sorry gak bermaksud nyindir kok." Ucap Agatha merasa tidak enak.

"Tapi emang badan kek tuyul iya terima aja!" Celetuk Rara dengan santainya sambil mengunyah bakso.

"Idih, bergaya bet lu playgirl gak modal." Cibir Disti.

"Mending gue playgirl gak modal pada situ, gak laku girl." Ledek Rara.

"Njiiir!!! Mulutnya minta di sunat."

"Lo bertiga kok masih disini." Cetus Mira tiba-tiba datang. Tak lupa dengan nampan yang dia bawa.

"Main datang aja Lo kek jelangkung. Datang tak diharapkan pulang pun masa bodo." Ucap Rara.

Mira langsung menatap wajah kakaknya yang lagi makan bakso. Emang sih sikap Rara tuh ngeselin. Suka sekali memancing emosi. Jadi kudu banyakin istighfar kalo sama kakaknya Mira.

"Mancing emosi mulu tuh orang." Kesal Disti jadinya.

"Sabar Dis, Orang sabar disayang Pak Mikel." Ucap Orin terkekeh setelahnya. Dia tau bet gimana kegilaannya Disti sama satu guru kimianya.

"Aduh mau." Disti sumringah bet pas denger guru ganteng masih muda. Enak bet dijadiin calon suami, pikir Disti.

"Ih, doyannya sama yang alot." Cetus Reva membuat keempat cewek itu menatapnya.

"Biarin! Urusan buat Lo!" Jutek Disti.

"Tapi gue kasihan sama pak mikel kalo nanti nikah sama anak cebol bentukan kek si Disti. Masa pak mikel yang ganteng badannya tinggi dapetin kecebong air kayak Adisti." Cetus Rara dan mendapatkan kekehan dari ketiga sahabatnya. Rara kalo ngomong sebelas dua belas kadang sama Ayu. Gak mikirin perasaan orang main asal ceplos aja dan jujur banget lagi ngomongnya, enteng bet.

"Bilang apa Lo Arara Adimaya?!!" Marah Disti bersiap untuk melemparkan makanan yang dia bawa ke muka Rara.

"Dari pada ladenin Rara mending capcus guys! Jangan diladeni mulut kaleng rombeng kayak si Rara mah." Cetus Mira durhaka bet adik bentukan Mira.

"Songong Lo, Mir! Gue coret dari surat warisan Umi dan Abi baru tau."

"Siapa Lo? Sorry kita gak kenal."

Orin, Anna dan Disti cekikikan melihat kedua adik kakak itu yang gak pernah akur. Begitupun dengan sahabat Rara yang pada terkekeh.

Saat Rara akan membuka sepatu manusia singa itu keburu kabur. Sambil menjulurkan lidah meledek kakaknya. Belum sempat Rara nabok dia pake sepatu udah cabut aja. Membuat si manusia buaya mendengus dengan tingkah adik durjananya.

"Lo kenal banget yah sama Mira?" Tanya Reva penasaran.

"Kepo Lo kek kura-kura ninja."

Reva cuma bisa mandang malas sahabatnya. Orang dia serius nanya kurang asem emang Rara tuh. Daripada ladenin Rara mending dia lanjutin makannya yang sempat tertunda barusan gara-gara kehadiran gerombolan Queen idola sekolah.

"Kalian gak mau gabung aja sama kita?" Tawar Alvi tersenyum kepada gadis-gadis cantik itu.

"Gak!" Ketus Anna dan Disti langsung pada pergi kedua bocah itu.

"Buset ketus amat!" Cekikikan Reva pas ngeliat kedua manusia kerdil itu.

"Gak usah dimasukin hati mereka emang kayak gituh kok." Ucap Orin merasa tidak enak sama kelakuan kedua sahabatnya. Mungkin Anna dan Disti masih kesal terhadap kelakuan Ayu yang notabenenya sahabat dari mereka. Jadi kebawa-bawa deh ke sahabatnya juga.

"Kalo Orin mau gak dimasukin ke hati aku?" Goda Reva memainkan alisnya sama itu cewek bahenol didepannya.

"Heleh mulai kumat." Malas Agatha mending makan cireng daripada ngadepin tingkah buaya darat dari sahabatnya.

"Kalo Reva mau aku masukin ke lobang WC?" Rara menyuapkan sambal pada Reva yang tersenyum sama Orin.

"Anjir Rara! Pedes geblek." Marah Reva dan buru-buru meminum jusnya. Sedangkan Orin cuman bisa terkekeh kecil sama kelakuan bocah-bocah itu.

"Lagian mata Lo gak bisa bet liat yang bening." Cetus Agatha.

"Mana bahenol lagi." Ceplos Reva dan itu sukses membuat Orin tersipu malu.

Malu bet rasanya dikatain kek gituh mana depan muka Orin bet lagi Reva ngomong kejujurannya.

"Astagfirullah teh Rere!" Ucap Alvi geleng-geleng kepala sama otak mesumnya Reva.

"Eh maaf Rin! Gak bermaksud loh ya!" Kata Reva yang merasa tidak enak sama Orin.

"Bohong Rin, lebaran masih jauh jangan dikasih maaf." Ucap Rara memanasi.

"Yeh bangsul!" Reva geplak kepala Rara yang lagi anteng makan bakso.

"Gue ke temen-temen dulu kalo gituh." Pamit Orin tersenyum.

"Mau dianterin gak teh?" Tawar Alvi ikutan tersenyum.

"Elah! Deket doang kok kalo Orin mau ke pangkalan militer baru Lo anterin." Cetus Agatha menggagalkan aksi modus Alvi buat deket-deket sama cewek bahenol didepannya.

"Gue cabut deh!" Orin buru-buru pergi sebelum terkena modus buaya-buaya laper.

"Teteh Tata sih gak bisa bet liat Mumun bahagia." Sebal Alvi sambil memperhatikan kepergian Orin.

"Lagian tau aja yang cakep mah." Celetuk Agatha.

"Nyai ratu kita kemana ges? Kok ngilang sih katanya mau ke toilet gak balik-balik tuh anak." Ucap Rara.

"Mungkin lagi semedi dulu di toilet." Cetus Reva.

Mereka semua melanjutkan makannya tanpa ada Ayu. Karena gadis itu tadinya cuman pamit sebentar ke toilet tapi gak nongol lagi. Semoga aja Ayu gak dibawa kolor ijo penghuni toilet.

Muncullah Dara sama Aldi yang menjadi tatapan anak kelas XII-D dan Rara dkk pastinya. Sontak mereka kompak membulatkan mata melihat Dara dan Aldi datang secara bersamaan. Bukannya akhir-akhir ini Dara sering ngejar Ayu kan? Kok udah deket lagi aja sama Aldi.

"Aldi, Dara mau ke teman-teman ya." Senyum Dara sama Aldi yang berjalan berdampingan sama dia.

"Iya Ra." Ucap Aldi sedikit mengangguk dan tersenyum.

Dara memisahkan diri dari Aldi tapi sebelum ke teman-temannya dia memesan makan terlebih dulu. Karena waktu istirahat dari jam olahraga udah mepet. Tapi tenang Dara punya kekuatan super kalo soal makan pasti cepat.

"Teh! Teh! Teh!" Alvi menepuk-nepuk bahu Agatha yang duduk disebelahnya.

"Iya gue lihat!" Ketus Agatha dan menjauhkan tangan Alvi yang gak mau diem pisan. Main mukul-mukul aja.

"Kok mereka bisa barengan?" Heran Reva.

"Gak heranlah! Kan emang Dara suka sama Aldi kan?" Tanya Rara sama mereka semua.

"Terus maksudnya deketin teh Ayuy apa?" Bingung Alvi.

"Gak tau! Udah ah gak usah ngurusin hidup orang." Rara kembali menyuapkan bakso ke mulutnya.

"Kalo emang Dara masih suka sama Aldi gak usah pake segala deketin Ayu gak sih?" Tanya Agatha sama sahabatnya sedikit kesal dia sama sikap plin-plan Dara. Yang katanya suka sama Ayu ngejar-ngejar terus sekarang malah udah nempel lagi aja sama Aldi. Apa coba maksudnya? Bikin geram aja liatnya Agatha.

"Ada benernya juga tuh! Apalagi tadi Mumun liat kayaknya teh Ayuy cemburu ngeliat teh Dara sama Aa Aldi." Timpal Alvi.

"Gue pikir Dara udah move on dari Aldi pas kejadian nembak Ayu dikantin. Taunya belum terus niat dia nembak Ayu apa?" Tanya Reva ikutan kepo.

"Lo inget gak sih Dara pernah bilang dia dimasukin ke tong sampah sama Ayu?" Ujar Agatha.

"Maksudnya teh Dara marah gituh terus gak terima. Jadinya deketin teh Ayuy buat pura-pura aja gituh. Buat aksi balas dendam teh Dara?" Tanya Alvi meminta penjelasan lebih detail dari Agatha.

"Bisa jadi kan?"

"Gue pikir Dara gak gituh deh orangnya." Cetus Rara yang emang dia rada kenal Dara lewat Mira. Apalagi tuh manusia kerdil suka bet main ke rumah. Dan selama itu juga Dara anak yang baik nan polos pun. Gak mungkin otak bayi Dara punya niat jahat sama Ayu. Rara gak percaya kalo Dara bisa punya niat buruk sama orang.

"Lo mana tau! Kan Lo gak kenal dia." Cetus Agatha.

Saat Rara akan membuka suara dia mengingat perkataan adiknya yang tidak boleh semua orang tau soal hubungan mereka berdua. Bukan apa-apa Mira cuman males aja kena masalah gara-gara Rara. Karena dulu pas SMP dia pernah di labrak sama cewek dari fans alaynya Rara. Dia jadi trauma kalo mengakui Rara sebagai kakaknya. Yang diincar bukan Rara melainkan Mira adiknya. Siapa yang berani sama Rara? Si gadis pemegang sabuk hitam dalam taekwondo.

"Hai....." Sapa Dara ramah dan tersenyum sama keempat cewek yang lagi ngerumpiin Dara padahal mah.

"Halo teteh...." Sapa Alvi ikutan tersenyum membalas senyuman Dara yang melewati meja mereka. Tentu setelah Dara selesai memesan makan dan berjalan kearah meja teman-temannya.

"Sok ramah!" Cibir Agatha sama Alvi.

"Gapapa atuh! Senyum itu ibadah." Ucap Alvi kembali fokus makan.

Agatha memperhatikan Dara yang udah duduk bersama sahabatnya. Awas aja Dara kalo berani sedikit aja nyakitin Ayu. Bahkan langsung berhadapan sama Agatha nantinya. Dia gak mau kalo sampe Ayu kenapa-kenapa.

"Ra, sejak kapan Lo deket sama Aldi?" Tanya Anna sama Dara yang udah duduk bergabung sama mereka. Dia penasaran sama kedekatan Dara dan Aldi.

"Baru gue mau nanya itu." Cetus Disti.

"Emang kenapa salah kalo Dara deket sama Aldi?" Tanya Dara sama keempat sahabatnya.

"Iya salah ogeb! Inget dia tuh udah nyakitin Lo!" Sebal Anna.

"Kita gak boleh dendam tau." Ucap Dara berbaca doa dulu sebelum makan.

"Dih apaan! Kalo gue mah udah kepengen aja ngedoain orang yang udah nyakitin gue biar masuk neraka jahanam." Celetuk Disti.

"Dosa yang ada Lo!" Cetus Orin.

"Lho kalian ngapain makan di kantin saat jam pelajaran?" Tanya Bu Wiwi selaku guru BK. Dia kepengen beli jus mangga. Eh, malah melihat kantin penuh oleh anak kelas XII-D.

"Buset Bu Wiwi, jir!" Kaget Reva.

Cewek-cewek itu kelabakan melihat Bu Wiwi yang memiliki body gumpal alias kelebihan lemak. Dan yang paling penting suaranya itu mengalahkan gendang dangdut yang bikin kita bergoyang. Beda lagi kalo suara Bu Wiwi. Malah bikin telinga menangis.

Reva buru-buru ngumpet dibawah meja di susul oleh Alvi yang ikutan. Begitupun dengan Agatha dan Rara.

Dugh!!!

"Aduh!" Ringis Reva memegang kepalanya yang kejedot kaki meja.

"Nah loh makan tuh!" Ucap Alvi.

"Ssstttt!!!" Rara menaruh jari telunjuknya dibibir. Memberitahu jangan bersuara karena mereka lagi ngumpet.

Bisa mati ketahuan Bu Wiwi langsung deh dicoret hitam. Mana mereka anak kelas unggulan. Kalo ketahuan bolos pelajaran. Pasti Bu Wiwi ngomelinnya gak cukup waktu satu tahun, gak deng! Itu terlalu lama. Pokoknya mereka gak mau dengerin omelan Bu Wiwi yang suaranya kek demo mahasiswa.

"Bu, ada anak unggulan yang bolos!" Adu Mira membuat jantung keempat gadis itu berhenti berdetak.

Anjir Mira! Umpat mereka kesal.

"Dimana mereka? Berani sekali bolos di jam pelajaran." Ucap Bu Wiwi langkah kakinya mendekati.

"Matilah kita!" Bisik Agatha ketakutan.

"Ini semua gara-gara Lo, Reva!" Kesal Rara.

"Kok jadi gue?" Sewot Reva tak terima.

"Jelas-jelas Lo yang salah! Traktir makan di jam pelajaran." Cetus Agatha ikutan menyalahkan Reva. Udah mah ditraktir memang begitu teman laknat bukan ngucap makasih malah nyalahin pula. Sedangkan Alvi terkekeh melihat Reva yang disalahkan sama Agatha dan Rara.

Saat Reva akan menjawab mulutnya lebih dulu dibungkam oleh Rara. Kalo mereka terus berantem yang ada nanti malah makin panjang urusannya. Apalagi sampe Bu Wiwi mendengar suara ribut. Bisa langsung mati riwayat mereka.

"Guys, dalam itungan ke tiga kita harus lari. Oke?" Ujar Reva berbisik.

"Hah?"

"Udah jangan hah, heh, hoh segala! Lo pada mau apa kalo si gembrot hukum kita?"

Tentu mereka menggeleng dengan pertanyaan Reva. Gak mau lah mereka! Mana lapangan lagi panas-panasnya banget.

"Mana yang bolos?" Tanya Bu Wiwi.

"Gak ada kok Bu, disini anak kelas XII-D semuanya. Kita habis olahraga, iya kan temen-temen?" Tanya Dara kepada sahabatnya.

"Bohong Bu, ada mplmmhh...."

"Gak ada Bu, disini anak kelas XII-D semuanya!" Sela Dara. Tak lupa gadis itu juga membungkam mulut Mira yang akan mengadu.

"Yakin?" Tanya Bu Wiwi, curiga.

Anak-anak kelas XII-D melihat gerombolan Rara yang ngendap-ngendap keluar kantin. Mereka malah diem aja ngeliatin bukannya ngadu kayak Mira. Sedangkan Mira melotot matanya memberitahu Bu Wiwi kalo keempat cewek yang lagi bolos ada dibelakang Bu Wiwi.

Tapi guru gumpal itu masih saja berkacak pinggang melihat gerombolan Dara. Gak ngeh kalo dibelakangnya ada cewek-cewek itu.

Rara ngacir duluan setelah berhasil lolos dari Bu Wiwi. Ketiga sahabatnya mengumpat kesal melihat gadis itu yang lari kek gak inget umur.

Dugh!

"Aduh!!!!" Rintih Reva pas jatuh keselengkat dia sama kakinya sendiri. Anak kelas XII-D malah terkikik melihat Reva yang nyungsep mencium ubin. Momen paling langka melihat most wanted jatoh.

"Teh Rere makanya pelan-pelan atuh." Cetus Alvi membantu Reva bangun dengan cepat-cepat.

"Makanya jalan tuh pake otak!" Ucap Agatha ikutan membopong Reva yang sedikit tertatih akibat terjatuh. Mereka buru-buru pergi dengan Reva yang diangkat paksa sama Alvi dan Agatha. Kalo Rara udah gak tau kemana tuh wujudnya. Gak setia kawan emang tuh bocah satu.

Bu Wiwi yang mendengar suara Reva dan kedua anak cebong itu berbalik. Tapi gadis-gadis itu sudah tidak ada di penglihatannya.

Mira melepaskan tangan Dara yang membekap mulutnya. Dia melotot kesal karena Dara malah membela gerombolan anak most wanted dari hukuman. Yang seharusnya itu mereka pasti hormat di tiang bendera. Tapi sebelum itu mendengar lebih dulu wejangan dari Bu Wiwi.

"Mana yang bolos, Mir? Kasih tau Ibu."

Tak!!!

"Awhh...." Ringis Mira saat Dara menginjak kakinya.

Mira melihat Dara yang memberi kode lewat telepati mata, jangan dikasih tau!

Sedangkan Mira cuma bisa muterin bola mata malas, malas bet. Dasar Bucin! Dumel Mira.

"Maaf Bu, saya pikir ada yang bolos tapi ternyata saya salah liat." Ucap Mira mendelik tajam kepada Dara.

"Awas ya, kalo kalian kerja sama!" Cetus Bu Wiwi berlalu pergi meninggalkan kantin.

Semua anak yang ada di kantin menghela nafas termasuk gengnya Dara. Dari tadi yang udah menahan berak dengan kehadiran Bu Wiwi. Memang sangat ditakuti oleh seantero sekolah.

"Heh cepetan! Setelah 15 menit kalian langsung masuk ke kelas lagi!" Ucap Bu Wiwi yang nongol lagi di kantin buat mereka terlonjak kaget.

"Iya Bu..." Jawab mereka serempak.

"Buset tuh guru main nongol lagi aja kek Jin botol. Kaget gue!" Anna mengelus dada. Tentu dia ngomong gituh setelah Bu Wiwi tidak ada.

"Lo lagi Dara! Ngapain coba belain mereka!" Omel Mira.

Dara cuma bisa cengengesan kek orang gila.

"Maklum Mir, sahabat gebetannya!" Kesal Disti.

Dara cuma bisa malu-malu gorila. Apalagi tadi dia sempat di kasih makanan sama Ayu. Awhh!!! Sumpah Dara kelimpungan. Gak kuat manis banget ngeliat Ayu ngasih perhatian sekecil itu.

"Ihh Dara, Ayu kan udah jahat sama Lo. Masih aja Lo mau baik hati. Manaan pake segala belain sahabatnya kalo gue jadi Lo. Udah gue masukin dia ke lumpur Lapindo!" Cetus Orin.

"Bener banget! Emang Dara itu gak punya hati Rin. Udah disakiti sama Ayu malah ngebelain kawan-kawannya!" Timpal Disti memutarkan bola mata.

Anna dan Mira juga dibuat heran sama Dara. Entah pelet apa yang Ayu pakai sampai membuat sahabatnya yang lurus bisa belok jadi suka sama yang sejenis gituh. Kayaknya mereka perlu rukiah Dara biar gak ada setan yang merasuki dirinya. Siapa tau aja setan dalam diri Dara belok. Sampe bikin Dara jadi suka sama Ayu yang jelas-jelas mereka sama-sama cewek. Pokoknya sebagai sahabat Dara mereka harus mencari cara agar membuat sahabatnya balik lagi ke jalan yang lurus jangan belok gara-gara tuh manusia kulkas berjalan.