Seungjin yang berjalan perlahan memasuki gerbang sekolah, mencoba memikirkan hari-hari yang telah berlalu, terutama saat Ia sedang bersama Snow. Tidak banyak kenangan yang bisa Ia ingat, selain pertengakaran dan kesalah pahaman waktu itu.
Seungjin langsung teringat pada Dowoon yang menginginkan Snow menjadi pacarnya di hadapan mereka semua, juga sikap Jae yang terang-terangan menunjukan ketertarikannya pada Snow.
Lalu, bagaimana dengannya?
Ada sepercik rasa cemburu yang tumbuh dalam dirinya. Ia yang telah lebih dulu mengenal Snow. Ia yang telah lebih dulu berbicara pada Snow. Ia bahkan menyelamatkan Snow dari hantaman bola basket waktu itu.
Ia juga menyukai Snow, namun mengapa hanya dirinya yang tidak bisa menunjukan hal itu semudah Dowoon dan Jae?
Seungjin menatap jauh ke depan dan melihat sosok Snow yang sedang berjalan sendirian. Inilah saatnya! Entah bagaimana caranya, Ia harus bisa membuat kenangan bersama Snow.
Semoga, bersama kenangan-kenangan yang akan mereka buat, dapat menunjukan perasaanya pada Snow. Ia segera berlari menyusul Snow.
"Hei!" sapa Seungjin yang mengagetkan Snow setengah mati.
"Oh my gosh! Kau mengagetkanku!" kata Snow kesal.
"Maaf. Aku memang sengaja." jawab Seungjin santai lalu menatap Snow. "Hei! Pagi-pagi jangan makan es! Nanti sakit!"
"Leave me alone!"
Seungjin langsung terdiam. Hanya sejauh ini percakapan yang bisa Ia lakukan dengan Snow. Ia tidak mempunyai bahan pembicaraan sama seperti Jae.
Dalam keadaan canggung itu, Seungjin melihat jam tangannya. Ada sesuatu yang tiba-tiba terpikirkan. Ia langsung menarik Snow dan berlari ke ruang olahraga.
Like it? You may want to add this book to your library!
If you have some idea about my story,
please be free to comment it and let me know.
*ps: your power stone will be refill every 24 hours,
so spare me one of them, please.
Thank You xoxo.