Bagaikan sebuah lukisan bumi pasca dilanda badai hujan angin yang besar...suasana tampak kembali tenang, dengan hanya meninggalkan puing-puing bangunan yang runtuh berantakan, pohon-pohon yang tumbang, daun-daun dan sampah berserakan dimana-mana. Begitu juga dengan suasana di keluarga Hasann, mereka perlahan menata kembali semangat hidupnya yang sudah sempat dahsyat terpecah-pecah. Tuhan memang maha besar dan adil, itu yang Hasann rasakan. Diapun tetap taat beribadah. Usaha sate ibunya juga semakin ramai dikunjungi pembeli dan uangpun mulai terkumpul.
Ada keinginan bapaknya untuk membelikan sebuah sepeda motor untuk Hasann. Agar ia bisa merasakan hal yang sama dengan teman-temannya yang lain. Disamping dia bisa lebih cepat untuk pulang –pergi kesekola dan berkegiatan lainnya.
Di suatu pagi sebelum Hasann pergi meninggalkan rumah , bapaknya bilang "San ...bapak ada uang sedikit dan mau belikan sepeda motor buat kamu...kira-kira gimana ?"
Hasann kaget "Waaah masa sih Pa ?" katanya sambil membukakan matanya lebar-lebar tanda antusias , ga nyangka samasekali..."motor Honda aja Pa," katanya.
"Mahal San kalo merk Honda mah, paling juga motor Suzuki. "
"Iya nggak apa-apa Pa Suzuki juga..." katanya senang berseri-seri.
"Motor bekas aja Pa," saran Hasann .
"Iya ...darimana duitnya kalo motor baru mah San ?" jelas bapaknya sambil terkekeh-kekeh... .
"Iya bagus Suzuki juga Pa." Hasann senang, wajahnya sumringah.
Hasann yang engga menyangka sama sekali , engga juga pernah berharap dibelikan sepeda motor, hanya bisa mengiyakan dengan gembira. Dia juga tidak sampai menanyakan berapa banyak uang yang bapaknya pegang.
Pa Rahmat tahu banyak tentang seluk-beluk sepeda motor. Hasann belum tau apa-apa, dia sadar akan keterbatasannya.
Selang 3 bulan kemudian, ada sebuah sepeda motor bekas terparkir, yang memenuhi teras depan rumahnya yang kecil itu.
Sore harinya Hasann tiba dirumah "Wiih bagus pa motornya," katanya sambil senyum terus memperhatikan motor itu , seakan menyambut anggota baru dirumahnya.
"Iya masih bagus" kata Ahmad abangnya yang nomor satu itu.
Hasann yang belum bisa mengendarai sepeda motor langsung belajar ke abangnya. Mungkin karena abangnya juga pintar cara mengajarkannya, hanya satu hari ia belajar. Hasann langsung bisa dan sudah diijinkan untuk mencoba mengendarai motornya sendiri.
Kok bisa secepat itu ? iya emang Hasann cukup pintar anaknya.
Apa engga bahaya ? Awal Hasann mengendarai motornya seorang diri, hanya beberapa ratus meter saja dari rumahnya.
Memang sih, hampir saja Hasann dan motornya jatuh ke kali waktu dibelokan menuju rumahnya ...karena motornya terus saja meluncur belok tanpa Hasann rem atau kurangi kecepatannya , sampai-sampai beberapa orang yang sedang duduk disana merasa ketakutan. Motornya nylonong begitu saja dibelokan dan nyaris celaka ! tapi untunglah, tetap ia sampai disudut jalan dengan selamat.
Hari-hari selanjutnya Hasann mengendarai motornya kesekolah...bangga juga dia menjadi seorang pelajar SMA pakai motor pula ! kereen pikirnya .
Setiap kali dia memarkirkan motornya diantara deretan motor lainnya ,dia pun mengangguk-anggukan kepalanya sambil melihat motor lainnya yang berderet.
"Waah boleh juga nih , aku pakai motor sekarang, sama dengan yang lainnya," dalam hatinya.
Hasann berperawakan kurus dengan tinggi sekarang 170 cm dan hobi olahraga sepakbola. Dia berperan jadi keeper alias penjaga gawang untuk tim di kelasnya. Hasann selalu dimainkan disetiap pertandingan .
Banyak temannya mengakui keberanian Hasann menangkap bola. Dia berani terbang meninju bola yang datang dari penjuru lapangan dengan kepalan tangannya dan jatuh ditengah banyak pemain depan gawangnya. Ia bermain layaknya seorang keeper profesional seperti yang sering ia tonton di televisi.
Hasann berani menjatuh kan dirinya ke kiri dan kanan tiang gawangnya, untuk menggagalkan usaha lawannya menjebloskan bolanya. Alhasil, ia hampir selalu mendapat cedera luka ditangan atau kakinya setelah pertandingan usai, tapi itu bukanlah masalah besar baginya .
"Hebaat luu ...keeper jagoan !" kata teman-temannya bangga sambil menepuk-nepuk pundaknya..."engga ada yang seberani elu terbang nangkep bola."
Hasann cukup disegani oleh teman-temannya dan dikenal sebagai anak yang berani tapi kali ini dalam hal yang positif tentunya dan ini membahagiakan hatinya.
Hasann sekarang berkawan dengan beberapa teman sekelasnya yang berperilaku baik.
Mereka sering belajar dan mengerjakan tugas sekola bersama.
Perlahan Hasann mulai tumbuh menjadi dirinya sendiri yang positif . Dia mensyukuri atas apa yang sudah dia lalui dan berterima kasih kepada pa Henga yang tetap membiayai iuran sekolahnya. Tanpa bantuannya, tentu Hasann tidak bakalan bisa tumbuh sampai seperti ini sekarang.
Berkat pa Henga juga ia bisa belajar bertanggung jawab dengan hidupnya, ia rajin dan disiplin belajar.
Dari sekian banyak mata pelajaran, dikelasnya ia paling pintar untuk mata pelajaran matematika, gurunya pun mengakui kepintarannya. Itu dia dengar dari kawannya.
Teman sekelasnya yang bernama Lenny pernah bilang ke teman-temannya waktu ada Hasann juga disana "Ibu Oti bilang tuh... kalo Hasann pintar matematikanya."
Hampir 2 tahun setelah kejadian bersama Reggie itu , semua aktivitasnya berjalan lancar tanpa ada hambatan yang berarti. Dan tibalah saatnya ujian akhir yang akan menentukan kelulusan murid .
Semua siswa sibuk mempersiapkan diri untuk ujian akhir , begitu juga dengan Hasann .
"Kok nggak sekolah San ?" bapaknya bertanya.
"Libur Pak selama 1 minggu ini , mau ujian akhir soalnya" jawabnya.
"Ooh nggak terasa yaa , 3 tahun sudah kamu sekolah...cepat sekali rasanya yaa?"
"Iya Pak" kata Hasann sambil berfikir mau kemana setelah ini, belum ada kepastian.
Sejenak kemudian Hasann meneruskan kata-katanya "Kayaknya kalo sudah lulus SMA ini , Hasann mau coba daftar di Universitas Negri Pak. "
"Ooh iya Nak" jawab bapaknya datar. Ia engga begitu paham soal universitas dan engga pernah terfikir olehnya untuk menyekolahkan anaknya sampai setinggi itu. Salut juga ia akan niat anaknya satu ini untuk terus belajar.
Hasann mendapat kelulusan dan mulai sibuk mendaftar untuk masuk perguruan tinggi. Teman-temannya juga ada yang mendaftar untuk kuliah di Luar Negri, ada yang di universitas swasta dan banyak pula yang mencoba mendaftar di Universitas Negri.
Seperti diketahui masuk Universitas Negri itu relatif murah biaya kuliahnya tapi engga mudah karena persaingan ada dari seluruh siswa di Indonesia. Perbandingan yang diterima dan yang gagal sangat tinggi sekali . Kuliah di Universitas Negri itu membanggakan karena kualitas pendidikannya dan lulusannya diperhitungkan didunia kerja.
Hasann yang dari awal bercita-cita untuk jadi seorang dokter pun, ingin sebenarnya mendaftar di Fakultas Kedokteran universitas itu. Tapi dia mendengar kalo nanti kuliah, ibunyalah yang akan membiayai kuliahnya, jadi tidak lagi minta bantuan kepada pa Henga .
Ibunya bilang ,"Nanti kalo Hasann kuliah biar ibu aja yang bayar Naak ,engga usah lagi minta bantuan ke pa Henga, malu juga kita bergantung terus."
"Emang bisa Bu...?"
"Bisalaah San , nanti ibu usahakan Naak !" tekad ibunya.
bercerita suatu hari ketika mereka kumpul-kumpul merencanakan kuliahnya.
Suatu hari ketika Hasann dan teman-temannya berkumpul merencanakan kuliahnya,
"Kuliah kedokteran itu lama tauk ...! bisa sampe 7 tahun , biayanya mahal pula...belum lagi kalo mau ambil spesialis, elu kudu kuliah lagi dan udah pasti laah banyak keluarin uang, harus tebal kantongnya," kata temannya.
Cerita temannya soal biaya kuliah kedokteran itu terus terngiang-ngiang dikepala Hasann.
Ada rasa takut, kalau dia nanti sampai putus ditengah jalan, tidak bisa menyelesaikan kuliahnya karena terhalang biaya. Tentu itu akan menjadi masalah besar buat dia dan keluarganya.
Hasann dihadapkan dengan dilema yang cukup rumit memerlukan kebesaran hati , jiwa dan naluri untuk memutuskan.
Akhirnya setelah dipikir dan ditimbang-timbang sendiri, Hasann pun memilih jurusan Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam. Dia terpaksa harus melupakan keinginan dan cita-citanya untuk menjadi seorang dokter.
Dia pikir mungkin setelah lulus nanti, dia bisa jadi guru di Sekolah Menengah Atas.
Waktu pendaftaran di kampus Universitas Negri , petugas yang juga mahasiswa melihat nilai ijasahnya dan menyarankan Hasann untuk ikut program PMDK , Penelusuran Minat & Kemampuan saja.
"Apa engga lebih baik kamu ikut jalur PMDK aja ?" tanya seorang mahasiswi yang bertugas siang itu.
Hasann yang baru sadar kalo jalur PMDK itu lebih khusus untuk bidang yang disukai , ia menyetujui.
"Oh iya ...saya mau Ka," katanya.
Dan iapun mendaftarkan diri lewat jalur sesuai dengan anjurannya.
Hasann melewati test masuk yang sedikit berbeda dengan calon mahasiswa lainnya , testnya lebih fokus ke soal matematika .
Ia tidak menemukan banyak kesulitan mengerjakan soal-soal matematikanya karena memang dia berbakat di bidang itu. Beberapa minggu kemudian , pengumuman hasil test masuk perguruan tinggi negri pun keluar. Nama Hasann ada diantara ribuan nama-nama siswa yang diterima diseluruh Universitas Negri di Indonesia .
Oooh... begitu lega dan gembiranya Hasann karena itu adalah pencapaian yang terbesarnya selama ini ,menjadi seorang mahasiswa di Universitas Negri pula...!!
Seketika saja, dia ingin rasanya berada disuatu puncak gunung yang tinggi sekali dan berteriak " Wooooy aku jadi mahasiswaaaa !!! , " gitu... hm.
Dan kabar gembira itu segera disampaikan ke ibu, bapaknya ,merekapun senang sekali. Hasan bilang mau jadi guru nanti setelah lulus jadi sarjana. Cerah muka ibu bapaknya mendengar cita-cita mulia anaknya , mereka menatap Hasann dengan senyuman . Semua engga menyangka juga kalau Hasann bisa lanjut sekolahnya sampai tingkat Universitas.
Soal pilihannya masuk Fakultas Matematika itu, orang tuanya sih engga tau apa-apa , setuju- setuju saja dengan pilihannya.
Tapi Hasann merasa yakin dan senang dengan pilihannya. Dia pikir biayanya tidak akan terlalu membebani keuangan keluarganya, dibandingkan jika ia masuk Fakultas Kedokteran yang mahal itu.
Kasihan ibuku kalo aku harus kuliah kedokteran, batinnya.
Dan ia yakin sekali bakal menyukai materi pelajarannya nanti dan bisa menyelesaikan kuliahnya secepat mungkin. Hmm...boleh juga pertimbangannya yaa ?
Terlihat disuatu pagi Hasann bersama bapak dan ibunya membicarakan hal yang berkaitan dengan pa Henga .
" Kayaknya kamu harus ketemuin pa Henga secepatnya San..., kasih tau dia kalau kamu sudah diterima di Universitas . Tolong kabarin juga soal biaya kuliah yang nanti akan kita tanggung sendiri," kata pa Rahmat.
"Iya Pa" jawab Hasann , tapi apa engga sebaiknya kita sama-sama aja kesananya? ...nanti bapa yang ngomong ke pa Henga?" usulnya.
Bapaknya menoleh ke Hasann dan mengangguk tanda setuju.
"Boleh, nanti kita berdua kesana yaa."
Akhirnya disuatu siang , Hasann dan bapaknya kerumah pa Henga .
Mereka bertemu pa Henga dirumahnya yang besar dengan halaman yang luas. Pak Henga ini seorang pengusaha pakaian jadi di Bandung, juga memiliki sebuah hotel bintang 2 di belokan jalan Otto Iskandar Dinata. Usianya sekitar 50 tahunan, lebih muda dari pa Rahmat yang sudah berumur 60 tahun.
Meski ia seorang yang cukup terpandang dilingkungannya, pa Henga menghormati dan menyukai pa Rahmat karena dinilai jujur, sederhana dan santun dalam bersikap dan bertutur kata.
"Maksud kedatangan kami kesini mau sekedar mengucapkan terimakasih sama pa Henga atas bantuannya selama ini," kata bapaknya ... "kalo tanpa bantuan dari Bapa tentu sekolahnya Hasann engga bisa sampai sekarang ini," katanya lagi sambl tersenyum menunduk-nundukan kepalanya.
Pa Henga menganggukan kepalanya, "Sama-sama Pa, saya juga senang bisa bantu anak bapak. Sekarang sudah lulus SMA ya kamu San...?" tanya pa Henga mengarahkan mukanya ke Hasann , yang diiyakan oleh Hasann.
"Trus kamu mau lanjut kemana ?" tanyanya .
"Saya daftar di Fakultas Matematika di salah satu Universitas Negri pa...dan sudah diterima !" kata Hasann senyum dan bangga , seakan-akan ingin memberi kejutan.
"Waah hebaat kamu..., " kata pa Henga rada kaget dan kagum. Ia menegakkan tubuhnya.
"Aaah biasa aja Pa, " kata Hasann malu-malu .
"Selamat yaa...hebat engga nyangka saya . Jurusan apa San tadi kamu bilang? tanyanya lagi sambil mengangguk-anggukan kepalanya turut senang mendengarnya.
"Matematika Pa. "
"Ooh...hm... katanya dulu kamu mau jadi dokter ? kalo engga salah ingat saya, kok sekarang ambil jurusan matematika?" pa Henga masih ingat ternyata cita-cita awal Hasann meneruskan sekolahnya.
"Iya Paa betul...hehehe...maaf Pa , berubah ini. Biaya kuliahnya mahal katanya pak kalau ambil fakultas kedokteran mah. Saya engga berani, takut berhenti di tengah jalan nanti, "katanya kecut karena cita-citanya terganjal biaya.
"Ooh gitu yaaa ? ingat pengalaman yang lalu yaa... kamu berteman dan berkumpul dengan orang baik-baik saja ya..., " katanya menasihati.
"Iya Pa ...trimakasih nasihatnya," kata Hasann tersenyum .
Selanjutnya pa Rahmat memberitahu kalo biaya kuliah Hasann nanti akan diusahakan dari keuangan keluarganya sendiri saja. Pa Henga lagi-lagi kaget mendengar itu , sambil tak henti-hentinya mengangguk-anggukan kepalanya. Ia tetap berfikir untuk kelanjutan kuliah Hasann ini.
"Looh kenapa ?" tanyanya, sepertinya dia siap-siap saja untuk membiayai.
"Iya Pa ...maaf sebelumnya," kata bapanya, " ini awalnya usulan dari Alis, ibunya Hasann Pa...." Setelah kami timbang-timbang , mungkin ada baiknya juga kami mulai belajar mandiri. Engga enak masa mau terus bergantung sama orang bapa," gitu bapaknya Hasann menjelaskan.
"Yaaa engga apa-apa sih Pa...saya sih ikhlas saja, tapi syukurlah kalo sudah diputuskan begitu. Kalo misalkan nanti ada yang bisa saya bantu , bapa jangan ragu buat hubungi saya yaa ? Mungkin saya bisa bantu," katanya lagi.
"Yaa Paa, Siap Pa," balas pa Rahmat.
Pa Henga manggut-manggut tanda mengerti dan menghargai keputusannya .
Lumayan lama mereka ngobrol disana ,sampai akhirnya menjelang maghrib Hasann dan bapaknya pamit pulang. Mereka pun memberikan kue titipan Alis, ibunya sebagai tanda terima kasih. Pa Henga senang menerimanya.
"Nantilah saya mampir ke tempat jualannya yaa...!?" kata pa Henga.
Hasann dan bapaknya merasakan suatu kegembiraan setelah sukses menyampaikan rasa terima kasihnya . Dengan tegap, matanya menatap kedepan, lebih percaya diri, pa Rahmat berjalan selangkah demi selangkah meninggalkan rumah pa Henga menuju kediamannya . Bangga sekali dia dengan pencapaian anaknya menjadi seorang mahasiswa. Pa Henga berdiri memperhatikannya sampai mereka keluar pintu pagar tak terlihat lagi. Ia pun turut berbahagia tentunya.
Diceritakan, Hasann kuliah dari hari Senin sampai Sabtu dengan jadwal yang tidak menentu. Baru tau dia kalau jam kuliah itu ternyata tidak seperti jam pelajaran di jenjang SMP atau SMA.
Jadwal kuliahnya cukup padat dari pagi sampai siang, kadang ada perkuliahan sore atau pertemuan di malam hari. Dan yang cukup menyenangkannya adalah pakaiannya boleh bebas ,tidak lagi diharuskan memakai seragam seperti dulu. Ia berangkat kuliah mengenakan kaos T-shirt & celana jeans. Waah ini dia yang membedakan pelajar dan mahasiswa dalam hatinya.
"Bebas Bu pakaiannya..., " kata Hasann ke ibunya sambil tertawa-tawa bahagia..."jadi engga ada lagi uang seragam Bu," Hasann godain ibunya.
"Ooh gitu yaa... ? enak dong ? ibu juga mau kuliah San,"balas ibunya candain.
"Hahahahaha," disambut gelak tawa Hasann.
Status mahasiswanya menyenangkan dan membanggakan dia dan semua anggota keluarganya.
Mengetahui jadwal kuliahnya yang tidak beraturan jamnya , orang tuanya memberikan kebebasan kepada Hasann untuk fokus dengan kuliahnya. Ia tidak lagi diharuskan membantu usaha satenya...jadi ia bisa lebih leluasa beraktifitas...ini juga yang menyenangkan Hasann.
Oooh baiknya orang tua ku, dalam hatinya. Aku punya waktu 24 jam sehari sekarang, engga harus 'bekerja'. Aku harus bisa lulus dari kuliahku secepatnya dan mulai membantu mereka nanti, dalam hatinya, niat banget Hasann.