webnovel

Bab 19 - Bad Feel

Siang harinya.

Aurora membuka kedua matanya saat dia merasa punggungnya terasa begitu pegal hingga tidak bisa bergerak dengan baik, hingga akhirnya dia memutuskan untuk menyingkirkan selimut di tubuhnya dan melihat jam yang sudah menunjukan pukul satu siang?

"Aku tidur sangat lama." Ucap Aurora, dia meninggalkan ranjang dan akhirnya memutuskan untuk keluar dari sana, dia tidak menemukan siapapun, dia sudah menebak jika memang pria itu tidak akan ada disini, jadi kenapa dirinya harus mencarinya.

Rasa lapar memenuhi perutnya begitu dia melihat ke arah meja di ruang tamu dimana sudah ada beberapa makanan di sana, mungkin pria itu meninggalkan untuk dirinya.

"Tentu saja, aku tidak akan mengabaikannya, aku harus makan juga." Ucapnya, wanita itu penuh dengan senang langsung melangkah mendekati meja di ruang tamu, duduk di sofa dengan cepat.

Dia juga memelihara beberapa paper bag dari merek pakaian ternama. Chanel, gucci, LV dan masih banyak merek pakaian mahal lainnya yang berjajar disana.

"Mungkin milik pria itu." Ucapnya saat melihat hanya tanpa ingin melihat isinya, dia hanya tidak mau ingin menyentuh barang yang bukan miliknya, jadi lebih baik dia terfokus pada makanan yang ada di hadapan.

Aurora membuka plastik yang menutupi makanan itu, dia mengambil sumpit dan mulai mengaduk makanan yang di hadapannya, pria itu seakan mengira dirinya sangat menyukai spaghetti, padahal dia hanya malas memilih menu makan.

Jadi setiap kali memesankan makan, pria itu selalu memesan menu yang sama.

"Sebenarnya aku sangat bosan, tapi tidak ada makanan lain." Ucapnya, dia bahkan sampai menghela nafas sebelum makanan itu masuk ke dalam mulutnya, hingga akhirnya dia mulai memakannya.

Hingga di pertengahan dimana dirinya sedang asing menikmati makanan yang ada di hadapannya dan menikmati acara yang ditayangkan, tiba-tiba bersuara suara bell kamar hotel.

Apakah pria itu sudah pulang? Tapi kenapa dia tidak langsung masuk, bukankah dia memiliki kartu akses itu? Apakah dari orang lain?

"Apakah ada pesanan dari layanan kamar?" Tanya Aurora, dia sedikit rela harus menunda dahulu makannya, habisnya jika sudah berhenti dia akan sulit kembali makan.

"Baiklah, kenapa berisik sekali!" Sampai akhirnya dia terusik dengan suara yang tidak berhenti, dia memutuskan meninggalkan ruang tamu dan berjalan ke arah luar, tangannya langsung menggunakan kartu akses untuk membukanya.

Begitu pintu terbuka langsung memperlihatkan beberapa pelayan yang membawa sesuatu di tangan mereka masing-masing, kenapa mereka semua hanya berdiri sana?

"Apakah semua ini pesanan untuk kamar ini?" Tanya Aurora, dia ingin menyebutkan nama pria itu tapi dia takut jika Julian tidak memesan kamar hotel atas namanya, itulah kenapa dia bertanya.

"Apakah anda, Nona Aurora?" Tanya salah satu pelayan yang berdiri di paling depan, seperti dia asisten kepala pelayan, terlihat berbeda dari pakaian yang sedikit.

"Ya."

"Kamu di perintahkan oleh Tuan Steven untuk memberikan ini semua dan kami sudah menyiapkan taksi untuk keberangkatan nona setelah mengganti pakaian." Ucap asisten kepala pelayan itu, dia berikan sebuah kotak dan juga beberapa paper bag lagi.

Aurora menerima semua yang mereka berikan, dia bahkan tidak tahu harus mengatakan apa karena semua tangannya sudah lelah memegang semua barang itu, kenapa banyak sekali dan kenapa dirinya harus mengganti pakaian?

Kemana dirinya akan pergi?

"Terima kasih." Kalimat yang hanya Aurora sampaikan, dia masuk ke dalam sambil membawa semua barang, meletakan di atas sofa sampai dirinya tertuju pada sebuah note yang ada di atas kotak itu.

'Pastikan untuk mengenakannya, kau sudah mendengar apa yang pelayan katakan, jadi segera lakukan dan pergi saat taksi datang, kau harus menjalankan tugas mulai hari ini. - Julian'

Tugas?

Alis Aurora menyempit membaca kalimat terakhir, tugas apa? Memang apa yang sudah mereka rencana, bahkan tidak ada diskusi sama sekali antara dirinya dengan pria itu.

Akhirnya dia membuka kotak yang ada di hadapannya, lalu perlahan mengeluarkannya dan melihat sebuah gaun mahal yang benar-benar selembut sutra, bahkan tangannya saja gemetar memegangnya, pria itu membuang uang hanya untuk membelikan dirinya sebuah gaun?

"Akan sangat di sayangkan jika aku harus menyobek gaun ini, berapa ribu dollar yang melayang nanti?" Tanya Aurora, dia hanya sayang dengan nominal uangnya, jika sudah menjalankan tugas bukankah ada hal mendesak yang pasti membuatnya merusak gaun ini?

Lalu dia membuka paper bag lainnya yang berisikan tas, sepatu, aksesoris, anting, kalung, gelang bahkan sampai parfum, semua ada di sana dengan tentu saja harga yang begitu mahal.

Kenapa dirinya bisa menyebut barang mahal? Karena dia sering mendapatkan dari River hampir setiap bulannya, walau gajinya juga bisa membeli tapi dia suka menyimpan untuk menikmati masa dimana dia bebas dari tanggung jawabnya.

"Aku harus mengenakan semua?" Tanya Aurora, dia bahkan belum mandi sejak pagi, tidak mungkin dia langsung mengganti pakaian, bagaimana jika acara itu sangat formal, akan memalukan jika orang-orang mencium aroma di tubuhnya.

Dia hanya bisa menghela nafas, tidak ada waktu untuk kembali menikmati makanan itu lagi, dirinya harus segera mandi walau hanya sebentar dan bergegas menuju tempat yang pria inginkan.

Sehingga membutuhkan waktu sedikitnya tiga puluh menit walau paling cepat untuknya berdandan, dia keluar dari kamar dan segera menuju lift, dia terkejut melihat ada seorang pria berjas yang berdiri di sana.

"Apakah kalian di perintahkan oleh pria itu?" Tanya Aurora, dirinya langsung berbicara kepada kedua orang itu, mereka juga seakan ingin langsung bertanya.

"Ya, kamu di perintahkan Tuan Steven untuk mengawal Nona." Ucapnya.

Aurora memberikan anggukan pada kedua orang yang ada di hadapannya. "Tunggu apa lagi, kita bisa langsung berangkat."

Tanpa mengatakan hal apapun ketiga orang itu masuk ke dalam mobil yang sudah di siapkan, Aurora sedikit gugup dan dia tidak bisa menebak apapun yang akan terjadi disana, dia penasaran tapi enggan bertanya.

Dan mobil itu membawa dirinya pergi dari hotel, ini pertama kali dia keluar dari tempat dimana tidak ada pria itu, Aurora terdiam sambil melamun memikirkan kehidupannya, apakah ini jalan yang benar.

Entah kenapa perasaan buruk sekali menghampiri dirinya, dirinya takut, bahkan tidak tahu harus bagaimana takdir membawanya, dia tidak ingin memikirkan apapun tapi ini selalu mengganggu pikirannya.

Hingga beberapa menit berlalu begitu saja, mobil yang membawa dirinya berhenti di sebuah gedung yang sangat mewah tidak jauh berbeda dengan acara yang sebelumnya dirinya datangi, hanya berbeda di bagian tidak ada paparazzinya.

Aurora keluar dari sana dan melangkah masuk ke dalam dimana kedua orang itu langsung mengikuti dirinya di belakang, begitu pintu di buka pintu, dirinya bertemu dengan Julian yang seakan sedang menunggu dirinya.

"Kau cukup berlambat Nona Aurora." Ucap Julian, pria itu kagum dengan wanita yang ada di hadapannya, karena dia terlihat begitu cocok dengan pakaian yang dirinya berikan.