webnovel

Cinta Pertama pt. 1

Bulan demi bulan berlalu, Dzeko pun benar-benar memutuskan untuk mengambil cuti kuliah diawal tahun ajaran baru. Lelaki itu membantu bisnis Papanya dan menyibukkan diri agar cepat melupakan Aluna. Sekuat tenaga Dzeko mencoba menghilangkan sosok Aluna dipikirannya, sekuat itu pula usaha Aluna untuk mendapatkan jawaban atas surat-surat yang ia kirim selama ini pada lelaki itu. Bagi Aluna, Dzeko adalah lelaki paling jahat sedunia. Bagaimana mungkin lelaki itu pergi dengan cara tidak wajar seperti itu? Belum lagi nomor Dzeko pun sudah tidak aktif lagi, lelaki itu sengaja menjauhi Aluna.

Aluna yang tidak ingin kehilangan Dzeko pun berusaha mencari alamat rumah lelaki itu yang baru, namun sayang yang ia dapatkan hanyalah alamat kantor Papa Dzeko. Maka dengan berbekal alamat kantor itu, Aluna rajin mengirim surat pada Dzeko dua kali dalam seminggu. Perempuan itu menceritakan hari-harinya tanpa Dzeko, juga menceritakan semua kegiatan kuliahnya. Bagaimana bisa Dzeko melupakan Aluna kalau perempuan itu rajin mengirimi-nya surat seperti itu? Pernah mencoba mengabaikan tapi Dzeko justru penasaran hal apa lagi yang akan diceritakan Aluna?

Hingga tepat dua tahun setelah kepergian Dzeko, Aluna tak lagi mengiriminya surat. Hal itu tentu membuat Dzeko berfikir mungkin Aluna sudah benar-benar melupakannya. Atau mungkin Mario yang meminta Aluna untuk berhenti mengiriminya surat. Dzeko pun tak menaruh harapan besar pada surat-surat yang dikirim Aluna. Toh sedari dulu Aluna hanya menganggapnya teman, tak pernah lebih dari itu. Perempuan itu juga hanya membutuhkannya sebagai teman main. Aluna sudah menjadi milik Mario, Dzeko tak punya tempat lagi di hati Aluna. Kan dari dulu memang konsepnya begitu, teman akan dilupakan kalau sudah punya pacar. Posisi Dzeko sudah tergantikan oleh Mario.

Awalnya sih begitu, hingga suatu hari Mario tiba-tiba mengiriminya pesan lewat media sosial.

From: Mar.io

Gue udah putus sama Aluna

Gak ada niatan buat balik?

Becanda Lo?

Kenapa putus?

Kurang agresif 🤪

Fuck!

Gue hajar Lo kalo sampai macem-macem ke dia!

Hajar gue langsung sini

Balik lo!

Ada banyak hal yang perlu Lo tahu soal Aluna.

Dia gak baik-baik aja...

Dan setelah berbalas pesan itu, pikiran Dzeko jadi tak menentu. Pasti ada alasan kenapa Aluna berhenti mengiriminya surat. Dan seperti yang Mario katakan, Aluna tidak baik-baik saja. Tangan Dzeko bergetar, ia tatap deretan nomor ponsel Aluna. Haruskah ia mengirimi perempuan itu pesan? Tapi bukankah rasanya aneh jika dua tahun lost contact dan tiba-tiba Dzeko mengirim pesan pada Aluna? Apa yang nanti dipikirkan perempuan itu?

"Shit! Bego banget emang Lo Ko. Jelas-jelas Aluna gak bisa apa-apa tanpa Lo, tapi malah Lo tinggalin gitu aja". Gerutu Dzeko pada dirinya sendiri dan mulai mengetikkan pesan pada Aluna. Tangan yang kini nampak kokoh dengan otot-otot yang begitu seksi itu bergerak lincah di keyboard ponsel.

To: Aluna

Na, maaf udah terlalu lama ya?

Are you okay?

Dzeko

Dzeko membalik ponselnya dan berbaring di ranjang. Matanya ia tutup dengan lengan yang kini dipenuhi tatto. Lelaki itu bahkan tak berani melirik ponselnya. Ia khawatir pada Aluna namun ia sadar diri sudah terlalu banyak menyakiti hati perempuan itu. Maka Dzeko pun tak berharap banyak, dibalas pesannya ya syukur kalau tidak ya mungkin ia benar-benar sudah di blacklist dari kehidupan Aluna.

***

Sementara itu Aluna yang kini sering menghabiskan waktu di warnet untuk bermain games pun nampak acuh dengan notifikasi pesan yang ada diponsel-nya. Perempuan itu sedang penat gara-gara percintaan-nya dengan Mario yang mulai toxic. Setiap hari ada saja yang diributkan, rasanya Aluna menyesal sudah pacaran dengan lelaki itu. Tapi anehnya keduanya tidak mau saling melepaskan, alhasil hanya pertengkaran yang kerap terjadi. Fase manis-manis dalam percintaan sudah lenyap dimakan waktu.

Yeni yang kini mulai menyusun skripsi pun kerap menjadi tempat curhat Aluna. Padahal Yeni sudah pusing dengan skripsinya malah sekarang harus memikirkan nasib percintaan Aluna pula. Tapi perempuan yang jauh lebih tua satu tahun dari Aluna itu berusaha menjadi pendengar yang baik. Yeni paham betul bagaimana sedihnya Aluna pasca ditinggal pergi Dzeko, perempuan itu tidak punya tempat untuk bersandar. Aluna pun jadi tidak punya banyak teman setelah kejadian buruk yang menimpanya setelah Dzeko pergi. Hidup Aluna terasa jauh lebih berat tanpa Dzeko.

"Gue udah selesai shift nih, mau pulang atau mau nongkrong disini sampai pagi?". Tegur Yeni sambil mengetuk-ngetuk meja. Aluna yang melamun sambil menatap layar komputer pun menghela nafas panjang. "Gak bisa apa gue nongkrong disini sampai lulus? Biar gak perlu ke kampus dan ketemu Mario?". Gerutu Aluna. "Masalah itu ada untuk dihadapi, bukan untuk dihindari ya Nona Aluna. Lagian Lo sama Mario kan udah sering konflik, harusnya Lo udah biasa dong? Gak usah terlalu dipikirin lah". Yeni bahkan merasa aneh kalau semisal Aluna dan Mario tak bertengkar walau barang sehari saja. Hubungan toxic keduanya benar-benar sudah dilevel terparah, kalau Yeni sih jelas tak akan kuat bertahan lama-lama.

"Kali ini kayaknya sih salah gue. Mario marah karena gue kerja part time di cafe Kak Viki. Tahu sendiri kan kalau Mario agak sensi sama Kak Viki gara-gara baik ke gue". Curhat Aluna. Yeni lantas memutar bola matanya malas "Itu sih dia aja yang cari-cari kesalahan Lo. Lagian lebay banget sih cuma perkara Lo kerja part time di cafe Viki bisa jadi ribut kayak gini? Apa kabar sama dia yang waktu itu Lo pergokin ciuman sama Baby di perpus?". Oceh Yeni sebal. Memang parah sih, bisa-bisanya Mario kepergok ciuman dengan adik tiri Aluna. Keduanya pun ngeles saat kepergok secara langsung. Katanya Mario hanya meniup mata Baby yang kelilipan, padahal jelas-jelas Aluna melihat bibir keduanya menempel. Tapi ya sudahlah Aluna pura-pura bodoh dan mempercayai alasan klise itu. Masalahnya Baby itu saudaranya sendiri, maka Aluna tidak mau mencari ribut pada perempuan itu. Kalau sampai Papanya tahu mereka rebutan cowok, malu dong!

Apalagi nih sekarang Baby kuliah di kampus yang sama dengan Aluna, satu kos pula ah bahkan satu kamar. Adik tirinya itu benar-benar diterima di jurusan yang sama dengan Dzeko. Kalau suatu saat nanti Dzeko kembali ke kampus, lelaki itu akan seangkatan dengan Baby.

"Aduh! Aduh! Kalau udah bahas itu gue jadi pusing...". Aluna pun buru-buru membereskan barang-barangnya dan bergegas keluar dari bilik. Kebiasaan Aluna selalu menghindar kalau Yeni mulai membahas keburukan Mario. "Yaelah Na, apa sih yang bikin Lo gak bisa lepasin Mario? Hubungan Lo udah toxic gini". Yeni mengekori Aluna yang berjalan cepat didepannya.

"Ya karena gue gak mau jadi jomblo". Sahut Aluna cepat, ya memang itu alasannya sih. Ia mempertahankan Mario hanya demi status, tidak ada yang lebih. "Astaga Aluna, kayak gak ada cowok lain aja sih". Aluna pun langsung berbalik cepat dan menatap Yeni lurus-lurus. "Sekarang gue tanya sama Lo, emang ada cowok yang jauh lebih ganteng dari Mario di club dance?!". Yeni menggedikan bahunya tanda tak tahu. Sejujurnya Mario adalah lelaki paling keren di club dance, dalam catatan yang seangkatan dengan Aluna. Jadi memiliki Mario sebagai pacar adalah suatu kebanggaan bagi Aluna.

"Gak ada kan? Jadi selama belum ada cowok yang jauh lebih ganteng dan keren dari Mario, gue gak akan putusin dia". Kata Aluna mutlak. "Eh tunggu dulu, bukan-nya ada tuh cowok yang sekelas sama Lo. Siapa sih namanya, yang pipinya bolong itu?". Tanya Yeni mencoba mengingat-ingat teman sekelas Aluna yang putih, tampan, dan wangi itu.

"Jefry?". "Nah! Jefry. Dia kan ganteng banget Na, putih pula. Terus wajahnya adem kayak ubin masjid. Sumpah deh dia berkali-kali lipat lebih ganteng dari Mario". Ujar Yeni menggebu. Memang benar Jefry jauh lebih tampan dari Mario tapi ya tetap saja bad boy semakin didepan.

"No! No! Lo tahu kan gue gak suka cowok alim. Jefry itu bestie gue tahu, gak mungkin gue jadian sama dia". Aluna mengibaskan tangannya lalu sibuk mengutak-atik ponsel. "Hah!...".

Pluk!!!

Dengan mata membulat dan mulut terbuka Aluna menjatuhkan ponselnya begitu saja setelah membaca pesan dari Dzeko. "Alunaaaaa... Gila ya Lo, ini hape Lo retak bego". Teriak Yeni sembari memungut ponsel Aluna. "Please, bilang ini cuma mimpi! Gue gak lagi halu kan ya?!". Tanya Aluna entah pada siapa. Barangkali gara-gara terlalu lama menatap layar komputer matanya jadi bermasalah gitu? Masa sih tulisan yang ada di pesan yang ia baca dari Dzeko?

"Ngomong apa sih Lo?". Aluna merebut ponsel ditangan Yeni lalu berlari begitu saja. Kelakuan aneh Aluna tentu membuat Yeni bingung. "Woy!!! Tungguin Aluna...!".

"Haish... Kenapa lagi sih tuh anak". Dengan cepat Yeni mengejar Aluna.

Sesampainya di kamar kos, Aluna terus saja menatap pesan Dzeko tanpa berniat membalasnya. Bahkan ia tatap pesan itu hingga pukul tiga pagi, matanya pun menghitam gara-gara kurang tidur. "Sumpah ini Dzeko yang gue kenal bukan sih? Gue pingin bales tapi gue kan lagi marah sama dia?! Tuhan, gue harus apa?!". Gumam Aluna frustasi. Aluna pun menatap kesamping, tepat dimana Baby sedang tertidur lelap. "Apa gue cabut rambut Baby satu-satu sampai habis sambil bilang bales enggak, bales enggak gitu ya?". Pikirnya konyol. Tapi kalau Baby botak, gak lucu dong.

"Arrrrggghhhhhhhhh... Bodo amat! Gue kangen Koko".

Tik... Tik... Tik...

Aluna pun mengetikan pesan balasan untuk Dzeko lalu melempar ponselnya kesembarang arah setelahnya.

To: 08xxxx

Not okay :(

Gue bakal balik secepatnya

***

"Kak Dzeko? Beneran Kak Dzeko kan ya?". Pekik Baby tat kala melihat sosok lelaki yang ditaksirnya dulu. Dzeko benar-benar kembali ke kampus setelah Aluna membalas pesannya dengan jawaban tidak baik-baik saja. Alhasil lelaki itu kembali mengikuti masa orientasi siswa baru, dan saat ini ia sedang ikut acara makan-makan angkatan-nya. Sialnya ia satu angkatan dengan Baby, kok bisa?! "Eh, Lo Baby. Hai, apa kabar?". Sahut Dzeko basa-basi sembari menyeruput kopinya dengan canggung. Baby pun menarik kursi yang ada disebelah Dzeko dan duduk disana, perempuan itu tentu terkejut akan kehadiran Dzeko. Apalagi visual dan perawakan Dzeko kini berubah drastis. Lelaki itu jauh lebih berotot dan seksi.

"Jadi lo lebih tua dari kita? Kok Baby manggil Lo kak?". Tanya salah satu teman yang tadi sedikit ngobrol dengan Dzeko. "Dia itu seangkatan sama Kakak gue, cuma cuti jadinya ngulang. Iya kan?". Sahut Baby antusias. "Gak nyangka ya Kak kita jadi seangkatan, sekelas lagi". Lanjutnya. "Hah? Sekelas? Lo jurusan bisnis manajemen juga?". Baby mengangguk dengan senyum lebarnya. Ia mengamit lengan Dzeko lalu bersandar di bahu lelaki itu. "Iya Kak! Duh, kalau jodoh emang gak bakal kemana ya". Dzeko nampak risih karena Baby terlalu lengket padanya, belum lagi banyak orang-orang yang menatap kearah mereka. Sudah dipastikan bakal menyebabkan rumor yang tak jelas.

"Bukannya dulu Lo sering nongkrong di warnet bareng Kak Aluna ya? Kok sekarang udah jarang kelihatan?". "Kok tahu kalau gue sering nongkrong di warnet bareng Aluna?". Dzeko antusias kalau sudah menyangkut Aluna, lelaki itu ingin tahu kabar cinta pertamanya.

"Siapa sih yang gak tahu soal hubungan lo dan Aluna? Kayaknya satu fakultas pun tahu deh soal rumor...".

"Eh? Kok jadi bahas anak fakultas lain? Beda jurusan pula, ini kan pestanya angkatan kita. Ayo kita cheers...". Baby secara cepat memotong perkataan salah satu orang yang sedang bicara tadi. Dzeko pun mau tak mau mengangkat gelas kopinya dan bersulang bersama teman-teman satu angkatannya.

"Cheers...". Teriak semuanya kompak lalu Dzeko mulai menyeruput kopinya.

"Aluna, meja nomor 9 ya".

"Uhukkk!". Dzeko sontak terbatuk kala nama Aluna disebut. Ia pun mengelap bibirnya dan menoleh kearah sumber suara.

"Siap Kak". Sahut Aluna yang kini nampak lebih cantik. Rambut yang biasanya sering dicepol itu kini tergerai sedagu. Wajah Dzeko memerah, ia malu karena kembali melihat cinta pertamanya setelah sekian lama.

Teman satu meja Dzeko yang peka pun memiliki ide untuk mengisengi lelaki itu. "Kak Aluna. Lihat sini hmmmpttt...". Dzeko membekap mulut temannya itu dan memberi umpatan beberapa kali. Sial, ia kan belum siap bertemu Aluna. Maksudnya Dzeko tidak tahu harus bersikap seperti apa dihadapan perempuan itu. "Berisik! Kalau dia nengok beneran gimana, anjir!". Desis Dzeko yang membuat semuanya terkikik termasuk Baby.

"Eh?". Aluna beneran nengok. Perempuan itu menyipitkan matanya demi menatap sosok lelaki yang familiar dimatanya.

"Ko...". "Al, buruan customer-nya udah nunggu". Tegur Jefry yang melihat Aluna tak kunjung bergegas padahal customer makin banyak. "Ah... Iya". Aluna pun cepat-cepat membawa nampan berisi kopi dan kue menuju meja customer. Dzeko yang melihat Aluna berlalu pun mengikuti arah gerak perempuan itu. Ia mulai melepas bekapan ditangannya, Dzeko menghela nafas panjang. Lelaki itu meneguk rakus kopi digelasnya untuk meredam perasaan gugup. "Gak pahit tuh Kak langsung diteguk gitu?". Tanya Baby keheranan. Dzeko meletakkan gelasnya ke atas meja dengan kasar sebelum berujar "Hidup gue lebih pahit dari kopi omong-omong". Lalu keluar dari cafe.

Dzeko tak juga berlalu dari cafe, ia menatap bangunan tempat Aluna bekerja itu sembari menghisap sepuntung rokok. Dua tahun cukup untuk merubah kebiasaan Dzeko, lelaki itu kini menjelma menjadi bad boy agar dilirik Aluna. Perempuan itu pernah bilang kan kalau tipe lelaki idamannya adalah bad boy? Maka Dzeko pun rela merubah dirinya demi Aluna. Tindik di kedua telinga, alis, bibir, tak lupa tatto di tangan kanannya, juga tubuh yang kini jauh lebih berotot untuk siapa lagi kalau bukan untuk Aluna.

"Huff... Harusnya gue samperin Aluna dan nyapa dia lebih dulu, bukannya kabur kayak gini. Pengecut banget lo Dzeko". Dzeko menghembuskan asap rokok dari bibirnya. Ia berbalik lalu menendang kerikil didepannya. Lelaki itu berjalan sambil mengingat wajah Aluna tadi. "Aluna emang dari dulu udah cantik, tapi dia kelihatan baik-baik aja". Batinnya sambil senyum-senyum sendiri.

"Dzeko...". Dzeko sontak mematung, ia mengenali suara perempuan yang memanggil namanya ini. Secara reflek Dzeko menjatuhkan rokoknya yang masih setengah, entah kenapa ia tidak ingin perempuan ini melihatnya merokok.

Tap... Tap... Tap...

Terdengar suara langkah kaki yang berlari kecil kearahnya. "Dzeko...". Panggil perempuan itu sekali lagi. Dan Dzeko berbalik tepat disaat perempuan itu sampai dihadapannya.

"Aw!". Aluna memekik kala menubruk dada bidang Dzeko. Ia mengusap dahinya lalu beralih menatap kancing kemeja Dzeko yang dibuka dua dengan tatapan lapar. Ya ampun sejak kapan Dzeko memiliki dada sebidang dan sekeras itu? Mungkin kalau bisa diilustrasikan, saat ini dibibir Aluna keluar air liur.

"L-lo jangan bilang lagi mikir jorok?!". Tebak Dzeko mulai menjaga jarak dengan wajah memerah. Ingat betul jika sosok Aluna adalah sosok perempuan halu yang kerap mikir jorok jika melihat animasi lelaki dengan abs atau berotot. "Hehehe...". Kekeh Aluna matanya masih tak bisa beralih dari dada Dzeko.

"Lo kerja disini?". Tanya Dzeko mengalihkan pembicaraan, ia mengancingkan kemejanya yang terbuka agar Aluna tidak salah fokus. "Heum... Gue part time. Omong-omong... Kenapa Lo baru balik?! Sialan!". Aluna mulai memukuli Dzeko dengan membabi buta, ia kesal karena Dzeko tiba-tiba muncul didepannya setelah dua tahun tak ada kabar. "Maaf... Maaf... Gue kan udah kasih tahu sebelumnya kalau gue mau balik". Dzeko membela diri. Lelaki itu berusaha menangkis pukulan yang diberikan Aluna.

"Hisshhh... Kasih tahu mau balik setelah dua tahun gak bisa dihubungin? Lo kemana aja sih?! Lo perginya juga tiba-tiba gitu, gue sedih tahu". Aluna menunduk sedih, Dzeko jadi merasa bersalah. Sepertinya memang benar Aluna tidak baik-baik saja karena ia tinggal. Lelaki itu menyentuh kedua bahu kecil Aluna "Bukannya Lo udah punya Mario? Gue kira Lo udah gak butuh gue lagi". Cicit Dzeko. Aluna mendongak dengan mata berkaca-kaca, ia pukul dada Dzeko sebelum berujar "Apa sih? Mario itu gak guna! Tapi sayangnya gue gak bisa buang dia".

"Eh? Jadi Lo belum putus sama Mario?". Mata Dzeko membelalak mendengar perkataan Aluna. Oh ayolah, Dzeko memutuskan kembali ke kampus salah satunya berkat pesan dari Mario yang mengatakan jika lelaki itu sudah putus dari Aluna. Bisa dibilang Dzeko mengharapkan sedikit kesempatan untuk memiliki Aluna. "Gak lah! Kita belum putus". "Tapi kata...".

"Al... Ayo balik ke dalem, lo kelamaan ngobrol kayak punya temen aja...". Ledek Jefry, Aluna terkekeh lalu mengacungkan jempolnya. "Oke, gue balik bentar lagi". Aluna pun kembali menatap kearah Dzeko. "Obrolan kita belum selesai ya?! Lo masih hutang penjelasan. Gue masuk dulu". Sebelum pergi Aluna sempat menggoda Dzeko dengan menarik tali bra-nya dari luar kaos lalu mengerlingkan matanya manja. Wajah Dzeko sontak makin memerah dan panas karena malu, Aluna yang melihat pun merasa geli. "Hahahaha...". Kekeh Aluna sebelum masuk ke dalam cafe.

What the fuck! Ada yang tegak tapi bukan keadilan gara-gara Aluna.

***