🍁Dean Pov~
April ini, di saat angin berhembus menusuk sampai ke ulu hati. Aku ingin membicarakan perpisahan kita tanpa air mata. Bukan karena aku sudah tak cinta atau telah berubah, tapi aku terlalu malu memiliki mu dengan segala kekuranganku.
Di siang ini, aku menemui Hana di waktu istirahatnya. 15 menit aku menunggu kedatangannya di kafe ini. terlihat dari jendela, Hana berjalan ke arah kafe yang sering kami kunjungi sebelum memulai hubungan.
Senyum hangat sudah ia perlihatkan dari kejauhan, ia mendekat dan segera duduk menghadapku. Senyuman itu belum luntur sedikitpun.
"kamu nunggu lama ya??" tanya ia yang masih melebarkan bibir
"enggak!" balas ku
"ada yang mau aku omongin sama kamu!!" sambungku
"apa itu??"
Mulut ini enggan mengatakan perihal yang telah terjadi karena alasan belum berani jujur padanya.
"enggak kok!! Enggak ada apa-apa" balasku.
"aku mau ngasih kabar baik buat kamu!" imbuh Hana
"apa??"
"aku akan dipromosikan jadi manajer!!" ungkap bahagia Hana
"beneran?? Selamat ya!!" yang turut bahagia di bibir namun tidak di hati.
Aku semakin tak percaya diri untuk memilikinya, dia saat ini sedang berada di puncak karier sedangkan aku sebaliknya berada di tempat paling bawah.
Aku tahu kalau semua ada waktunya, membandingkan dengan orang lain itu tidak perlu. Karena hakekatnya matahari dan bulan bersinar di waktu yang berbeda. Tapi aku juga harus tahu diri di mana posisiku berada, Hana patut mendapatkan pendamping yang jauh lebih baik dariku.
Sudah beberapa hari ini, aku tak pernah memberi kabar kepada Hana, bahkan lebih sering mengabaikan panggilan telepon dari nya. Sikapku berubah, seolah terhimpit rasa tak percaya diri.
Saat ini aku berada di titik terendah, aku sudah tak percaya diri lagi.
Teruntuk Hana, bukan aku tak ingin melanjutkan hubungan, tapi aku sadar tempatku di mana, kamu terlalu 'waah' untuk ku 'hmmpt'. Maaf beribu maaf, kalau aku melakukannya secara tiba-tiba karena kita memang ditakdirkan untuk tak bersama.
Malam yang tanpa ditemani bintang, dengan berat hati aku meminta Hana untuk bertemu di taman. Kisah yang seharusnya berakhir di pelaminan, tiba-tiba harus ku kandaskan di tengah perjalanan. Aku tak ingin dia yang sempurna untukku yang biasa saja. Aku percaya Tuhan sudah menyiapkan laki-laki terbaik untuknya.
Di taman ini, aku menunggu kedatangan Hana. ia tiba dengan mengenakan sepatu yang aku berikan, Hana datang dari arah timur dengan jalan tergesa-gesa. Setiap kali ia menemuiku, senyumnya tak pernah ia sembunyikan. Makin tak ingin aku melepaskan Hana, tapi ya mau bagaimana lagi, 'pasangan bintang itu bukan matahari'.
Kami jalan bersama di taman ini, dia menggenggam tanganku. Sejauh ini, aku belum mengatakan apa pun. Sampai di satu tempat, aku berhenti melangkah. Perlahan aku melepaskan genggaman tangannya.
"Hana?" panggilku
"euhh. Apa??"
"aku,,, gagal seleksi calon pengacara publik" ucapku yang terdengar kecewa
Dia diam beberapa saat, lalu menanggapi "kamu udah kerja keras, kamu udah lakukan yang terbaik, kamu udah lakukan apa yang kamu bisa. Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik aja" Itulah ucapan yang keluar dari mulut Hana berusaha mencoba menguatkanku.
Dia memelukku dengan penuh kehangatan, ini semakin menyakitkanku karena tak mampu menandingi sikap baik nya.
Dengan suasana seperti ini aku meminta "kita putus saja ya?"
"apa?? . . . kenapa??"
"aku tak cukup baik buat kamu!!" alasan laki-laki yang sudah lumrah
Dia diam beberapa detik,
"beri aku alasan yang masuk akal!!" imbuh nya
dan aku sendiri sudah tak mampu berkata-kata lagi
"kamu mau putus hanya karena kamu gak lolos seleksi?? Karena itu??" tanya Hana selanjutnya,
Karena aku hanya diam tak bisa memberikan alasan lebih jauh, kemudian dia berkata "jika itu yang kamu mau. Oke!! Kita putus saja.. Terima kasih,, untuk kisah yang ringkas namun membekas" ujar Hana yang lebih dahulu meninggalkanku dengan berjalan perlahan.
Kemudian ia berbalik, dan menghampiriku kembali. Dia berkata "aku titip, untuk waktu yang akan datang. Selagi ada, dijaga. Karena jika telah hilang, berharganya ia, akan terasa sangat nyata" selepas itu ia pergi.
Perpisahan bukan akhir pertemuan, perpisahan hanyalah untuk beberapa saat dan jikalau kita memang berjodoh, kita akan kembali dipertemukan, aku percaya akan hal itu. Terima kasih atas perhatian yang kamu berikan untukku, dan maaf aku tak mampu menjadi yang terbaik untukmu, Hana.
Kemarin aku masih bisa cinta-cintaan, karena aku pikir sebentar lagi tidak akan menjadi pengangguran. Tapi kali ini, aku tak bisa memastikan kapan penggangguran akan berakhir. Pacaran menggunakan biaya orang tua, maaf aku tak menginginkan itu. Jikalau nanti keadaan sudah berubah, aku pastikan akan kembali.
[epilog]
Pada saat Dean memberikan sepatu cantik untuk Hana, dia membuka Hadiah itu di kamarnya. "cantiknya!!" ujar Hana meliuk-liuk sepatu. Ketika ia mencobanya ternyata sepatu yang terlihat mengagumkan itu tidak cukup di kakinya. Oleh sebab itu, ia tak langsung memakainya di pertemuan selanjutnya.
Ketika Dean mengajaknya berkencan, Hana enggan mengecawakan Dean hanya karena lagi-lagi tak mengenakan sepatu pemberian darinya. Maka hari itu Hana memilih mengenakan sepatu 'cantik' walau tak muat di kakinya. Efek terlalu dipaksakan, di sela-sela kencannya, ia merasa kesakitan dan memijat-mijat kaki tanpa diketahui Dean. Ia berjalan seolah baik-baik saja karena tak ingin terlihat kesakitan di depan Dean dan tak mengecewakan sang kekasih. Kencannya selesai, Hana membuka sepatu dengan perlahan, kaki nya lecet, merah sampai berdarah sedikit.
Itulah pengorbanan seorang wanita agar tak mengecewakan pacarnya, ia rela kesakitan demi menghargai pemberian orang terkasihnya.
Begitu juga kali ini, Hana rela melukai dirinya sendiri di hari Dean memutuskannya. Air mata yang tak diharapkan keluar pada perpisahan ini, tetapi justru tak terbendung oleh Hana.
"ketika yang diharap tinggal selamanya, malah memutuskan untuk singgah" ungkap Hana mengganti sepatu pemberian Dean dengan sepatu yang ia beli sendiri.
"Terima kasih untuk kamu yang telah datang lalu pergi dan meninggalkan luka" Sambungnya sembari membuang sepatu 'cantik' itu ke dalam tong sampah di pinggir jalan.