"Tunggu, Larissa!" teriak Kya dari jarak yang sedikit jauh. Berusaha menghentikan langkah Larissa.
Dengan raut wajah yang malas dan enggan untuk bertemu, membuat Larissa melirik dengan lirikan tajam sembari bertanya. "Ada apa?"
"Aku ingin berbicara sebentar denganmu, bisakah?" tanya Kya.
"Ya sudah katakan saja. Tapi, aku hanya memberikan waktu sekitar lima menit karena aku masih memiliki pekerjaan yang belum diselesaikan, Kak," sahut Larissa seraya menatap kearah jam tangannya.
"Ya baiklah. Tapi, ini perihal tentang kakakmu. Apa Gary masih memiliki hubungan dengan wanita bernama Sera? Sepertinya mereka terlihat sangat dekat bahkan tadi mereka juga berpelukan di dalam rumah ini. Larissa, please! Jujurlah padaku." Kya begitu berharap besar dengan harapan yang membuatnya sedikit lebih lega.
"Um, aku tidak tahu mereka ada hubungan apa. Tapi, sebaiknya kamu tanyakan saja langsung kepada suamimu sendiri. Kalau begitu aku pergi dulu karena aku sangat-sangat sibuk, permisi." Larissa pergi tanpa memberitahukan kebenaran yang sesungguhnya.
Lagi-lagi Kya merasa bahwa semua orang di dalam rumahnya itu seakan bersikap aneh dan berbeda dari yang sebelumnya ia kenal. Entah kenapa, hatinya berkata bahwa dia seperti sedang berada di dalam keluarga lain, bukan keluarganya sendiri.
Namun, tidak membuat Kya putus asa, melainkan ia memutuskan untuk pergi menemui ayah mertuanya. Beranjak dengan cepat, tapi nyatanya Daddy Gio hanya memberi gelengan kecil ketika dia ingin berbicara.
Semakin sulit untuk membuat Kya mengerti dengan keadaannya di dalam rumah ini. Satu-persatu sikap dan tingkah laku semua keluarganya terlihat berbeda, bahkan merasa tak acuh. Bukan hanya keluarga, namun juga semua pelayan yang sering kedapatan melirik tajam kearahnya.
Walaupun Kya merasa bimbang, namun ia tidak akan menyerah, dan sampai akhirnya ia memilih untuk pergi agar bisa mengikuti mobilnya Gary yang mungkin saja masih bisa diikuti.
Akan tetapi, di persimpangan jalan Kya pun kehilangan jejak mobilnya Gary.
"Ya ampun! Bisa-bisanya lampu merah ini menghalangi jalanku. Lalu sekarang ke mana lagi aku harus mencari mu, Gary? Pasti aku sudah tidak bisa menemukan dia. Sebaiknya aku menenangkan diri di pantai saja," gumamnya yang tiba-tiba saja memiliki pilihan lain.
Di saat hatinya sedang gelisah dan gundah dengan semua keanehan di hari pertama ia menggantikan statusnya menjadi istri dari seorang pria tampan, namun di hari itu pula kesedihan pun kembali datang.
Mau tidak mau, Kya memilih untuk menenangkan dirinya di sebuah pantai yang lumayan sepi. Meskipun tidak banyak orang-orang yang datang, namun cukup memberikan kenyamanan.
Terduduk di atas pasir putih seraya memandang luasnya pantai dengan ombak ikut menghiasai, Kya selalu bermimpi untuk menjadi istrinya Gary, ditambah sekarang Gary adalah harapan barunya yang akan menggantikan posisi ayahnya sebagai pria pertama yang ia cintai.
"Papa, lihatlah aku sekarang yang sudah menikah dengan Gary. Tapi, entah kenapa pernikahan ini membuatku sedikit bingung dengan semua sikap dingin suamiku. Bahkan aku melihat dengan mataku sendiri kalau dia masih bersama dengan kekasihnya. Tapi, sekarang aku tidak bisa berbuat apapun selain dengan berupaya keras untuk terus bersabar," gumam Kya dengan melihat ke atas langit.
Berharap semua perkataannya di dengar oleh ayahnya yang sekarang berada di atas langit, meskipun Kya tahu bahwa semua itu tidak akan membuatnya tetap kuat kecuali ada penyemangat hidup yang bisa menemaninya lagi.
Namun sekarang, semuanya telah berbeda. Meskipun Kya tahu bahwa keanehan dalam pernikahannya jelas sekali terlihat, tapi dia berusaha untuk menutup mata demi dapat mempertahankan pernikahannya yang masih seumur biji jagung.
Rasa lelah yang tentunya membuatnya lemah, namun Kya tidak memiliki pilihan lagi sekarang selain dengan berteriak keras sambil menyebut nama Gary.
"Gary!"
"Gary! Aku mencintaimu! Tapi, kenapa kamu tidak membalas perasaanku ini?!"
"Haruskah aku mengemis untuk dicintai? Tolong! Cintai aku, Gary!"
Berusaha berteriak dengan keras agar dapat membuat pikiran dan hatinya tenang. Sampai tanpa tersadar air mata pun terjatuh di atas kedua pipinya.
Hanya ada sebuah harapan yang sekarang pelan-pelan menikam hatinya sendiri. Kya begitu kecewa dengan semua hal yang terjadi dalam hidupnya.
"Langit! Kenapa kamu mengambil papaku!" Kya kembali berteriak keras ketika ingatannya mengingat tentang pria pertama yang sungguh berjasa untuknya.
Namun sekarang, pengganti dari ayahnya melainkan orang yang tidak bertanggung jawab. Tapi, Kya berusaha tetap tenang. Hingga tanpa ia sadari seorang pria terbaru saja turun dari mobilnya terheran melihat kearahnya yang sedang berteriak keras.
Saat itu, Lucas ingin mengunjungi restoran miliknya yang memang berdiri tidak jauh dari tepian pantai, namun ia merasa kasihan ketika mendengar setiap jeritan hati dari seorang perempuan. Akan tetapi, semakin tidak ia mengerti bahwa jeritan itu pernah ia dengar.
"Tunggu dulu, tadi ada nama Gary. Apa mungkin dia kekasihnya Gary? Hanya saja wanita itu tidak mirip dengan Sera." Lucas semakin heran dan berusaha berjalan mendekat.
"Tolong! Cintai aku!" Lagi-lagi teriakan itu terdengar keras sampai membuat Lucas sedikit berlari demi sampai lebih cepat.
Berjalan pelan-pelan, namun kedatangan Lucas justru membuat Kya sedikit terkejut. Tapi, Lucas berusaha untuk mengingat dengan wanita yang sedang ia temui saat itu.
"Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu," ucap Lucas."
"Terus ngapain kamu ke sini?" Kya kebingungan, dan sedikit tidak suka ketenangannya diganggu oleh orang asing. Sampai dia melupakan bahwa dia pernah bertemu dengan pria itu.
"Namamu Kya kan? Apa kamu masih ingat denganku? Lucas?" Memperkenalkan dirinya lagi.
Terdiam sejenak, membuat Kya mencoba mengingat, hingga akhirnya ia ingat bahwa dia sudah pernah bertemu dengan pria itu ketika makan malam di restoran bersama dengan Gary.
"Oh iya aku sampai lupa. Maafkan aku, Lucas," sahut Kya.
"Ya tidak apa-apa. Saling tidak kenal memang wajar karena kita baru bertemu satu kali. Oh ya ngomong-ngomong kamu sedang begitu kecewa ya? Apa kedatanganku mengganggu ketenangan mu?" tanya Lucas dengan bermaksud tidak ingin membuat Kya bosan.
"Tidak ada, aku baik-baik saja. Lalu kenapa kamu bisa ada di sini?" Kya berusaha menyembunyikan semua kekecewaannya.
Tidak membuat Lucas menjawab, namun justru ia berkata dalam batinnya. "Semua wanita sama aja. Padahal jelas-jelas sedang terluka."
"Kebetulan aku di sini memiliki sebuah restoran di sana. Jadi, aku ingin mengunjunginya, tapi karena aku melihatmu sampai meneriaki nama Gary hingga membuatku datang mendekat. Maafkan kalau kedatanganku ini membuatku terganggu. Bagaimana jika sekarang kamu minum dulu?"
"Tidak perlu, aku tidak haus."
Uhuk uhuk! Terdengar suara batuk tiba-tiba karena suaranya sudah terlalu banyak ia gunakan untuk berteriak. Diam-diam membuat Lucas menahan senyumnya ketika melihat Kya sedang berpura-pura.
"Ya ampun! Tidak semua wanita berpura-pura baik-baik saja, tapi seperti itu memang wanita," batinnya Lucas.