Jurus andalan para gadis yang sedang terancam mulai berguna. Angelina mengambil ancang-ancang dan memanfaatkan keadaan. Ia menendang biji Zico dengan kuat. "Rasakan tendangan mautku!" Pekik Angelina sambil melihat kebawah.
Dugh! Kaki kanan Angelina yang panjang menendang biji itu.
Rasa sakit yang teramat sakit dirasakan Zico. Seakan-akan nyawa Zico melayang ke udara. mulutnya terkunci, ia tidak bisa mengatakan apapun. Dengan sekuat tenaga ia menahan rasa sakitnya. Tangan Zico menekan bijinya. "Akhhh!!!" teriak Zico sambil memegang bijinya.
Zico tersungkur ke lantai sambil memegang bijinya. Ia merintih kesakitan sambil mengutuk Angelina dalam hati. Zico meringkuk dilantai, tatapannya mulai buram. Teriakan itu membuat seseorang yang ada di depan pintu segera masuk dan mengecek apa yang terjadi di dalam.
Brak!
Devan yang sudah dari tadi menunggu di depan pintu langsung masuk dan membanting pintu dengan keras. Matanya melotot saat melihat bosnya sedang merintih kesakitan di lantai. Angelina tak luput dari tatapannya.
Ia bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan mereka berdua. Devan segera berlari dan memapah bosnya ke sofa panjang. Setelah Zico duduk bersandar di sofa dan minum air. Ia menghembuskan nafas dengan kasar sambil menatap Angelina dengan tatapan berapi-api.
"Aku ingin kamu membawa Gadis itu ke pulau terpencil. Tempatkan Dia di Villa pribadiku yang tersembunyi di sana. Aku ingin memberikan dia sebuah pelajaran yang akan dia ingat seumur hidupnya!" Bisik Zico ketelinga Devan.
"Apa yang mereka bicarakan? Jangan-jangan mereka mau menjahatiku lagi ... Tidak! Aku adalah Angelina seorang gadis yang pintar. Aku tidak akan membiarkan dua orang bodoh itu mengerjaiku," ujar Angelina dalam hati.
Dengan langkah kaki cepat Angelina segera keluar dari kantor itu. Ia mengunci pintu dari luar. Sebelum ia keluar ia meledek mereka berdua dengan cara menjulurkan lidahnya dan memasang wajah konyolnya.
"Ble ble ble!" Angelina langsung keluar dan menutup pintu lalu menguncinya dari luar.
Devan dan Zico melihat tingkah Angelina yang seperti anak kecil. Mereka saling menukar pandangan lalu menatap Angelina kembali. Setelah mengunci pintu dari luar Angelina segera berlari keluar dari perusahaan itu.
Angelina keluar dari perusahaan itu dengan nafas ngos-ngosan. Ia membukukan badan sambil memegang lututnya dan menatap punggung seseorang yang ia kenal. "Kak Yun Feng!" Teriak Angelina memanggil Yun Feng yang sedang memainkan ponsel di seberang jalan.
Pemuda itu menoleh ke arah Angelina. Kedua alisnya terangkat ke atas dan memasang ekspresi heran. Yun Feng memanfaatkan jalanan yang lenggang untuk menyebrang jalan dan menghampiri Angelina.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah kamu harus melayani Zico? Kenapa kamu keluar dari perusahaannya?" Tanya Yun Feng sambil menarik Angelina untuk duduk.
Angelina menatap seniornya. "Dia bukan bos di perusahaan ini! Bukannya bos di perusahaan ini namanya adalah Pak Alexander sedangkan dia namanya bukan Alexander melainkan Z I C O. Aku tidak mau melayani dia!" Seru Angelina dengan tatapan kesal.
"Hahaha! Pak Alexander yang teman-temanmu bicarakan itu adalah Zico. Dia adalah anak dari Pak Alexander. Dia adalah pewaris sah dari perusahaan Luxury Alexander. Jangan lewatkan kesempatan bekerja di sini karena tidak ada perusahaan terbaik di sini selain perusahaan Luxury Alexander." Tutur Yun Feng sambil mengangkat dagu Angelina.
Mata Angelina terbelalak saat mendengarkan penuturan dari Yun Feng. "Mati aku!" guman Angelina saat tahu Zico adalah atasannya sendiri.
Yun Feng berusaha untuk menghibur Angelina untuk meredakan kekesalannya. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedang mengintai mereka berdua. Kemungkinan nyawa mereka sedang terancam.
"Lebih baik kamu kembali ke sana dan meminta maaf. Aku memberimu saran agar kamu menerima posisi sebagai asisten dari Zico. Angelina! Kamu adalah sahabat terbaikku sekaligus seseorang yang paling berarti dalam hidupku ...." ucapan Yun Feng tertahan saat melihat seseorang di balik kaca bening sedang menatap mereka berdua.
Ia mencolek tangan Angelina agar segera kembali meminta maaf dan menyesali perbuatannya. "Sekarang kamu harus kembali! Atau sesuatu yang buruk akan terjadi dalam hidupmu dan keluargamu!" Yun Feng segera bangkit dan meninggalkan tempat itu segera mungkin.
Ucapan Yun Feng yang terakhir kali membuat pikiran Angelina berputar-putar. Ia bahkan tidak mendengarkan perintah dari seniornya. "Seseorang yang berarti dalam hidupnya ... seseorang yang berarti dalam hidupnya ... seseorang yang berada dalam hidupnya!" Kalimat itu terus terngiang yang di telinga Angelina hingga membuatnya kehilangan akal sehat.
"Seret dia masuk ke dalam ruanganku sekarang!" Perintah Zico di balik kaca bening.
Devan dan Steven mengikuti perintah dari Zico. Mereka berdua segera keluar dan menyeret Angelina menuju ke ruangan Zico.
"Lepaskan aku! Bajingan kalian! Ahhh! Jangan kasar sama perempuan! Aku akan memidanakan kalian berdua atas tuduhan pelecehan!" Teriak Angelina sambil memberontak.
"Gadis jelek! Diam atau kusumpal mulutmu dengan dasi ini,"ujar Steven menakuti Angelina.
"Silakan sumpal mulutku! emangnya aku takut sama kalian, aku tidak takut sama sekali dengan kalian berdua. Kalian salah karena meremehkan kemampuanku." Setelah Angelina mengucapkan itu dengan tegas. Ia mengumpulkan kekuatan dan menginjak kaki Devan dan Steven dengan keras.
Mereka melepaskan tangan Angelina sambil mengangkat kaki mereka dan merintih kesakitan. Angelina berlari menuju lift untuk turun dari lantai tersebut.
Ting!
Angelina langsung masuk saat pintu lift terbuka. Ia tidak memperhatikan isi dari lift itu. Tangannya memencet lantai satu.
"Ayo!" Seru Angelina.
Zico yang sudah dari tadi berdiri di pojokan lift tersenyum samar. "Ikan masuk ke dalam jaring dengan sendirinya!" Gumannya dengan pelan.
Hap!
Angelina merasakan seseorang sedang mendekatinya. Namun sebelum ia menoleh ke belakang seseorang terlebih dahulu mendekat tubuhnya dari belakang dan menutup matanya dengan tangan yang hangat.
"Sayang! Kamu mau kabur ke mana?" Bisik Zico di telinga Angelina sambil meniup daun telinga Angelina.
Angelina tersentak saat merasakan sesuatu yang hangat menerpa telinganya. "Suara ini ...." Angelina mengenali suara itu.
"Pria mesum!" Pekik Angelina sambil menginjak kaki Zico.
Akhh!!! Teriakan Zico menggema di dalam lift.
Angelina berbaring dan melihat Zico yang sedang mengelus kakinya sambil meniup kakinya. "Memangnya kamu doang yang bisa menjahili ku, aku juga bisa menggodamu." Dengan senyuman yang tak bisa diartikan Angelina mendekati Zico.
"Sekarang giliran ku untuk bermain!" Bisik Angelina ketelinga Zico.
Tanpa sadar dasi yang mengikat di leher Zico dengan rapi terlepas begitu saja. Dasi itu berada di tangan Angelina. Alis kanan Angelina terangkat, senyum samar mulai terbit di bibirnya.
"Rasakan ini!" Seru Angelina dalam hati.
Saat Zico sedang lengah Angelina segera meraih kedua tangan Zico dan mengikat kedua tangannya dengan dasi. Angelina naik ke atas tubuh Zico sambil tertawa. Zico yang kedua tangannya terikat tidak bisa melakukan apapun. Apalagi saat ini tubuhnya sedang ditindih Angelina.
Angelina mengambil suatu di dalam tasnya. Ia mengambil lipstik dan eyeshadow dengan warna terang. Namun sebelum ia melakukan aksinya ia terlebih dahulu mengikat kaki kuat.