"Gadis jelek! Memangnya kamu mendapatkan apa? Jangan-jangan cleaning servis ya, hahaha!" Tebak Ellia sambil tertawa.
Ellia membuka kertasnya dan memperlihatkannya kepada Angelina. "Lihat punyaku! Aku mendapatkan posisi sebagai skretaris dari manager Devan. Kamu pasti iri, kan!" Celoteh allia sambil memamerkan keberuntungannya.
Tan Ellia melirik ke arah Ellia. "Beneran, kamu dapat posisi itu?" sahut teman Ellia sambil menepuk bahu Ellia.
Ellia tersenyum kecut. Ia menunjukkan undian yang dia pilih kepada temannya. "Lihat, nih! Punya mata dibuka! Jangan ditutupin terus pakai rambut melulu. Bikin orang emosi aja!" Sungut Ellia dengan kesal.
Temannya mengambil kertas milik Ellia dan membacanya. Ia terkejut dan matanya melotot saat melihat nama Devan terpampang di kertas milik Ellia. "Tukeran, yuk! Please!" Ajak teman Ellia dengan manja sambil memegang tangan Ellia.
"Ogah! Memangnya punya kamu apa?" tanya Ellia sambil merampas kertas milik sahabatnya.
Ellia membuka undian yang diperoleh temannya. "Bukannya bagus kamu dapat posisi ini? Kerjaannya ringan dan santai. Apalagi yang kamu keluhkan?" sungut Ellia dengan kesal.
"Kalian bisa mencari ruangan sesuai dengan posisi kalian. Untuk Angelina silahkan ikut saya!" seru Yun Feng yang membuat semua orang terkejut.
Nana membenahi kacamatanya. Seketika raut wajahnya berubah saat mendengar Yun Feng memanggil Angelina. "Kenapa gadis kampung itu harus ikut dengan tuan muda Yun?" Guman Nana dengan nada sedikit kesal.
"Entahlah," jawab rekan disebelahnya.
Mereka keluar dari ruangan itu dan mencari ruangan sesuai dengan posisi yang mereka dapatkan. Nana bersama pasangannya pergi kedepartemen keuangan. Mareka mendapatkan tugas sebagai admin untuk mencatat semua pengeluaran dan pemasukan diperusahaan selama masa training.
Ditempat lain, Ellia berlari menuju keruangan Devan. Saat ia ingin masuk kedalam ruangan Devan seseorang menghentikannya.
"Nona! Berhenti!" Panggil seseorang dari belakang.
Ellia berbalik dan melihat seorang pemuda sedang menuju kearahnya. "Ada apa, sih, pak?" tanya Ellia dengan kesal.
"Mau apa nona kesini?" tanya pemuda itu sembari menghadang didepan pintu.
"Lihat, nih!" Ketus Ellia sambil memberikan kertas itu kepada penisnya didepannya.
Pemuda itu mengambil kertas milik Ellia dan mengajak masuk kedalam. Ellia melihat semua tatanan ruang yang elegan dan indah. Semua tertata rapi ditempatnya.
"Tuan!" Panggil pemuda itu didepan Devan.
"Saya sudah tau! Kamu kembalilah bekerja dan bawa dia ke tempatmu. Beritahu dia apa saja tugasnya!" Perintah Devan dengan acuh.
"Baik, tuan!" Pemuda itu langsung berbalik dan mengajak Ellia untuk keluar dari ruangan Devan.
Ellia menepis tangan pemuda itu. Ia tidak suka dipegang oleh orang lain selain orang yang dia suka. Tinggal Ellia membuat pemuda itu tersenyum aneh.
"Ini ruang kerja nona," ujar pemuda itu sambil menunjukkan meja kerja Ellia.
"Bukankah aku seharusnya berada satu ruangan dengan meneger Devan. Kenapa aku ditempatkan disini?" Protes Ellia kepada pemuda itu.
Pemuda itu tersenyum sambil menatap Ellia. "Memang anda ditugaskan menjadi sekretaris tuan Devan akan tetapi tuan Devan tidak menyukai ada orang baru di dalam ruang kerjanya. Apalagi anda masih training. Jadi, dia memerintahkan saya agar memisahkan ruangannya dengan anda. Saya undur diri, nona. Sampai jumpa!" Tutur pemuda itu.
Pemuda itu meninggalkan Ellia didalam ruangan sendirian. "untuk tugas kamu hari ini ada di meja. Kamu bacalah dokumen-dokumen yang ada di meja itu dan kerjakan tugas kamu sesegera mungkin. Setelah selesai kamu bisa memberikannya kepada tuan Devan di ruangannya," ujar pemuda itu sambil menoleh kebelakang.
"Baik tuan," ujar Ellia sambil membungkukkan badan.
Setelah pemuda itu hilang dari pandangannya Ellia duduk ditempatnya dan melihat semua dokumen yang menumpuk meja. Ellia menjadi sangat sibuk mengerjakan tugas yang ada dimeja.
***
Diruangan yang lain, Angelina mengikuti Yun Feng dari belakang. Matanya terus melihat sekeliling. Ia mengagumi pemandangan asing di sekitarnya.
Klek!
Yun Feng membuka pintu dan menyuruh Angelina untuk menunggu diluar. Angelina menunggu Yun Feng sambil melihat sebuah objek yang membuatnya penasaran. Namun, sebelum ia sampai Yun Feng memanggilnya.
"Angelina ikut saya masuk kedalam!" panggil Yun Feng.
"Oh, i-iya!" Angelina langsung mengikuti Yun Feng masuk kedalam ruangan yang hening dan sunyi.
Dengan berat hati Yun Feng melaporkan kedatangan Angelina kepada pemuda misterius. "Tuan muda, nona Angelina sudah saya bawa masuk. Saya pamit untuk keluar dulu." Yun Feng pergi dari ruangan itu setelah mendapatkan kode tangan dari orang misterius itu.
"Duduk!" perintahnya dengan dingin tanpa menatap Angelina.
Angelina duduk dikursi dengan gugup. Ia terdiam, mulutnya terkunci saat berhadapan dengan pemuda didepannya. Rasa penasaran terbesit dikepalanya. Ia sangat gugup saat matanya melihat kursi itu bergerak. Angelina menelan salivanya. Ia mempunyai firasat yang tidak baik.
Orang itu membalikkan kursi dan tersenyum kepada Angelina. "Kita bertemu lagi, nona!" Serunya sambil menatap Angelina.
Matanya terbelalak kaget. Angelina terangnga saat melihat sosok didepannya. "Kamu?!" Pekik Angelina terkejut.
Angelina terkejut saat melihat Zico didepannya. Dengan spontan ia berdiri sambil menunjuk kearah Zico. "Kenapa kamu disini? Jangan-jangan kamu juga asisten dari bos, ya?" tanya Angelina sambil mencondongkan badannya didepan dan menatap wajah zico.
Zico tersenyum samar. Ia tidak menyangka jika Angelina mengira dirinya adalah asisten bos. "Hahaha! Aku tidak tahu jika gadis ini mengira diriku adalah asisten. Rupa dia semakin menarik!" Batin Zico sambil menatap wajah Angelina.
Tangan Zico meraih leher Angelina. Ia menarik tubuh Angelina yang sedari tadi condong kearahnya. Angelina ambruk dimeja kerja Zico. Ia membuat semua berkas-berkas dimeja Zico berhamburan.
Angelina terbelalak saat wajah Zico berada tepat didepannya. "Dasar cabul! Ahh!" Pekik Angelina sambil menepis tangan Zico dari dirinya.
Angelina berguling menuju ke tepi meja. Ia bangkit lalu menghampiri Zico dengan tatapan tajam. Ia menarik dasi Zico sambil tersenyum samar. "Kamu masih ingat aku?" tanya Angelina tepat ditelinga Zico.
Zico menaikkan alisnya. Ia menatap bola mata Angelina lalu menangkap tangan Angelina. "Aku akan membalas semua perbuatanmu!" Tekan Zico sambil mencengkram pergelangan tangan Angelina.
Angelina berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Zico. "Memangnya siapa kamu? Kita ada dendam apa?," ujar Zico dengan kesal.
"Kamu pikir aku takut! Aku tidak takut sama sekali dengan kamu! Dasar anak buah gak diuntung! Kamu duduk di kursi siapa? Itu miliknya bos! Seharusnya bos yang berhak duduk disana." Lanjut Angelina sambil mengusir Zico dari tempatnya.
Zico tertawa terbahak-bahak. Ia tidak menyangka gadis yang ada didepannya berani mengusirnya. "Sebelum kamu melamar kerja, lebih baik kamu cari tahu dulu siapa atasan kamu," ujar Zico sambil mendekati Angelina.
Dengan kesal Angelina menekan dada Zico dengan jarinya. "Memangnya perusahaan ini punya bapak kamu ... enggak, kan! Perusahaan ini milik tuan muda Alexander dan nama kamu itu Zico bukan pak Alexander!" seru Angelina sambil mendorong tubuh Zico agar menjauh dari tubuhnya.
Zico menyunggingkan bibirnya menghampiri Angelina lagi. Ia menangkap lengan Angelina dan mencengkramnya dengan erat. Angelina berusaha untuk berjalan mundur. namun, langkah kaki Angelina terhenti saat punggungnya menabrak tembok.
"Dasar mesum! Minggir!" Angelina mendorong tubuh Zico kebelakang.
Tangan Zico meraih tangan Angelina lalu menekannya ke dinding. Dengan senyum yang tidak dapat diartikan Zico mendekatkan wajahnya ke wajah Angelina. Wajah Angelina berubah menjadi merah padam.
Entah mengapa perasaan sepuluh tahun yang lalu muncul kembali. Ia tidak ingin menjadi seorang gadis yang plin-plan. Ia mengedipkan mata lalu menatap mata Zico dengan tatapan nyalang.