Perdebatan ini seraya meramaikan suasana di dalam mobil. Gu Gaoting yang biasanya tenang jadi terpaksa untuk mendengarkannya. "Hei Huo Weiwu! Kau tidak tahu malu." Jawab Gu Qiaoxue marah.
"Hei, orang yang punya malu takut dengan yang tidak punya malu. apakah kau takut padaku?" Huo Weiwu seakan mengerucutkan ujung bibirnya yang mempesona itu.
"Tunggu saja, aku tidak akan membiarkanmu berhasil. Kau hanyalah wanita yang tidak diinginkan Kak Kang. Aku beritahu padamu, Kak Kang bilang jika kamu bukan perempuan tulen. Kau hanyalah gadis tomboy yang hanya menggugah selera." Balas Gu Qiaoxue dari balik telepon.
"Jadi, kau sangat rela melakukannya satu tahun untuk membuktikan kalian lebih baik dari Jin Jian?" ujar Huo Weiwu yang kini matanya berubah jadi pekat.
"Pacarmu lah yang mengejarku." Gu Qiaoxue membela dirinya sendiri dengan penuh percaya diri.
Mendengar pernyataan itu, Huo Weiwu hanya tertawa. Ia tertawa terbahak-bahak dan suaranya bergeming ke seluruh mobil, "Kau memang cocok dipasangkan dengan pria bajingan itu. Semoga kebersamaan hati kalian abadi dan hidup bahagia sampai tua, hati kalian juga bersatu serta saling berbagi penyakit. Bila perlu, kalian juga bisa sakit-sakitan bersama dan tak perlu dirawat agar mati juga bersama. Aku berdoa yang terbaik untukmu."
"Huo Weiwu..." Pekik Gu Qiaoxue. Pernyataan Huo Weiwu sangat menyindir perasaan Gu Qiaoxue. Ia tidak terima dengan perkataan gadis ini.
Karena tidak ingin terlalu lama dalam obrolan yang tidak sehat, akhirnya Huo Weiwu langsung menutup teleponnya tanpa memberi Gu Xiaoxue kesempatan untuk bicara. Kemudian ia pun kembali menyandarkan kepalanya di kursi.
Sungguh, Pertengkaran tadi membuatnya merasa kehabisan energi. Apakah selama ini ia sungguh seperti orang mati? Benarkah ia juga tidak seperti wanita yang feminim?
Perasaan cinta selama tujuh tahun, ternyata hanyalah kebohongan semata. Hal terakhir yang diketahui adalah mereka berdua ternyata sudah bersama selama satu tahun lebih. Gadis itu memberitahu kebenaran ini sebelum mereka menikah.
Anehnya kebenaran itu tidak menggugah hati gadis ini, bukannya karena ia tidak bisa berbicara atau menangis, tapi justru hatinya tidak bisa disakiti.
"Kak Teh, Siapa yang kamu maksud itu?" Gu Gaoting menyipitkan matanya dan menatap dengan tajam.
Huo Weiwu membalas tatapan itu tepat di matanya. Dari luar jendela di balik tubuh pria itu ada puluhan bayangan yang jatuh seakan tumpang tindih. Dalam pandanganya yang berkabut itu, tubuh Gu Gaoting seperti memancarkan cahaya putih bagai dewa yang turun dari langit.
Sayangnya, kini alkohol dalam tubuhnya masih bereaksi. Ia pun berpikir jika ada waktu yang tepat untuk sebuah ciuman memiliki arti sebagai sebuah hasrat. Namun dilain waktu juga bisa tidak.
Tanpa berpikir lebih lama lagi, Huo Weiwu menyandarkan wajahnya dekat semakin mendekat dengan Gu Gaoting. Dengan kondisi setengah sadar, ia mencium bibir merah pria ini yang terasa lembut.
Seketika perlakuan Huo Weiwu membuat punggung Gu Gaoting terasa kaku. Alisnya mengerut, ia segera melihat wajah Huo Weiwu yang lembut.
Maskara yang digunakan Huo Weiwu serta bulu matanya yang panjang seperti kipas sedang bergetar perlahan.
Walau tampak serius memandangnya, seketika suara pengawalnya mengaburkan pikirannya terhadap Huo Weiwu, "Bos…!" Ujar pengawalnya.
Konsentrasi yang terpecah itu membuat mata Gu Gaoting memancarkan pandangan yang dingin, "Baliklah pandanganmu kembali. Jika tidak ada perintah untuk menoleh, jangan menoleh."
Menyadari salah satu pengawal sempat melirik ciuman keduanya, Huo Weiwu sempat ingin bersiap mundur.
Ketika tirai jendela mobil ditutup, Gu Gaoting menahan kepala Huo Weiwu dari belakang dan tidak membiarkannya mundur. Lidah merahnya mulai menyerang dan semakin masuk ke dalam mulut gadis itu. Lidahnya menyerang dengan kuat dan ganas, seperti tidak memberi kesempatan Huo Weiwu untuk bernapas.
Ciuman yang bercampur dengan hukuman tegas itu membuat napasnya memenuhi paru-paru Huo Weiwu. Semakin lama, Huo Weiwu malah semakin merasa pusing. Efek dari minuman alkohol itu memang sangat besar. Hal itu membuat kepalanya terasa pusing sehingga dirinya tidak bisa berpikir jernih. Ia merasa seolah-olah tenggelam dalam lautan nafsu.
Sebagai usaha untuk mempertahankan kesadarannya, Huo Weiwu hanya bisa menggenggam sesuatu. Sebaliknya, Gu Gaoting merasa bahwa Huo Weiwu membalas ciumannya dengan memeluk punggungnya dengan erat. Alisnya mengerut "Kau mau lebih?" Ujarnya dengan suara serak yang berat.
Huo Weiwu tidak mengerti dengan apa maksud yang dikatakan pria itu, ia menjawabnya dalam diam.
Karena mendapat respon seperti itu, Gu Gaoting pun mencium bibir Huo Weiwu dengan makin ganas. Pria itu seperti merajai kursi belakang dengan auranya. "Itu akan membuatmu puas!"
*****
Sesampainya di Hotel Chunter. Huo Weiwu digendong hingga masuk ke kamar hotel. Gu Gaoting meletakkan Huo Weiwu di atas ranjang sekaligus memberinya ciuman yang hangat. Pakaiannya ia letakkan di samping.
Huo Weiwu merasakan tubuhnya terasa panas. Seperti disihir oleh sesuatu, ia pun tidak bisa membedakan antara mimpi atau kenyataan.
"Huo Weiwu, aku menginginkan dirimu." Suara yang tidak jelas itu terdengar masuk ke telinganya.
Seketika Huo Weiwu merasa kesakitan. Rasa sakit semacam itu seperti menusuk hati, "Wei Yankang, kau bajingan!" Huo Weiwu meraung, kemudian menampar tubuh kuat itu.
Gu Gaoting meresponnya dengan tepat, ia menggenggam pergelangan tangan Huo Weiwu. Matanya yang tajam seakan membunuhnya, "Lihatlah dengan jelas siapa orang yang menginginkanmu!"