Bu Yeni menekuk lututnya dan mengusap nisan suaminya. Menatapnya begitu sedu.
"Pah, Mamah sudah ikhlas dengan semua ini. Mamah ikhlas, Pah. Papah tenang di sana yah." Bu Yeni berkata-kata dengan sedu. Ia tak bisa lagi menahan rasa sedihnya. Sekuat tenaga berusaha membendung air matanya namun bulir bening itu tetap saja menetes. Namun, Bu Yeni tak membiarkan air mata itu jatuh menetes pada pusara suaminya. Segera Bu Yeni menghapus air matanya dengan selembar tissue.
Azka pun mengusap pundak mamahnya. Wanita yang sangat ia sayangi itu begitu sedih tatkala berada di atas pusara papahnya.
'Semua ini gara-gara, Samudra. Andai saja dia tak melakukan hal bodoh itu, tentu saja sampai detik ini pun keluarga ini masih bahagia dan tenang. Tapi, semua ini telah hipang. Papah telah tiada dan semua itu gara-gara Samudra,' gumam Azka dalam hatinya. Ia masih saja terlihat murka. Rasa murkanya memang tak akan mudah hilang begitu saja sebelum Samudra dihukum atas kelakuannya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com