"Seno?! Kamu…," omel Naya sambil menghilangkan darah yang ada di jari suaminya dengan hisapan mulutnya. Kemudian Nemi langsung mengambil obat merah dan memberikannya pada Naya.
"Kamu gak hati-hati, lihat jadinya seperti ini." panik Naya. Wajahnya sampai pucat tak tertolong. Membuat Seno terus menatapnya lebih dalam.
"Se-khawatir inikah kamu Naya?" tanya Seno.
Lantas Naya pun menghentikan aksinya. Ia menatap wajah Seno dan memeprtanyakan apa maksudnya. "Sudah jelas aku khawatir, ini tetap luka, Seno. Aku gak bisa lihat kamu terluka." tambah Naya. Seno malah tersenyum bahagia, tanpa sadar kedua matanya sudah berkaca-kaca.
"Luka kecil seperti ini saja kamu khawatir banget, Naya. Apalagi tahu kalau aku terkena penyakit meningitis. Kamu pasti tidak akan membiarkanku keluyuran kemana-mana selain istirahat." batin Seno menduga.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com