- 1 bulan 26 hari sebelum asteroid jatuh -
Jari jemari seseorang yang duduk di depan layar mulai memainkannya dia atas keyboard. Portch Albert yang dari tadi menatap komputer beralih menengok jam di tangannya.
Tepat pukul satu siang menunjukkan arah jarum jam. Prof Albert yang menjadi pimpinan di Lab, dia merasa bertanggung jawab kepada seluruh orang-orangnya.
Dia berdiri dari tempat duduknya dan mulai berjalan ke landasan yang lebih tinggi dari lantai. Pria itu hendak berbicara kepada rekan- rekannya.
"Ehem--" suara batuknya menandakan bahwa ia akan mengeluarkan suara.
"--baiklah, semuanya. Jadi mengenai pertemuan internasional akan dilaksanakan pada besok hari di Ohio Amerika. Aku sudah menunjuk dua orang dari sini untuk datang ke rapat internasional itu, yaitu Wadito Stalhom dan Dakino Thorsten"
Wadito yang berdiri di depannya hanya mengangguk saat namanya dipanggil. Dan Daki yang berdiri dibelakang semua orang juga hanya melebarkan senyuman.
Walaupun umurnya sudah lima puluhan tetapi dia terlihat tegap saat berdiri di depan semuanya.
"Kita akan menunggu hasil rapatnya. Dan mulai berjalan mengikutinya."
Prof Albert mulai mengatur nafasnya saat berbicara.
"Walaupun begitu kita tak boleh menyia-nyiakan waktu untuk menunggu rapatnya. Kita juga harus bekerja keras agar dunia yang kita tinggali bisa diselamatkan."
Seketika setelah mendengar Prof Albert, semua orang di dalam ruangan mulai memantapkan hatinya.
Prof Albert mulai turun dan mendekati komputernya. Seraya itu dia mengambil ponsel didalam saku celananya. Dia mengetik pesan singkat untuk dikirimkan kepada Wadito. Walaupun Wadito ada di dekatnya. Mungkin ada sesuatu yang tak ingin orang lain mengetahuinya.
Melihat ponsel Wadito bergetar, Wadito mulai mengambil ponselnya di atas meja.
Saat membuka kotak pesan ternyata itu dari Prof Albert.
"Kenapa dia mengirimkan pesan saat dia ada di dekat sini?" Gumamnya lirih.
Karena penasaran Dito segera membuka pesannya.
Setelah ini pergi ke ruanganku tanpa diketahui siapapun
Dito hanya terdiam penasaran dan menolehkan wajahnya ke arah Prof Albert yang menatap ke layar komputer.
"Baiklah"
~ | | | ~
Saat jam istirahat tepat pukul empat sore. Dito yang berencana pergi ke ruangan Prof Albert mulai mengamati sekitar. Setelah mengetahui tidak ada orang, dia diam-diam memasuki ruangan.
Ketika membuka pintu, Dito sudah melihat Prof Albert sedang duduk di kursi dekat tembok seraya menyeduh kopi buatannya. Setelah melihatnya, Dito langsung segera duduk di kursi depan Prof Albert.
Kopi yang baru diminumnya diletakkan kembali ke meja di depannya.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu sebelum menuju ke pertemuan"
"Apa itu mengenai Dakino Thorsten?" sangkal Dito
"Ya--kau tau rupanya"
"Itu karena aku sudah mengamatinya sejak lama" jelasnya Dito
"Baik kalau kau sudah mengerti berarti kau tau maksudku. Aku juga sudah mencurigai gerak-geriknya sejak pertama kali bertemu." Terangnya Prof Albert, " Tapi itupun juga karena aku sudah menerimanya untuk bekerja disini. Jadi, aku harus bertanggung jawab sepenuhnya dari apa yang dia lakukan."
Menyeduh kopinya lagi "Aku melihat berkas tempat bekerja dia sebelumnya" ucap Prof Albert, " Dan dia dulu bekerja di Russia"
"Kalau itu, dia sendiri sudah pernah menceritakannya padaku" ujar Dito
"Apa kau tahu dimana tepatnya dia bekerja?"
Dito hanya terdiam dan wajahnya terlihat serius campur penasaran saat itu.
"Dia bekerja di Divisi Nuclear Research" jelasnya Prof Albert