webnovel

Mulai Lagi

~Apa yang terjadi di masa lampau cukup sudah memerangkap kehidupan. Tidak perlu selamanya berlarut dengan luka. Jika sembuh yang diharapkan, maka bangkit adalah cara terbaik~

Ruangan yang berukuran 5 kali 7 itu sudah terisi penuh oleh sekelompok orang yang hendak mengadakan rapat hari ini. Termasuk di dalamnya Naraya, Manager baru, dan Pak Direktur divisi produksi.

Agenda rapat hari ini adalah memaparkan beberapa program yang tengah digarap oleh divisi produksi. Dan juga, pemaparan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada Naraya mengenai acara apa saja yang mungkin akan jadi tempat untuk dirinya kembali berkarya.

Sudah ada dua program reality show yang memaparkan acara mereka, lengkap dengan rating. Wanodya yang menjadi penulis naskah dari salah satu reality show itu ikut memaparkan program yang sedang dia garap.

Satu persatu acara dipaparkan. Di tengah-tengah penjelasan, beberapa kali Manager baru itu menyela untuk menanyakan hal-hal yang dia rasa belum disebutkan dalam penjelasan sang penanggung jawab acara.

Naraya begitu fokus mendengarkan selama rapat berlangsung. Bahkan, dia sangat terkagum dengan Manager baru mereka itu saat ada beberapa hal yang dirasa kurang dan menjadi titik lemah dari program tersebut. Cara penyampaiannya pun tidak terdengar angkuh. Semuanya penuh dengan masukan membangun tanpa meninggalkan kesan buruk bagi acara yang diberi masukan.

Setelah tidak ada lagi yang perlu dibahas mengenai acara-acara yang ada. Tibalah saatnya sang Direktur buka suara mengenai tugas yang akan diemban Naraya.

Sebelum membuka suara, Pak Cecep berdehem sebentar untuk menarik kembali perhatian seluruh anggota rapat. Terlebih lagi dengan Naraya dan Wanodya. Mereka sangat penasaran dan harap-harap cemas mengenai program acara yang akan diberikan kepada Naraya. Keduanya berharap Naraya masuk ke salah satu acara reality show yang ada.

"Nah, bagian tidak kalah penting terutama untuk sang pencetak rating kita, Naraya Anila."

Naraya tanpa sadar menahan napasnya karena gugup menunggu keputusan sang Direktur. Sebenarnya dia bisa saja ditempatkan di program apa saja. Asalkan jangan dilempar ke acara musik yang ratingnya paling rendah dari seluruh acara yang ada.

"Kamu gabung dengan acara musik mingguan. Gantiin Eko karena dia pindah ke divisi berita," jelas Pak Cecep.

Para peserta rapat langsung bertepuk tangan sebagai bentuk selamat. Tapi, beda dengan Naraya dan Wanodya. Bahkan, Kak Sita dan Kak Dede terpaksa ikut bertepuk tangan karena mereka tahu setidak suka apa Naraya dengan acara itu.

"Apa, Pak? Acara musik? Nggak salah, nih?" tanya Naraya dengan nada enggannya.

Dia berharap Pak Cecep hanya menjahilinya. Tahu lah bagaimana Pak Cecep. Dia memang sering mengerjai para pegawainya. Dan Naraya berharap dia saat ini sedang diprank.

Namun, anggukan penuh keyakinan Pak Cecep itu memberi tanda bahwa memang di situlah tempat kembalinya Naraya.

"Tapi, kan, saya dulu ada di acara reality, Pak. Kok tiba-tiba pindah jalur gini, sih? Mana paham saya dengan acara itu," kata Naraya berusaha membujuk Pak Cecep.

"Saya tahu kamu sangat mumpuni dalam pembuatan acara dan memang pashion kamu ada di reality. Tapi, saat ini anggap saja acara musik sebagai tempat untuk beradaptasi lagi. Pelan-pelan kamu bisa mulai dari sana dulu," tambah Pak Cecep.

"Pak…." Naraya sudah memasang ekspresi melasnya. Dia benar-benar ingin memulai pekerjaan dengan hal yang dia sukai. Dan tempatnya bukan di acara musik.

"Benar apa kata, Pak Cecep. Karena kamu baru kembali mulai lagi, acara musik termasuk program ringan, jadi kamu bisa pelan-pelan untuk merangkak naik lagi. Biar nggak kaget, kan?" timpal Dahayu.

Naraya paham maksud dari Pak Cecep menempatkan dirinya di acara musik. Mungkin memang tujuannya baik. Tapi, Naraya benar-benar tidak bisa klop dengan program yang satu itu.

Walaupun dia sangat menyukai The Heal, band papan atas saat ini. Tapi, bukan berarti dia suka dengan semua jenis musik yang ada. Musik The Heal adalah satu-satunya jenis musik yang dirasa klop dengan seleranya.

Acara musik tidak hanya menampilkan satu jenis musik saja. Untuk menghindari kebosanan penonton, mereka harus menampilkan berbagai macam musik. Mulai dari musik berirama lembut, sampai yang rame seperti akan memecahkan speaker harus mereka tampilkan di acara mereka. Dan Naraya tidak yakin bisa suka dengan macam-macam jenis musik lainnya.

"Ini hanya tiga bulan, Naraya. Tidak akan lama. Anggap saja ini masa magang kamu," lanjut Pak Cecep dengan sedikit kekehan.

Naraya tidak bisa ikut terkekeh dengan kalimat candaan Pak Cecep kali ini. Dia benar-benar tidak mau berurusan dengan hal-hal yang tidak dia sukai. Selain merepotkan, dia yakin pasti hasilnya tidak akan perfect seperti dia mengerjakannya karena suka.

"Dan juga, kan katanya kamu sang pencetak rating, bertepat dengan itu kan saat ini rating acara musik punya rekor paling bawah. Jadi, ini bisa kamu jadikan ajang untuk kembali membuktikan bahwa julukan kamu itu tidak salah."

Naraya menatap cengo ke Manager-nya karena memberikan alasan yang sangat-sangat masuk akal seperti itu. Dia bahkan setuju dengan alasan Dahayu itu.

"Bener banget, tuh. Siapa tahu, kan, Kak Naraya bisa bawa perubahan di program kita," celetuk tim kreatif dari acara musik tersebut.

Naraya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Hampir semua orang yang ada di ruangan tersebut sangat mengharapkan dirinya berada di acara musik. Walaupun ini hanya berlangsung tiga bulan seperti kata Pak Cecep, tapi dia tidak yakin akan kuat bertahan selama itu.

Rapat pun berakhir dengan meninggalakn kekesalan dalam hati Naraya. Ingin sekali dia protes habis-habisan untuk tidak ditempatkan di program tersebut, tapi di satu sisi dia tidak ingin menyinggung para staff yang bertanggung jawab dalam acara tersebut.

Begitu mereka keluar dari ruang rapat, Naraya dan Wanodya langsung mengekor di belakang Pak Cecep. Dia masih berharap bisa membujuk Pak Cecep untuk tidak memberinya tugas sebagai produser di program yang sangat dia anti itu.

"Pak…," lirih Naraya saat dirinya dan Wanodya sudah berjalan di samping Pak Cecep.

"Apa lagi, Naraya?" tanya Pak Cecep sambil membuka pintu ruang kerjanya. Tanpa disuruh, Naraya dan Wanodya ikut masuk bersama Direktur mereka itu.

Setelah Pak Cecep duduk di kursi kebesarannya, barulah Naraya mengutarakan uneg-unegnya yang sedari tadi dia tahan karena tidak ingin menyinggung para staff acara musik.

"Saya benar-benar nggak bisa bersatu dengan acara musik, Pak. Bapak kan tahu sendiri gimana saya menghindari program itu," keluh Naraya langsung.

Pak Cecep menarik napas. Dia tahu pasti Naraya akan protes habis-habisan. Tapi, keputusannya ini sudah dianggap paling tepat, baik untuk Naraya dan juga program musik itu sendiri.

"Hanya tiga bulan, Naraya. Kamu tidak selamanya di situ, kok," ucap Pak Cecep menekankan lagi masa kerja Naraya agar dia bisa mengerti.

"Tapi, kalau Naraya bisa naikin rating, pasti Pak Cecep bakal nahan dia buat di situ terus, kan?" celetuk Wanodya tiba-tiba.

Naraya langsung terkejut mendengar celetukan Wanodya itu. Kalau dipikir-pikir juga, apa yang dikatakan Wanodya itu ada benarnya. Dia pernah bertahan di sebuah acara terakhir sebelum dia istirahat karena Pak Cecep yang menahanya di sana. Alasannya sudah pasti karena Naraya sukses membuat acara itu tidak pernah bergeser dari rating paling atas.

Pak Cecep sebenarnya sempat berpikir akan hal itu. Tapi, alasan itu tidak menjadi dalang dari dirinya yang menyuruh Naraya berada di acara musik. Bagaimana pun dia masih sangat ingat kalau Naraya tidak menyukai acara musik.

"Jangan sembarang kalau ngomong, Wanodya," tegur Pak Cecep tidak mau Naraya salah paham.

Naraya langsung menatap tajam ke arah Pak Cecep. Dia sudah termakan ucapan Wanodya yang memang menurutnya sangat masuk akal dengan penempatan dirinya di acara berating rendah itu. "Pak, jadi alasan Bapak itu?"

Pak Cecep langsung menggeleng sebagai bentuk bantahan keras. "Tidak Naraya. Alasan saya bukan itu. Saya tahu kok kamu tidak suka dengan acara musik, jadi saya nggak bermaksud buat nahan kamu di acara itu untuk selamanya."

Setelah Pak Cecep berusaha keras meyakinkan Naraya untuk bertahan di acara musik untuk sementara waktu, akhirnya Naraya pun menerima keputusan itu. Walaupun hatinya tetap tidak ikhlas.

Dia hanya berharap dirinya akan kuat bertahan dengan apa yang tidak dia sukai. Dia juga berharap tidak ada hal yang berbahaya saat dirinya menggarap acara musik itu.

"Selamat bergabung, Kak Naraya. Kami tahu kakak akan membawa perubahan besar untuk acara kami," seru salah satu staff yang bertanggung jawab acara musik tersebut. Beberapa staff juga ikut mengerumuni meja kerjanya untuk memberi selamat kepadanya.

Naraya terpaksa mengulas senyum sebagai bentuk kesopanan. Tidak mungkin kan dia berteriak saat ini bahwa dia sangat tidak suka dengan acara tersebut?