webnovel

call me adora

Bersekutu dengan iblis adalah sebuah hal terlarang. Namun, bagaimana jika itu adalah jalan keluar satu-satunya untuk menyelesaikan masalahmu? Hal yang sama terjadi pada Sean Marvin Jacob. Putra semata wayangnya terkena penyakit langka yang begitu sulit untuk disembuhkan. Semua dokter profesional sudah angkat tangan dengan keadaan putranya itu. Duda kaya itu hampir menyerah. Namun, di tengah keputusasaannya hadir seorang wanita yang menawarkan bantuan kepadanya. Akan tetapi, siapa sangka ternyata wanita itu adalah sosok iblis yang menyamar dalam tubuh manusia. Tentu saja, tidak ada yang gratis di dunia ini. Begitu juga dengan bantuan yang ditawarkan wanita itu. Ia meminta jiwa Sean sebagai gantinya agar putra kesayangannya itu selamat. Akankah Sean menerima tawaran wanita itu dan masuk ke dalam lingkaran setan yang menyesatkan?

Lattechoco605 · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
15 Chs

chapter 12: teman lama

"Kau?"tanya Adora bingung sekaligus terkejut dengan apa yang ia lihat. Di depannya saat ini, berdiri seorang wanita cantik yang mengenakan dress tanpa lengan ketat bewarna merah. Sepasang sepatu hak tinggi bewarna senada membungkus kakinya.

Wanita itu tersenyum anggun menatap Adora. "Sudah lama sekali, bukan? Namun, wajahmu masih terlihat sama saja."

Adora tertawa garing seraya menatap wanita itu remeh. "Kau juga sama saja. Masih terlihat seperti seorang jalang yang kutemui 200 tahun yang lalu."

"Oh aku merindukanmu!"ucap wanita itu. Ia lalu menyelonong masuk begitu saja ke dalam rumah Adora. Tubuhnya yang lebih tinggi 2 cm dibandingkan Adora menabrak tubuh wanita itu begitu saja hingga nyaris membuat wanita itu terhuyung.

Adora menatap datar pada wanita yang tengah berjalan beberapa langkah di depannya itu. Dia adalah Lilith. Iblis wanita cantik yang ia kenal sebagai teman lamanya -jika Adora masih menganggapnya- karena sudah hampir 200 tahun lamanya mereka berdua tidak saling bertemu.

Lilith adalah pasangan dari Lucifer. Iblis yang terkenal di penjuru dunia. Lucifer melambangkan Kesombongan dan tinggi hati. Penyatuannya dengan Lilith yang dikenal sebagai salah satu iblis wanita paling berbahaya menghasilkan puluhan bahkan ribuan iblis penggoda yang diturunkan ke muka bumi ini.

Sama seperti Adora, Lilith sendiri pernah bermukim di bumi. Iblis cantik itu pernah tinggal di salah satu negara di benua Asia. Adora masih mengingatnya. Karena, pada waktu itu, mereka berdua berada di negara yang sama yaitu Korea Selatan. Hanya kotanya saja yang berbeda. Dan kejadian itu terjadi sejak 200 tahun silam.

"Wah aku penasaran. Kenapa rasanya gubuk ini seperti tidak asing bagiku padahal aku belum pernah berkunjung kesini."ujar Lilith saat dirinya melangkahkan kaki di toko Adora.

Adora tidak menjawab. Wanita itu mendudukkan pantatnya di kursi yang biasa wanita itu duduki. Sementara Lilith, mengambil tempat duduk di samping Blake yang membuat pria itu sedikit terkesiap namun, ia masih bisa mencoba untuk tetap bersikap normal.

"Halo, Blake. Kau masih mengingatku? Kau masih terlihat manis seperti saat terakhir kali aku melihatmu."ucap Lilith sembari mengbar senyum manis pada Blake yang berada di sebelahnya.

Adora mengerutkan keningnya. "Kalian pernah bertemu sebelumnya? Seingatku, Blake baru bekerja denganku selama 189 tahun."

Lilith menatap Adora. "Kami bertemu 2 tahun yang lalu saat aku berkunjung ke kota ini. Aku tidak sengaja bertemu dengannya saat menemani Lucifer bertemu dengan para pemujanya."

"Benarkah?"tanya Adora pada Blake. Pria itu hanya menganggukkan kepalanya tanda ia setuju dengan apa yang diceritakan oleh Lilith.

"Wah apa ini! Kau baru selesai berbelanja? Aku tidak tahu jika iblis sepertimu bisa berbelanja juga."komentar Lilith saat wanita itu tak sengaja melihat tas belanja milik Adora yang berserakan di atas meja. Tanpa permisi, Lilith mengeluarkan seluruh belanjaan Adora lalu memperhatikannya satu persatu.

"Apa-apaan ini!! Bagaimana bisa kau membeli semua barang dengan satu warna yang sama. Warna hitam?! Kau serius? Aku benar-benar tidak menyangka jika kau memiliki selera fashion yang begitu buruk."kritik Lilith setelah ia melihat barang-barang belanjaan Adora.

Adora memutar bola matanya malas. "Fashion adalah kenyamanan. Selama aku nyaman kenapa tidak?"

Lilith menaikkan sebelah alisnya. Seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Adora. Namun, wanita itu memilih diam dan kembali memperhatikan belanjaan Adora.

"Ngomong-ngomong, apa yang sedang kau lakukan di kota ini?"tanya Adora. Sebenarnya, pertanyaan ini sudah sejak tadi ingin wanita itu tanyakan. Namun, ada saja ucapan random Lilith yang membuat Adora mengurungkan niatnya tersebut.

"Aku hanya iseng saja berkunjung ke kota ini. Lalu, aku teringat denganmu. Karena itulah, aku memutuskan untuk mampir sebentar ke tempatmu yang tidak seberapa ini."jawab Lilith.

Adora menaikkan alisnya. Wanita itu masih belum terlalu yakin dengan jawaban Lilith. "Benarkah? Lalu, darimana kau tahu aku tinggal di sini?"tanya Adora penuh selidik.

Lilith memutar bola matanya malas. "Bukankah tadi sudah kubilang! Aku bertemu dengan Blake 2 tahun yang lalu di kota ini. Ia memberitahuku bahwa kalian berdua tinggal di sini. Soal alamatmu, itu bukanlah hal yang sulit untukku menemukannya. Karena aku adalah Lilith."

Adora mengerutkan keningnya. Wanita itu merasa ada yang aneh dengan perkataan Lilith. "Tunggu dulu. Bagaimana kau bisa tahu kalau aku dan Blake saling mengenal satu sama lain? Padahal, aku belum pernah mengenalkan Blake padamu."

Lilith menghela napasnya kasar. Begitupun dengan Blake yang ada di sebelahnya. Walaupun tidak terlalu jelas, namun suara napas pria itu masih bisa didengar oleh kedua wanita yang tengah duduk bersamanya.

"Sepertinya otakmu itu tidak mengerti jika kujelaskan secara garis besarnya saja. Baiklah, aku akan menjelaskan awal pertemuanku dengan bocah laki-laki ini padamu ..."

"... Peristiwa itu terjadi sekitar 2 tahun yang lalu. Saat itu, Kota London tengah menghadapi musim dingin. Musim dingin yang sangat indah. Tepatnya 5 hari sebelum perayaan natal, Lucifer memberitahuku bahwa ia akan berkunjung ke pertemuan manusia pemuja dirinya di salah satu kota di bumi. Aku yang saat itu tengah merasa bosan berada di neraka, memutuskan untuk ikut dengannya."

Lilith memberi jeda sejenak untuknya bernapas kemudian melanjutkan, "Aku tidak terlalu tertarik dengan sekte- sekte yang dihadiri oleh Lucifer. Karena itulah, saat ia sibuk dengan pemujanya, aku memilih untuk berkeliling Kota London yang indah ini. Lalu, entah bagaimana aku bisa nyasar ke salah satu hutan di kota ini. Seingatku, namanya Elmsted wood? Atau bukan?"

"... Untungnya, hutan itu cukup indah apalagi dengan salju yang menutupinya. Aku memilih untuk berkeliling sebentar. Saat itulah, aku bertemu dengan Blake. Aku melihatnya sedang menyendiri di tengah hutan. Menatap kosong pada udara hampa di hadapannya. Pertama, kukira dia adalah seorang pria yang tengah patah hati. Namun, setelah melihatnya lebih seksama lagi, aku sadar kalau ia bukan manusia."

Lilith dan Adora menoleh ke arah Blake. Sedangkan Blake, seperti biasanya tidak memberikan reaksi apapun.

Lilith kembali melanjutkan, "Aku mendekatinya. Mengajaknya mengobrol beberapa menit. Jujur saja, Blake. Mengobrol denganmu itu sangat tidak menyenangkan ..."

"... Namun, saat aku menanyakan dimana ia tinggal, pria ini menyebutkan namamu. Alih-alih menyebutkan alamat rumahnya. Setelah itu, aku yakin bahwa kalian memiliki hubungan. Mungkin, bukan sebagai sepasang kekasih. Karena, sungguh! Kalian berdua sangat tidak cocok."

"Saat itu, aku tidak tahu apa hubungan di antara kalian berdua. Mungkin sekarang aku masih tidak tahu. Atau kau ingin memberitahuku? Tapi, yang pasti aku benar-benar yakin bocah manis ini ada hubungan denganmu."

Lilith akhirnya menyelesaikan seluruh penjelasannya. Ia kemudian menatap Adora. Memberi isyarat lewat matanya seolah-olah bertanya apakah wanita itu sudah mengerti apa belum. Sedetik kemudian, Lilith menghela napasnya lega saat melihat Adora menganggukkan kepalanya tanda wanita itu paham dengan semua yang dijelaskan Lilith.

"Blake bekerja denganku. Ia membantu semua keperluanku. Membantu menghubungkan diriku dengan pelangganku."jelas Adora.

"Ah, begitu. Bagaimana kau bisa tahan bekerja dengannya, Blake? Apa dia menawarkanmu sesuatu sehingga membuatmu nyaman berada di sini?"tanya Lilith sambil mengedipkan sebelah matanya pada Blake.

Melihatnya membuat Adora tertawa sinis. "Cih, dasar iblis."cibir wanita itu.

Mendengar Adora mengatakan hal itu, sontak membuat Lilith bangkit dari duduknya. Wanita itu kemudian berjalan-jalan mengelilingi ruangan seperti tengah mencari sesuatu.

Adora dan Blake menatap Lilith heran. "Apa yang kau lakukan?"tanyanya.

Lilith menghentikan langkahnya. Ia kemudian menoleh ke arah Adora lalu menatap wanita itu. "Aku mencari cermin."

"Cermin? Untuk apa?"

"Aku berpikir untuk membuatmu berkaca. Bagaimana kau bisa menyebutku iblis seolah-olah kau bukanlah makhluk yang sejenis denganku. Ya, walaupun jelas kau berada di level yang jauh berbeda denganku. Namun, setidaknya sadarlah. Tidak ada makhluk lain di sini. Kecuali 3 iblis yang diantaranya aku, kau dan si manis Blake."jelas Lilith.

Adora memutar bola matanya. "Yayaya, terserahmu saja."

Lilith tersenyum. Wanita itu kemudian berjalan mendekati Adora lalu memeluknya tanpa aba-aba. Lagi-lagi, ia nyaris membuat wanita itu terhuyung ke belakang karena ulahnya.

"Ah, sudah saatnya aku pergi. Kumohon, jangan menangis setelah ini. Aku berjanji akan mengunjungimu lagi."ucap Lilith setelah melepaskan pelukannya pada Adora. Ia kemudian beralih memeluk Blake.

"Aku akan lebih menangis jika kau mengunjungiku nanti. Sebaiknya, kau pergi melihat-lihat hutan di kota ini. Masih ada beberapa hutan lagi yang tidak kalah indah."ucap Adora.

Lilith tampak berpikir sebentar. "Aku akan mempertimbangkannya."ujarnha sebelum akhirnya ia melangkah ke luar toko diikuti Adora yang berjalan di belakangnya.

Namun, baru saja beberapa langkah Lilith keluar dari toko, wanita itu sudah menghentikan langkahnya. Ia kemudian berbalik dan menatap bagian depan toko Adora cukup lama hingga membuat sang pemilik toko menatapnya heran.

"Ada apa?"tanya Adora penasaran.

Lilith mengalihkan pandangannya pada Adora. Ia kemudian menatap wanita itu penuh arti. "Sekarang, aku paham mengapa toko ini terlihat tidak asing bagiku."

"Kenapa?"

Lilith menghela napasnya. "Kupikir kau sudah melupakannya. Namun, dengan adanya toko ini, menandakan semua itu masih berbekas dalam pikiranmu. Seolah kau ingin melupakannya, namun kau tidak cukup kuat untuk melepaskannya."