webnovel

B3 - Luapan

*****

Pagi yang seharusnya cerah untuk Adel harus berubah menjadi kelam kala Rehal datang menghampirinya dengan senyuman bodohnya, Adel pun langsung berdecak kesal.

"Adel…"

"Ayolah Hal, sekali saja jangan merusak suasana hatiku dipagi hari." Kesal Adel sembari mempoutkan bibirnya saat melihat Rehal duduk didepannya dengan senyuman bodohnya.

"Kau makin cantik jika seperti itu." Rehal langsung mengusap surai coklat pendek milik Adel dengan gemas.

"Kau merusak rambutku Hal, aku sudah menatanya lama."

"Kenapa? Untuk kau perlihatkan padaku?" Adel langsung berdecak kesal ketika Namjoon masih saja menatap dengan gaya sok coolnya itu.

"Hentikan ucapanmu yang tak masuk akal oke? Aku sedang tidak ingin berdebat." Rehal langsung menatap Adel dalam, Adel sendiri langsung memalingkan wajahnya kala dadanya tampak berdetak begitu cepat.

"Sayangnya aku sedang ingin menggoda Tuan Putri didepanku ini." Rehal langsung memukul pelan dahi Adel membuat sang empu tersadar dan menggeram kesal.

"REHAL IDIOT…." Pagi yang berakhir semakin buruk, keadaan kelas yang ramai membuat Rehal dan Adel yang berlarian sedikit kesulitan.

"Jangan lari kau Hal…." Rehal hanya tertawa begitu juga Adel yang menggerutu kesal namun sesekali tertawa kala melihat Rehal yang hampir terjatuh ataupun mendapat teriakan kesal dari beberapa temannya.

"Ini masih terlalu pagi untuk berpacaran Del." Ucapan Danica membuat kedua sosok itu berhenti lalu menatap kearah suara dengan pandangan yang berbeda.

"Danica…. Rehal benar benar menyebalkan, wahhh aku sangat membencinya." Adel langsung menduduki kursi disamping Danica dan mulai merengek.

"Tapi dia masih ada dihatimu bukan?" pertanyaan Danica membuat Adel semakin kesal, Danica sendiri hanya bisa tertawa sembari menatap sahabatnya yang terus berdecak kesal dan memukulnya dengan kesal.

*****

"Bagaimana rencanamu selanjutnya untuk lomba Bar?" Bara mencoba berfikir lalu mengangkat bahunya tanda tidak tahu.

"Jangan main-main Bar, ini bukan lomba biasa." Ervin tampak kesal melihat sahabatnya yang tampak tidak perduli.

"Ayolah Vin, kita bahas sepulang sekolah saja. Kau tak bosan terus membahas itu?"

"Kau pulang sekolah akan langsung bertemu Dina atau ikut rapat terlebih dahulu?" Bara tampak berfikir lalu menatap Ervin sembari tersenyum jahil.

"Jangan pernah berfikir jika aku akan melakukan hal konyol darimu Bar." Ervin seakan mengerti kemana pikiran Bara melayang, Bara langsung tertawa melihat sahabatnya itu yang terlihat begitu menggemaskan.

"Berhenti bercanda Bar, kau menyebalkan."

"Ayolah kawan, disini keadaan masih begitu bebas. Aku bisa keluar dengan Dina sebentar lalu kita rapat, itu keadaan yang mudah. Biarkan yang lain pulang untuk makan dan istirahat lalu kita mulai rapatnya." Ucap Bara sembari merangkul bahu Ervin dan keduanya berjalan menuju kelas.

"Aishh menyebalkan sekali padahal disini aku yang menjadi ketuanya kenapa jadi kau yang memerintah." Ervin yang berdecak kesal membuat Bara semakin terkekeh.

"Tapi otakku dan Danica yang sudah bekerja keras untuk menunjukkan koreo yang bagus jika kau lupa." Bara tampak begitu menyombongkan diri membuat Ervin semakin kesal.

"Aishh pergi sana kau bantet." Ervin langsung menyikut perut Bara dengan lengannya lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Bara yang meringis sakit sembari menggeram kesal.

"Alien sialan kau, berhenti kau Vin…." Ervin hanya tersenyum senang mendengar umpatan Bara, ia pun langsung berlari untuk menghindari Bara yang mengejarnya.

*****

Matahari semakin naik dan keadaan semakin panas mengingat musim panas semakin dekat dan keadaan kelas ramai membuat keadaan semakin panas.

Beberapa juga mendengus kesal kala Guru Im mengumumkan jika akan ada praktek dipertemuan selanjutnya. Hal yang paling Danica benci adalah ketika pemilihan kelompok dipilih oleh Guru Im sendiri.

"Adel Aimerr

Danica Amalthea

Rehal Aditya Ahmad

Amelia Adean

."

Ucapan Guru Im bahkan masih terngiang ditelinga Danica, ia mendengus kala nama Amel Adean ikut dalam kelompoknya.

"Aishhh suasana hatiku sepertinya akan bertambah buruk." Ucapan Danica membuat ketiga temannya tertawa bahagia.

"Kali ini saja berdamailah dengan Amel, bagaimana pun kau tak ingin mendapat nilai buruk bukan?" ucapan Chaca membuat Danica semakin mendengus kesal.

"Aishhh, kali ini aku akan mengajukan diriku sendiri untuk mencari bahannya." Danica langsung berdiri dari duduknya dan mulai melanngkah pergi.

"Kau mau kemana?"

"Katakan saja aku sedang ada di UKS."

Ketiga temannya hanya menggelengkan kepalanya melihat Danica yang terus melangkah tanpa berheti.

"Akhirnya kita satu kelompok Del…"

"Aisshh LEPAS…." Adel langsung berteriak kesal ketika Rehal dengan tanpa izin langsung memeluknya dari belakang membuat beberapa pasang mata menatap kearahnya.

Sedangkan Rehal hanya tersenyum tanpa dosa lalu melepas pelukannya dan melangkah menuju ke teman temannya yang berkumpul di bangku bagian depan.

*****

Danica menatap ruang latihan dengan sendu, suasana hatinya benar benar sedang buruk. Ia ingin sekali menghilangkan semua sesak dalam dadanya.

"Kau berniat akan membolos Ni?" Danica langsung menolehkan kepalanya dengan terkejut menatap sosok di depannya itu.

"Bara?"

"Kenapa tidak masuk kelas?"

"Aku hanya sedang malas, terlalu berisik." Bara langsung menarik tangan Danica hingga sampai di rooftop membuat sang empu menatap Bara dengan bingung.

"Ingin mengatakan apa?" Bara langsung mengerucutkan bibirnya kesal saat Danica terlalu masuk pada intinya.

"Tidak bisakah kita berbasa basi dulu?" Danica hanya terkekeh menatap Bara yang masih menatapnya dengan kesal.

"Kalau begitu jangan perlihatkan wajahmu yang nampak jelas itu, kau tidak bisa menyembunyikan ekspresi wajahmu itu eoh?"

"Aissshh tidak adil sekali."

"Katakan, aku akan mendengarnya dengan sangat baik." Danica langsung duduk dikursi menghadap langsung kearah lapangan luas yang berlalu lalang para siswa untuk olahraga.

"Sekolah akan mengadakan lomba dan kita akan mewakili sekolah."

"Kita?" Danica langsung menatap Bara dengan terkejut.

"Iya kita, kau, aku, Haidar dan juga Ervin. Kita juga akan dibantu oleh Kak Dalton dalam mengerjakan lagu dan pembuatan videonya."

"Berapa lama?"

"Waktu kita hanya tersisa 2 minggu."

"Kalau begitu aku akan bekerja keras mulai nanti, kita harus memberikan gerakan yang luar biasa."

Bara hanya tersenyum menatap wajah bahagia Danica, hal yang sangat disukai Bara adalah wajah bahagia dan wajah kesal milik Danica. Yah, hanya dua ekspresi itu yang sangat Bara gemari dari gadis misterius itu.

"Ahhhhh badanku terasa begitu sakit setelah melakukan perkelahian semalam."

"Kau berkelahi? Dengan siapa?" wajah bahagia Bara langsung terganti dengan raut khawatir menatap Danica yang memukul pelan bahunya.

"Ah tidak bukan itu maksudku, hanya perkelahian kecil diruang latihan tidak perlu khawatir."

"Kau baik baik saja?" Danica hanya tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.

"Aku akan menunggumu dan yang lain diruang latihan sepulang sekolah, kita akan latihan mulai hari ini." Danica langsung berdiri duduknya dan tersenyum pada Bara, ia pun langsung melangkahkan kakinya untuk turun menuju kekelasnya.

****