Menatap Reza saat ini dengan seragam pilotnya membuatku kembali mengingat momen-momen di mana kami masih berpacaran dan saling membicarakan cita-cita kami.
"Jadi, apa cita-citamu, Dai?" Tanyanya saat itu padaku.
Jujur, saat itu aku sendiri mana tahu aku ingin menjadi apa dan memiliki cita-cita apa.
Mau menjadi Presiden? Ah, terlalu kekanakan sekali. Jadi guru? Aku sedikit tidak bisa mengontrol emosiku pada anak kecil, tapi ketika aku melahirkan Jason, ternyata mengajar anak kecil itu menyenangkan.
Kugelengkan kepalaku saat itu. "Aku belum tahu, Rez. Kalau kamu?" tanyaku balik.
"Kok belum tahu? Padahal sebentar lagi masa depan di depan kita, loh."
Reza sama sekali belum menjawab pertanyaanku mengenai cita-citanya. Jadi aku mengikuti sana arusnya.
"Aku memang belum tahu. Lagi pula, cita-cita apa yang cocok untukku?" Tanyaku padanya meminta saran.
Dengan lucunya dan ketampanannya, Reza seolah berpikir akan sesuatu. Menatap penampilanku saat itu yang benar-benar sangat desa.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com