Aku berusaha terlihat biasa ketika mendengar jawaban Tante Neva yang sebenarnya cukup mengguncangku. Mungkin bukan berusaha lagi, tapi aku memang menunjukkan ekspresi datarku, entah bagaimana Tante Neva menatapku, tapi aku merasa biasa sekali sekali pun rasanya sangat menyakitkan.
Sebenarnya juga tidak heran sih, kalau akhir-akhir ini aku mual dengan alasan bau badan Zen tercium bau wanita. Dan kemungkinan besar yang kupikirkan adalah saat itu Zen tengah bersama Ester.
Sejak awal aku sudah merasakan firasat itu. Bahwa keduanya ada main. Walau pun kelihatannya mereka bersikap profesional dan biasa di hadapanku, tapi aku percaya pada sebuah insting yang mendadak muncul. Sekali pun aku mencoba menepiskan insting itu, lagi-lagi ia tetap di sana dan membiarkan waktu yang menunjukkannya.
Sekarang semua terjawab. Tapi aku tidak ingin Tante Neva memberitahu Zen bahwa aku dan beliau membahas ini. Jadi, kupandang beliau dengan serius sebelum Zen mengalihkan tatapannya dari ponsel padaku.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com