webnovel

Mysterious wrap on the Beach

Indahnya langit malam dengan suasana yang tenang, juga penuh kerlip bintang menghangatkan suasana damai dan tenteram.

Dersik angin pantai, dengan suara ombak yang menyatu bagai alunan melodi di indra pendengaran. Namun ... ada sesosok misterius, menyeret-nyeret seseorang penuh luka di sekujur tubuhnya.

"To-long ... kumohon lepaskan aku," suaranya begitu parau, tak terdengar siapapun begitu lemah dan tak berdaya.

"Melepaskanmu? Dalam mimpimu jalang!" seru orang yang menyeretnya, saat dekat dengan berbatuan karang yang berada di pinggir pantai sosok itu menyeringai menyeramkan.

Sang korban membulatkan mata, nafasnya tercekat meminta tolong percuma ayunan pisau diarahkan sang sosok misterius padanya. Di sisa tenaganya, dia hanya bisa merintih berharap ada yang melihatnya.

"Bitch," gumam sosok itu, setelahnya dia menghapus jejak dirinya karena pada dasarnya sosok itu menggunakan sarung tangan karet dan plastik besar yang dibawanya. Setelahnya, dia tersenyum puas dengan ukiran pada sebuah punggung korban.

----

"Selamat sore berita mengejutkan hari ini, tentang sosok wanita yang ditemukan di pinggir pantai. Kepolisian masih menghimbau atas kasus tersebut, dan dimohon kepada warga sekitar untuk tetap berhati-hati sekian dan terima kasih."

"Ma, kenapa sekarang banyak kasus korban pembunuhan?" tanya Melisa, kepada mamanya yang juga sedang mendengarkan berita dari televisi tersebut.

"Mama juga tidak tau, hanya saja Mama minta kamu berhati-hati di malam hari jangan sampai keluyuran," ucap Viola.

"Baik, Ma." Melisa mencomot gorengan yang sudah matang, hal itu membuat Viola melotot karena itu untuk makan siang.

"Peace Ma." Melisa mengangkat dua tangannya, dengan jari telunjuk dan tengah yang membentuk peace.

"Kamu ini dasar! Sana belikan bawang putih, bawang merah, bawang daun, bawang bombai, dan cabai." Viola menyerahkan selembar uang dua puluh ribu kepada Melisa.

"Siap kanjeng ratu," ucap Melisa. Daripada nanti dirinya di amuk sang mama, lebih baik dia bergegas.

Perlu diketahui Melisa dan keluarganya, baru saja pindah ke rumah yang menurut mereka nyaman dan dekat dengan pantai. Lagi pula, menghirup udara perkotaan daerah Jakarta cukup membuat mereka terasa pusing.

Kebetulan papanya dinas sementara beberapa bulan ke daerah Bali, untuk melakukan beberapa pengecekan kantor cabang dan menemui kliennya. Di perjalanan, Melisa melihat sesosok misterius dari tubuhnya seperti seorang pria yang menyeret-nyeret sesuatu.

"Apa jangan-jangan ... pembunuh berantai!" pekik Melisa tertahan, dia menatap ngeri dan takut kepada sosok itu. Tanpa Melisa sadari, sosok itu melihat ke arahnya dibalik berbatuan.

"Kayaknya harus kabur, entah kenapa Feel ku tidak enak," gumam Melisa. Dia menatap ke arah sosok itu, bola matanya membulat ketika melihat sosok pria itu menyeringai ke arahnya.

Mana jalanan sepi, dan tidak banyak orang berlalu lalang. Melisa mempercepat jalannya tapi tetap dengan tenang, sampai di ujung jalan yang sepi dia tidak terkejut sama sekali. Ketika sosok didepannya tersenyum, dengan wajah yang penuh lumuran darah.

"Hai bunga Lily kuning," ucap pria tersebut. Melisa mengernyitkan dahi bingung, apa hubungannya dengan bunga?

"Aku tau semuanya tentang dirimu ... bunga Lily kuning. Bersikaplah seperti biasa, 7 hari dari sekarang aku akan mengintaimu kita itu sama ingat itu," bisik sosok pria tersebut sebelum pergi menjauh. Meninggalkan Melisa yang terdiam kaku, dan ... Melisa menyeringai.

"A-apa dia tau semuanya?" monolog Melisa. Melisa yang berpikir keras, langsung saja pulang dan mencari tau apa arti bunga Lily kuning.

"Ma aku pulang!" seru Melisa, dan meletakannya belanjaan di meja dapur.

"Oh sudah pulang, mau minum dulu tidak?" tawar Viola, Melisa menggeleng dan menolaknya secara halus.

"Enggak deh buat Mama saja," ucap Melisa. Dirinya langsung pergi ke kamar, dan mengotak-atik komputernya mencari tau apa yang diucapkan pria tadi.

"Sial!" umpat Melisa.

"Jadi ... dia sudah tau huh? Sayang sekali, mainnya tidak serapi itu hahaha," tawa Melisa menguar membuat suasana mencekam. Dia melihat ke arah cermin besar di sudut ruang.

"Hey Melisa bodoh, aku akan mengambil alih tubuhmu sementara diamlah di sana. Kamu tau? Kamu terlalu lemah untuk menampungku, jadi aku akan bermain serapi mungkin." Melisa menunjuk-nunjuk cermin, dengan berkacak pinggang didepannya.

"Apa? Ups maaf, sepertinya dia bodoh ingin melawanku Melisa. Apa kamu akan puas? Jika aku ... membunuh mantanmu?" tanya Melisa pada cermin, dia langsung terkekeh dan menggunakan jubah hitamnya.

---

"Berita terkini kami menemukan tersangka utama, dia sedang menjalani proses hukum atas tindakannya yang membunuh orang-orang,"

"Ma? Dia sudah tertangkap?" tanya Melisa.

"Tentu sayang ... apa kamu ingin menjenguknya? Jika iya di ruang gelap itu," jawab mamanya dan tersenyum penuh arti.

Melisa membawa lentera, menuju ruang bawah tanah. Siapa sangka, di sana terdapat banyak sel-sel besi berkarat dan penuh dengan aroma bau amis yang menyengat. Melisa melangkah dengan riang, dan matanya menyiratkan sesuatu.

"Hey boy," sapa Melisa kepada seorang pria yang berjongkok.

"Mau apa hah! Puas kamu menangkapku?" tanya seorang pria tersebut, dengan menatap sinis ke arah Melisa.

"Hey dengar, aku hanya mengamankanmu dari kejaran polisi. Lagi pula, mainmu kurang rapi cepat sekali ketahuan," ucap Melisa.

"Mau tau ... cara yang rapi seperti apa? Aku tau, jika kamu orang pendendam dan menghabisi wanita-wanita itu karena mereka selingkuh darimu," ungkap Melisa. Lalu Melisa menyuruh dua orang penjaga yang berada diluar untuk membawa mantannya itu, Melisa mengisyaratkan untuk memulainya. Sebelum itu, Melisa berbisik kepada mantannya itu.

"Davi, kamu juga harus ingat dulu kamu menghianati aku bukan? Ingat tidak, saat kamu bercumbu dibelakangi-Ku dan kini saatnya untuk membalasnya bukan?" bisik dan tanya Melisa, sosok pria yang namanya Davi itu menegang dia lupa bahwa Melisa ... sial! Bahkan Melisa lebih keji darinya, dia salah memilih lawan.

"Kau benar Davi ... bunga Lily ini penuh dengan topeng palsu, jadi nikmatilah sekarang dirimu menjadi bagian dari koleksiku. Nanti tunggu kedatangan Papa untuk sentuhan akhirnya," lanjut Melisa.

Dia mengisyaratkan dua penjaga itu untuk segera memulainya tetapi jangan sampai mati, dan meminta untuk menunggu kedatangan papanya. Setelah itu, Melisa terkekeh dan berjalan keluar ruangan dengan senyum terpatri di bibirnya.

By: Snow Drop

Sabtu, 2 September 2023.