"Lepaskan aku, Pak."
Andika melepaskan pelukannya. Wajah laki-laki itu seperti awan mendung. Gelap, suram, tidak bercahaya seperti biasa. Ve yang semula ingin marah, berubah menjadi iba.
"Jangan menghilang dari pandanganku secara tiba-tiba. Aku sangat takut, Ve. Aku takut …." Andika bicara setengah bergumam.
"Bapak bicara apa?" tanya Ve yang tidak mendengar jelas apa yang dikatakan laki-laki itu.
"Jangan memanggilku 'Bapak'!"
Laki-laki itu keluar dari taman setelah membentak Ve. Ia sudah merangkai kata-kata indah untuk menyatakan perasaannya kepada gadis itu. Namun, semua rencananya buyar karena tiba-tiba Ve tersesat dan berpisah dengannya.
Ve tidak tahu harus pergi kemana, lalu memilih menunggu Andika di dekat pintu gerbang keluar-masuk. Gadis itu masih bingung dengan sikap laki-laki yang sudah membawanya ke taman, tapi dalam sekejap berubah kesal. Apa yang terjadi? Gadis itu bertanya-tanya sendiri.
"Tunggu! Dika!" Ve segera berlari mengejarnya ke parkiran.
Andika masih merasa kesal karena Ve masih memanggilnya bapak bahkan di luar kantor. Sudah diminta memanggil nama, tapi gadis itu masih belum terbiasa. Apalagi, hubungan mereka sebelumnya tidak terlalu dekat. Bisa dikatakan seperti bermusuhan, meski sekarang sudah tidak seperti hari pertama bekerja, tapi sikap dominan laki-laki itu masih membuat Ve merasa segan untuk terlalu dekat.
Ve masuk ke dalam mobil dan meminta penjelasan kepada laki-laki itu. Ia marah kepada Andika karena mengaku sebagai suaminya, lalu apa yang membuat Andika marah padanya? Gadis itu terus mendesak agar sang atasan menjelaskan padanya.
"Kamu marah karena apa? Aku tidak merasa punya salah. Dika! Jawab aku!"
"Kamu mau jawaban, aku beri kamu jawaban."
Andika menarik tangan gadis itu, membuatnya menabrak dada bidang laki-laki itu. Kedua mata Ve membelalak saat bibirnya dikecup mesra oleh Andika. Ia mendorong laki-laki itu, tapi pelukan tangannya semakin erat, membuat gadis itu tidak sanggup memberontak lagi.
'Ini ciuman pertamaku. Berani-beraninya dia mengambil ciuman pertamaku!'
Laki-laki itu melepaskan kecupannya. "Kau ingin jawaban, bukan?"
Gadis itu mengerjapkan kelopak matanya. Ia meminta jawaban atas pertanyaan, tapi laki-laki itu justru melakukan tindakan di luar dugaan. Itu bukan jawaban yang diinginkan Ve, ia semakin tidak mengerti karena kecupan itu.
"Bingung? Biar kubuat sederhana. Aku menyukaimu dan aku ingin kau menjadi milikku. Aku marah saat kau memanggilku bapak karena terkesan hubungan kita sangat jauh. Sedangkan saat aku berkata takut kehilanganmu, itu karena aku tidak bisa kehilangan orang yang kucintai untuk kedua kalinya.
"Cukup aku kehilangan kedua orang tuaku. Aku tidak ingin kehilanganmu. Apa masih kurang mengerti? Biar aku lakukan sekali lagi," goda Andika sambil menarik tengkuk Ve.
Gadis itu mendorongnya dengan kuat hingga pelukan Andika terlepas. Pengakuan cinta yang tiba-tiba itu membuat Ve seperti orang linglung. Ia menatap tajam kepada Andika, melihat sorot mata jernih dan tegas, melihat senyum manis yang jarang sekali ditunjukkan laki-laki itu saat di kantor.
"Kau … bilang, kalau kau mencintaiku?"
"Hem. Aku mencintaimu. Berikan aku jawaban sekarang juga!"
"Apa? Se-sekarang?"
"Ya. Aku tidak suka membuang-buang waktu. Cepat berikan aku jawaban. Kau menyukaiku atau tidak?"
"Kalau ditanya suka, ya suka. Tapi kalau …."
"Sudah deal. Kamu adalah kekasihku sekarang," potong Andika.
Ve menganga tak percaya dengan keputusan Andika yang memproklamirkan diri sebagai kekasih Ve. Gadis itu bahkan belum selesai bicara, tapi Andika sudah menganggap gadis itu setuju menjadi pacarnya. Saat ia hendak protes, Andika segera menutup mulutnya dengan jari telunjuk.
"Aku cuma bilang suka, tidak bilang setuju jadi paca …."
"Sstt! Cukup kamu memiliki rasa suka, aku akan berusaha menumbuhkan rasa cintamu padaku."
"Dasar, Bos rese, pemaksa," gerutu Ve.
"Sekretaris bar-bar. Aku tidak tahu, kenapa aku bisa jatuh cinta pada gadis tomboy sepertimu?"
"Diam! Aku sedang marah," ucap Ve sambil memalingkan wajah ke arah jendela.
Andika mendekatkan wajahnya di samping gadis itu. Saat Ve berbalik, mereka hampir berciuman kembali. Wajah gadis itu bersemu merah dan segera berpaling kembali ke arah jendela. Laki-laki itu semakin senang menggodanya.
"Tadi itu … ciuman pertamamu, ya?"
"Bukan," jawab Ve cepat. Namun, kegugupan di wajahnya terbaca jelas oleh Andika.
"Jangan berbohong. Wajahmu itu sudah menjawab semuanya. Kalau masih merasa malu, bagaimana kalau melakukan yang kedua?"
"Tidak mau! Aku pergi, nih, kalau kamu terus menggodaku," ucapnya berpura-pura mengancam. Terlambat. Andika sudah mengangkat tubuh Ve dan memangku gadis itu.
Tidak hanya itu, tapi kedua tangan Ve juga disatukan di belakang punggung dan ditahan oleh satu tangan laki-laki itu. Sementara tangan yang lain memegang tengkuk gadis itu, lalu kembali mengecupnya. Kali ini kecupannya lebih lembut dan lebih dalam.
Ve terhanyut dalam suasana romantis. Perlahan-lahan, kedua matanya terpejam. Ada desiran aneh di dadanya yang berdegup cepat. Ia tidak tahu, apakah itu tanda-tanda perasaan cinta yang tersembunyi di dalam hati, atau karena paru-parunya kekurangan oksigen akibat mulutnya tertutup mulut Andika.
Semakin lama, Ve merasa pusing dan lemas. Laki-laki itu melepaskan tautan bibir mereka. Ia menatap wajah Ve yang memerah dan sedikit pucat.
Tak!
"Aw! Sakit …. Shh …. Kenapa kamu memukul keningku?" tanya Ve sambil mengusap keningnya.
"Karena kamu bodoh. Kenapa menahan napas saat berciuman? Kamu mau masuk koran dengan judul 'seorang gadis mati lemas karena kehabisan napas saat berciuman'?"
"Ih, apa, sih? Menjijikan sekali ucapan seorang presiden direktur mall Ozla."
"Belajar cara berciuman dengan baik, supaya tidak jadi masuk koran," goda Andika.
"Dika! Tutup mulut kamu. Dari tadi, kamu terus bicara soal itu," gerutu Ve yang wajahnya sudah bersemu merah seperti apel fuji.
Ve mendorong Andika dan meminta laki-laki itu untuk segera membawanya pulang. Mesin mobil menyala, AC mobil juga menyala, tapi hawa panas di wajahnya masih belum hilang. Andika adalah kekasih pertamanya, laki-laki pertama yang membuat jantungnya berdebar-debar, dan ciuman pertamanya pun sudah diambil laki-laki itu.
'Orang bilang, cinta pertama selalu tidak berhasil. Apakah perasaan laki-laki ini juga akan berubah?' Gadis itu tenggelam dalam lamunan sepanjang perjalanan.
*BERSAMBUNG*