"H—Hesti," ucap Kurnia di tengah rengan mereka berdua. "P—ponselku. Itu pasti Keisha. Ber—berhenti sebentar."
Namun kemudian ponsel itu hening, Hesti menyeringai dan terus saja menggoyangkan pinggulnya dengan begitu liar.
"Tidak, Keisha pasti paham," ucap Hesti seraya tersenyum senang, lalu mengecup bibir Kurnia yang menengadah kepadanya. "Dia pasti tahu ayahnya sedang butuh istirahat."
"Kumohon, Hesti… se—sebelum terlambat!"
"Ini sudah terlambat, Sayang," ucap Hesti. "Penismu sudah berada di dalam tubuhku. Nikmatilah sebagaimana aku menikmati ini."
Dan ya, Hesti tak hendak mendengar protes dari laki-laki itu, lagi. Jadi, kembali ia benamkan wajah sang pria di belahan dadanya yang empuk dan kenyal.
Sepuluh menit kemudian, Kurnia mengejang, ia mencoba mendorong Hesti, namun wanita itu tetap memeluknya dengan erat, dan tetap menggenjotkan bokongnya dengan begitu liar.
"Keluarkan, Sayang," bisik Hesti dengan wajah menengadah dan mata terpejam. "Keluarkan semuanya!"
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com