"Delima," ujar Andham dengan sangat-sangat berharap. "Aku mohon… aku tidak akan mungkin mengharapkanmu. Jadi, biarlah aku memilikimu dalam kenanganku saja."
"Andham…" Delima tersenyum. "Kenapa kau tiba-tiba menjadi aneh seperti ini?"
"Aku," Andham menekur, "aku tahu aku tidak pantas, dan pasti akan kehilanganmu setelah ini. Karena itulah, aku ingin memelihara kenangan ini selamanya."
"Ya Tuhan," Delima mengusap-usap lagi bahu sang pria. "Siapa bilang aku akan menghapus ingatanmu terhadapku, hemm?"
Adham mengangkat wajahnya dengan cepat, memandang wajah indah di samping kanannya itu dengan mata membesar.
"Be—benarkah?"
Delima tersenyum menahan tawa. "Siapa bilang kau akan tidak memiliki keturunan nantinya? Menjadi buta?"
"Ta—tapi," Andham menelan ludah. Ia bahkan kini malah menjadi takut dengan secuil harapan di dalam hatinya sendiri. "Pak Seta…"
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com