Tanpa menjawab, Satria langsung menyibak tirai pintu yang sedikit berkibar terkena angin. Dari dalam, tampak seekor anak kucing bercorak bulu putih coklat hitam—kucing milik Nara—membaringkan tubuh dengan kaku di atas karpet, diam tak bergerak.
Cewek itu langsung berlari menghapiri kucingnya, menggendongnya. Tubuh kucing itu sudah kaku dan matanya terpejam. Kucing itu sudah mati.
"Gak. Gak. Gak. Nana gak mungkin mati," ucapnya tak menyangka. Nara langsung berbalik pada Satria, menyorotnya dengan penuh kemarahan. "Kamu apain kucing aku? Tadi dia baik-baik aja. Kenapa bisa mati begini sekarang?"
"Ra, kucing kamu-"
"Kamu udah bunuh kucing aku. Iya?" tuding cewek itu tanpa alasan.
"Kamu ngomong apa? Mana mungkin saya ngebunuh kucing kamu," bela pria itu, namun ucapannya sama sekali tak didengar.
Sejak semenit lalu, Nara sibuk keluar masuk kamar mengambil kain putih dan melingkupkan kain itu pada si kucing.
"Dia sudah mati ketika saya nemuin dia di balik rak."
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com