webnovel

Beautiful Doctor VS The Cyber Police

Alice Valencia seorang dokter muda yang berusia 29th, bekerja pada salah satu RS Swasta. Dokter yang periang dan murah senyum ini sudah bekerja selama 7th di Unit Gawat Darurat RS tersebut. Dalam sebuah kesempatan dirinya akhirnya menangani sebuah kasus yang diduga adalah sebuah kasus bunuh diri, namun dokter Alice tetap meyakini bahwa kasus tersebut adalah kasus pembunuhan. Dari sinilah dia mulai mengenal Azka Camerlo, kepala divisi Cyber Police, polisi muda tampan yang dikaruniai senyum yang mempesona. Alice juga berkenalan dengan kelima anak buah Azka. Ronaldo, Ricky, Jhordy, Achmed, dan George.. Dari sinilah kehidupan Alice mulai berubah. Alice mulai mendapat teror dan akhirnya di pecat dari RS Tempat dia bekerja karena menyalahi kode etik. Keluarga gadis yang meninggal itu menuntut Alice dengan tuntutan pencemaran nama baik. Disaat yang sama Sahabat Alice, Viona Rahaya akhirnya mengungkap ketidaknyamanan nya selama ini hidup bersama dengan Alice. Viona lalu memilih keluar dari apartemen yang sudah hampir 6th mereka tinggali bersama. Alice menjadi frustasi, saat dirinya mulai bimbang dengan kehidupannya. Azka datang membawa cinta. Namun disaat yang bersamaan salah satu dari kelima tim Cyber tersebut sudah lebih dulu menyatakan perasaannya pada dokter Alice. Cinta segitiga mulai hadir dalam kisah ini. Konflik mulai muncul saat akhirnya semua kisah masa lalu dokter Alice mulai terkuak. Kisah ini dikemas dengan cinta, persahabatan, dan konflik yang begitu tragis. Penasaran...?? Mari berjuang menulis dan membaca bersama...

Vee_Ernawaty · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
81 Chs

Mungkinkah ia Cemburu??

Ronald menjemput Alice di bandara, lalu keduanya singgah di sebuah restoran untuk makan siang, lebih tepatnya makan sore karena jarum jam menunjukan pukul 03.45 sore. Setelah mengisi perut, Ronald lalu mengantarkan Alice ke apartemen wanita itu. Lalu ia segera pamit untuk kembali ke kantornya.

"Sayang, aku langsung ke kantor lagi ya. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan. Kamu langsung istirahat ya!" Kata Ronald sambil mengelus lembut pipi kekasihnya itu.

Alice hanya membalas dengan anggukan kecil dan senyum manisnya, Ronald lalu mengecup kening wanitanya itu lalu pamit undur diri.

"Vio, aku langsung balik ke kantor ya!" Pamit Ronald pada Viona.

"Buru-buru benar, nggak kangen ya sama sahabat aku ini?" Tanya Viona jahil.

Ronald hanya membalas dengan tersenyum simpul lalu berjalan menuju pintu apartemen.

"Hati-hati ya sayang!" Kata Alice kemudian sambil tersenyum dan melambaikan tangan santai.

"Bebh... Aku kangen" ujar Viona sambil memeluk erat tubuh Alice, ketika Ronald telah keluar dari ruangan itu.

"Aku juga bebh.." sahut Alice sambil membalas pelukan Viona. "Kamu apa kabar? Urusan kantor kemarin lancar?" Tanya Alice kemudian pada Viona setelah melepaskan pelukannya.

"Kerjaan aman bebh, sepertinya akan dibuka cabang baru untuk pusat rehabilitasi di kota Venus, tempat yang aku kunjungi kemarin." Jawab Viona. "Bagaimana kabar kota Valencia?" Kini Viona yang balik bertanya.

"Masih seperti yang dulu, kamu tidak berniat pulang ke sana Vio?"

"Entahlah... Mungkin nanti jika aku sudah menemukan sosok yang tepat untuk dikenalkan pada mama dan papa" ujarnya.

"Bulan depan mungkin aku akan kembali ke sana, aku sudah berjanji untuk menemani Angel di rumah sakit saat dia transfusi nanti"

"Setuju... Seharusnya kau melakukan itu sejak lama!" Kata Viona dengan pasti pada sahabatnya itu, Alice melirik penuh pertanyaan dengan apa yang baru saja Viona ucapakan tersebut.

"Maksudku, kau mengambil keputusan yang tepat Alice. Seharusnya kau menemani Angel dan berada disisinya selama proses medis yang dia hadapi. Angel masih terlalu kecil untuk mengerti semua ini, namun Tuhan memberikannya hati malaikat yang sesuai dengan namanya. Aku salut dengan gadis kecil itu" ucap Viona panjang lalu diakhir kalimat ia kembali memeluk sahabatnya itu "Seharusnya kau bangga memiliki putri sehebat Angel!!".

Alice menarik napas dalam lalu kembali membalas pelukan sahabatnya itu "Dan aku juga harus berterimakasih pada Sang Pemilik Hidup ini, karena telah memberikanku seorang sahabat seperti dirimu."

...

Sementara itu di dalam ruangannya karena merasa suntuk, lelaki itu membuka dompetnya dan mengamati foto yang berada di dalam bingkai dompetnya itu. Tampak dirinya dan seorang wanita juga seorang gadis kecil pada foto tersebut. Tampak senyum indah dengan gigi yang rapi terpancar dari ketiga orang tersebut.

"Sudah 4 tahun, tidak terasa sudah selama ini kita terpisah" ujar lelaki itu pada dirinya sendiri sambil menghembuskan napasnya dengan berat.

Tok.tok.tok. terdengar seseorang mengetuk pintu ruangannya.

"Silahkan masuk!" Kata pria itu setelah memasukan kembali dompetnya pada saku celananya.

"Komandan! Kami menemukan beberapa bukti lain dari kematian Prof. Herland, sepertinya ia memang meninggal karena menghirup sendiri gas beracun yang sedang ditelitinya." Ujar George, salah satu anak buahnya ketika telah masuk ke dalam ruangan sang komandan.

"Baiklah! Nanti kita akan memeriksanya bersama!" Kata sang komandan.

Mereka lalu berjalan ke arah ruangan tempat penyimpanan barang bukti dari setiap kasus yang mereka tangani.

"Apa Ronald telah kembali?" Tanya Azka tiba-tiba.

"Siap komandan! Hmppp... Dia..."

"Jangan pernah berbicara terbata didepan saya! Karena saya akan tahu jika itu suatu kebohongan!" Kata Azka kemudian lalu menendang kasar ke arah kaki George dan "Argghh...." Teriak George karena tendangan itu tepat mengenai tulang keringnya.

"Sakit?" Tanya sang komandan

"Siap! Tidak, komandan" katanya dengan posisi tegak, namun tampak jelas rasa sakit itu dari wajahnya.

"Telepon Ronald sekarang! Suruh dia kembali secepatnya!" Perintah sang komandan seketika.

"Siap komandan!!" Kata George selanjutnya.

...

"Kamu tahu kesalahan kamu apa?" Tanya Azka pada Ronald, ketika lelaki itu telah ada dihadapannya.

"Siap komandan! Saya hanya terlambat 15 menit" kata Ronald pada sang komandan tanpa rasa bersalah.

"Hanya?" Tanya Azka penuh selidik sambil mengitari tubuh Ronald yang dalam kondisi sikap siap sempurna di hadapannya.

"Siap salah! Saya terlambat 15 menit, komandan"

Brugghhh...

"Arghh..." Teriak Ronald ketika sepatu Laras milik sang komandan mendarat di tulang keringnya.

"Siap salah, komandan" Teriak Ronald kemudian sambil berusaha menutupi rasa sakit yang ia rasakan di sekujur kaki kanannya.

"Tadi saya tugaskan kamu untuk merapikan berkas-berkas yang akan didiskusikan dengan divisi Criminal Investigation. Apakah sudah selesai?" Tanya Azka sekali lagi dengan tegas.

"Hmp...!"

Brugghhh...

"Aarrghhh...." Ronald kembali berteriak, kini kaki kirinya yang menjadi sasaran.

"Saya tidak menerima jawaban orang yang terbata, karena saya tahu dia sedang berusaha menyiapkan kalimat berbohong!" Teriak Azka kemudian.

"Siap salah, komandan!"

"Ronald, saya peringatkan kamu untuk bekerja dengan lebih baik lagi. Singkirkan urusan pribadi dari pekerjaan kamu. Jika sekali lagi saya mendapati kamu teledor dalam pekerjaan, saya tidak segan-segan untuk mengirimmu menjadi polisi di perbatasan" Ancam Azka kemudian.

...

.

.

Catatan penulis:

Chapter ke 3 dalam hari ini...

Hahaha, mumett mikir kata yang tepat untuk menggambarkan tabiat Azka... Hehehe, perwira polisi muda tampan yang sepertinya cemburu dengan bawahannya..

Semoga feel-nya dapat ya ..

Thanks sudah setia membaca sejauh ini...

Love u my readers... 🥰🤗