webnovel

Bangsat Boys

Jeka pemuda badung ketua geng Bangsat Boys tengah mengalami patah hati akut. Pada suatu hari ia bertemu dengan gadis polos bernama Unaya. Kesepakatan yang tak terduga terjadi, terlibatlah mereka dalam sebuah hubungan pacaran kontrak. Hubungan yang mulanya hanya berlandaskan saling menguntungkan tiba-tiba berubah menjadi hubungan rumit dan menyesakkan. Dan disinilah titik balik leader Bangsat Boys bermula.

nyenyee_ · Urbain
Pas assez d’évaluations
69 Chs

Salah Persepsi

Kali ini bukan berdebar lagi rasanya saat Jeka mencium bibirnya, melainkan jengkel karena pemuda itu jadi berindak kurang ajar padanya. Dengan penuh emosi Unaya menendang titit Jeka dengan lutut-nya.

"WADIDAW! ADEK GUE!!!!". Teriak Jeka sambil guling-guling dilantai. Ngilu anjir, titit dwong di tendang, tak sampai disitu saja Unaya bahkan memukul Jeka dengan sapu yang ia bawa saking emosinya.

"Mampus loe! Dasar cowok kurang ajar! Dikasih kecup beberapa kali malah ngelunjak!!!". Bukannya menghentikan aksi brutal Unaya, Ririn justru cekikikan sambil terus merekam.

"Hai guys, hot news! Pentolan sekolah kita a.k.a Jeka Nalendra lagi digebuk Unaya anak 11 IPA 1 pake sapu gara-gara dikecup. Kalian belum pernah kan liat pentolan sekolah kita K.O? Jangan sedih, biar gue tunjukin". Ririn langsung mengarahkan ponselnya kearah Jeka yang masih digebuk manja oleh Unaya. Tenang, Ririn sedang tidak live Instagram kok. Gadis itu hanya iseng merekam saja, eh tapi siapa tahu rekamannya bisa berguna suatu saat nanti hihihi.

"Ampun! Ampun Na! Stop nanti ada yang lihat. Sakit nih titit gue". Rengek Jeka dengan wajah super melas hingga membuat Unaya kasihan juga. Gadis itu membantu Jeka berdiri dengan kasar kemudian bersedekap dada sambil melengos kearah lain, ngambek yang ke-373727272726 kalinya.

"Maaf deh, maafin gue ya. Gak lagi kok asal nyosor kalo gak loe yang minta hehe". Kata Jeka sambil cengengesan membuat Unaya menatap pemuda itu dengan mata melotot.

"Heh! Niat gak sih minta maaf-nya!". Omel Unaya galak. Apa-apaan itu, emang kapan Unaya minta dikecup?!

"Eh? Salah ngomong ya? Ya niat lah, tulus nih minta maaf-nya". Kata Jeka lagi mencoba meyakinkan. Unaya menghembuskan nafas kemudian menatap Jeka yang masih memohon-mohon agar dimaafkan.

"Kita musuhan tiga detik!". Ujar Unaya dengan ketusnya. Jeka menahan senyum gemas, lucu banget sih ada gitu ya musuhan tiga detik.

"Satu, dua, tiga. Baikan!". Kata Jeka sembari mengangkat kelingkingnya kearah Unaya.

"Baikan hehe". Sahut Unaya sembari tersenyum lebar dan menautkan kelingkingnya di kelingking Jeka. Keduanya sama-sama tersenyum lebar hingga gigi kelincinya terlihat.

"Baikan nih? Yaelah gak seru ah!". Celoteh Ririn kemudian menghentikan aksi merekamnya. Jeka dan Unaya baru ingat jika ada Ririn diantara mereka, dan lagi Jeka baru ingat jika Ririn merekam aib-nya tadi.

"Cewek o'on! Loe tadi ngerekam gue kan? Hapus sekarang juga!". Perintah Jeka yang kembali ke tabiat aslinya yaitu galak dan tegas. Dulu mungkin Ririn takut pada Jeka, tapi sekarang tidak dong. Ngapain takut, kan pentolan sekolah sudah takhluk dengan sahabatnya.

"Aduh gimana ya, sayang banget nih kalau dihapus. Gue punya tiga video penting". Kata Ririn sambil mengutak-atik ponselnya.

"Anjay loe ngerekam apa aja Sat?!". Omel Jeka yang membuat Ririn tersenyum miring.

"Video loe pas takut sama kecoa, ciuman sama Unaya, terus pas loe ditendang titit-nya sampai guling-guling di lantai". Wajah Jeka kembali memucat. What the hell fuck! Tak pernah ia sangka jika Ririn si cewek o'on ternyata selicik itu.

"Wah parah loe, sini hapus!". Jeka hendak merebut ponsel Ririn namun oleh siempunya segera disembunyikan dibalik tubuhnya.

"Et! Ada harganya dong! Gak ada yang gratis di dunia ini". Rahang Jeka mengeras. Nyebelin emang! Untung temen gebetan sendiri, begitu batin Jeka.

"Yodah mau loe apa?!". Ririn bersorak sebelum menjawab.

"Bantuin gue dagang".

"What?! Gue? Dagang? Ogah!". Sahut Jeka langsung. Pemuda itu tahu Ririn berjualan barang yang aneh-aneh dan karena itulah ia langsung menolaknya.

"Oh gak mau? Yodah gue gak maksa kok. Tapi kalau besok pagi loe dikerubungin kecoa berarti itu gue yang ngirim". Kata Ririn dengan super menyebalkan. Unaya cekikikan sendiri melihat Jeka yang kembali panik saat mendengar kata kecoa.

"Yaelah cewek o'on jangan gitu dong. Loe jahat banget sih sama pacar sahabat loe sendiri". Rengek Jeka. Baru kali ini Jeka merengek ke Ririn, gak elit Sat! Huhu.

"Hee? Pacar? Gak usah ngaku-ngaku". Sahut Unaya dengan mata memicing.

"Bantuin gue dong Na, kok loe diem aja sih. Nih temen loe licik banget sumpah". Mohon Jeka sambil menarik-narik lengan seragam Unaya namun segera ditepis oleh siempunya.

"Apa salahnya sih bantuin Ririn jualan. Lagian kalau loe nolak nanti video-nya disebar loh sama Ririn". Bukannya membela Jeka, Unaya malah berpihak pada Ririn. Padahal gadis itu juga ada di dalam video yang direkam sahabatnya.

"Ya oke-oke! Gue bantuin loe jualan! Tapi sini hapus video-nya!". Putus Jeka kemudian. Sudah lah tidak apa-apa, daripada nanti videonya tersebar dan murid yang lain tahu kelemahannya. Bisa lengser posisinya sebagai pentolan sekolah, kelemahan Jeka terlalu berbahaya jika diketahui orang lain apalagi musuh.

"Rin, gue ganti baju duluan ya. Ntar gue tungguin kalo loe ganti baju". Pamit Unaya yang dibalas acungan jempol oleh Ririn. Sementara itu Jeka sibuk menghapus video di ponsel Ririn. Tangan pemuda itu terhenti saat hendak menghapus video ciumannya dengan Unaya.

"Ekhem! Yang ini kirim ke nomor gue ya". Kata Jeka dengan gugup.

--Bangsat Boys--

Jeka masuk ke dalam kelas sembari membawa kardus berisi dagangan Ririn, isinya make up. Pemuda itu asal nyelonong masuk mengabaikan guru mata pelajaran Sosiologi yang tengah menjelaskan materi melalui power point. Guru tersebut menghentikan penjelasannya dan menatap Jeka dengan tatapan datar. Harus sabar menghadapi pemuda satu itu.

"Jeka kamu telat masuk kelas saya, dan lagi ini hari Jumat kenapa kamu tidak pakai seragam Batik?". Tanya guru tersebut yang membuat Jeka menatap teman-teman sekelasnya. Lah iya pada pakai seragam Batik, tapi kenapa ia malah pakai seragam putih abu-abu?

"Dicuci". Jawabnya acuh kemudian menelungkupkan kepalanya di atas meja. Bu guru geleng-geleng kepala dan melanjutkan mengajar, percuma memberi nasehat Jeka toh tidak pernah bisa membuat pemuda itu berubah. Setelah selesai menjelaskan materi, guru memberikan tugas untuk mengerjakan soal di LKS. Semua khusyu mengerjakan soal kecuali satu orang, yaitu Jeka. Pemuda itu bukannya mengerjakan soal, tapi justru memaksa murid-murid perempuan dikelasnya untuk membeli dagangan Ririn.

"Beli gak loe! Daripada gue begal di jalan!". Ancam Jeka yang membuat murid perempuan itu gemetaran.

"Ta-tapi gue udah punya lipstik". Jawabnya terbata-bata. Jeka mengeluarkan lipstik-lipstik dagangan Ririn.

"Bodo amat, pokoknya loe harus beli dagangan gue. Nih gue pilihin, loe pasti cakep kalo pakai ini". Dengan sedikit jurus rayuan maut Jeka, gadis itu langsung merona merah kemudian mengangguk dan akhirnya membeli lipstik Jeka.

"Kalau gue cakep pakai yang mana Jek?". Tanya gadis lain yang mau juga dipuji Jeka.

"Loe pakai yang merah aja nih biar gak pucat".

"Wah bener juga, mau-mau". Dan akhirnya dagangan Jeka laris manis. Jimi yang memang sekelas dengan si Bos menatapnya dengan heran. Sejak kapan Jeka akur dengan gadis-gadis di sekolahan? Biasanya juga kalau di rayu marah-marah. Tapi hari ini Jeka justru merayu gadis-gadis sampai membuat mereka semua meleleh.

Mendengar suara ramai-ramai, guru Sosiologi yang tengah membaca buku di kursinya-pun menatap kearah Jeka yang sudah dikerubungi oleh murid-murid perempuan. Karena penasaran, beliau mendekat dan memeriksa apa yang sedang terjadi.

"Sudah selesai ngerjain soal-nya? Kenapa malah pada ngumpul disini?". Mendengar teguran dari guru, mereka semua bubar dan kembali ke bangku masing-masing.

"Yaelah ganggu aja sih". Gerutu Jeka.

"Jeka, ini jam pelajaran kenapa kamu malah jualan?!". Omel guru tersebut yang kelihatan jengkel sekali. Jeka langsung menutup kardus-nya dan hendak meletakkannya di bawah meja, namun guru Sosiologi itu langsung mencegahnya.

"Eh? Lipstiknya lucu". Dan akhirnya guru Sosiologi malah memborong dagangan Jeka.

Bel istirahat berbunyi, guru Sosiologi menutup jam pelajaran hari ini sebelum mengumumkan tugas kelompok.

"Tugasnya membuat kliping tentang penyimpangan sosial, dikumpulkan minggu depan. Ibu sudah membagi kelompoknya, satu kelompok dua orang". Jeka memutar bola matanya malas, ogah banget kerjain tugas apalagi kelompokan. Pemuda itu mendengarkan guru yang tengah membaca pembagian kelompok sampai namanya disebut.

"Jeka Nalendra dan Yunarita tentang kenakalan remaja". Jeka menghembuskan nafasnya, ia satu kelompok dengan Yuna si cewek culun dalam konteks yang sebenarnya. Gadis yang selalu dikepang dua dengan kacamata bulatnya, duduk di bangku paling depan dekat meja guru.

Setelah guru Sosiologi keluar dari kelas, Jeka langsung bangkit dari kursinya dan hendak ngapelin Unaya di kelasnya.

"Jeka? Kita mau kerjain tugasnya kapan?". Seru Yuna yang memberanikan diri untuk mengajak Jeka bicara. Jeka menatap gadis itu datar, siapa juga yang mau kerjain tugasnya. Tapi sayangnya Jeka tidak tega dengan Yuna.

"Gampang, yang jelas gak sekarang". Dan setelahnya Jeka keluar dari kelas.

"Bos tunggu!". Seru Jimi kemudian berlari mengejar Jeka.

--Bangsat Boys--

Jeka dan Jimi masuk ke dalam kelas Unaya hingga membuat murid-murid yang punya kelas kocar-kacir dan bergegas pergi. Jeka langsung menghampiri Unaya yang masih sibuk menyalin tulisan di papan tulis hingga mengabaikannya yang sudah duduk di depan bangku gadis itu.

"Serius banget sih, sampai gue dicuekin". Kata Jeka sembari menopang dagu dan menatap Unaya tanpa kedip. Jimi juga ikut-ikutan si Bos, enaknya jadi Unaya lagi nulis aja ditatap dua cogan. Begitulah batin Ririn.

"Ya serius lah, ini kan demi masa depan gue". Sahut Unaya pendek dan terus melanjutkan kegiatan mencatatnya.

"Loh, gue kan juga masa depan loe. Udah jelas malahan". Kata Jeka yang diabaikan oleh Unaya.

"Kacang mahal banget, iya gak sih Rin?". Tanya Jimi dan dengan iseng menyenggol Ririn yang juga sedang mencatat.

"Fuck!". Umpat Ririn yang membuat Jimi cengengesan.

Karena diabaikan Unaya, dengan sengaja Jeka menutupi arah pandang Unaya hingga membuat gadis itu sebal setengah mati.

"Ih Jeka minggir dong! Gue belum selesai nyatetnya!". Omel Unaya.

"Tinggal difoto aja kenapa sih?! Nanti dirumah disalin! Jangan kayak orang susah". Sahut Jeka sebal. Orang diapelin mau diajak makan, eh malah dikacangin.

"Tanggung ini!". Kata Unaya sambil mendorong-dorong tubuh Jeka yang sengaja menutupinya.

"Ayo makan dulu". Ajak Jeka.

"Nanti kalau udah selesai, tinggal dikit". Tolak Unaya.

"Ck! Ngeyel banget sih loe jadi cewek. Makan gak?!". Paksa Jeka.

"GAK MAU!!!". Teriak Unaya. Dengan sebal Jeka berjalan kearah papan tulis kemudian menghapus semua tulisan yang ada disana hingga membuat Unaya dan Ririn menganga.

"JEKA KAMPRET!!!". Teriak dua gadis itu karena belum selesai mencatat-nya.

Unaya mendengus sebal, mood-nya anjlok gara-gara Jeka yang seenaknya sendiri. Bakso bulat seperti bola ping-pong yang ada didepannya mendadak tidak membuatnya berselera. Gadis itu juga tidak minat ikut bercanda bersama Jeka dan antek-anteknya. Beda lagi dengan Ririn yang bahkan sudah tertawa ngakak hingga seluruh alam semesta bisa mendengarnya.

"Wah, kalo kayak gini terus sih gue bisa kaya mendadak". Kata Ririn sembari menghitung uang hasil jualan Jeka.

"Gue baru tahu kalau si Bos punya bakat jadi sales. Anjir lah didalem kelas jualan make up, bahkan Guru Sosiologi aja sampai borong". Cerita Jimi yang membuat semuanya ngakak kecuali Jeka dan Unaya.

"Kalau gitu gue kasih tugas satu lagi ya, jualin nih makanan jadul gue". Kata Ririn sambil meletakkan kardus dagangan yang selalu ia bawa kemana-mana ke atas meja.

"Bangsat!". Umpat Jeka terang-terangan.

"Haha. Makasih pujiannya". Sahut Ririn sambil mengibaskan rambutnya. Bodo amat dikatain bangsat, yang penting banyak duit wkwk. Jeka mendengus sebal, pemuda itu menoleh kearah Unaya yang tengah mengaduk-aduk bakso-nya.

"Kok gak dimakan? Kasihan tuh bakso-nya pusing kalo diaduk kayak gitu". Canda Jeka yang membuat Unaya menahan tawanya. Apaan sih Jeka kok garing banget.

"Apaan sih? Gak lucu tahu".

"Hilih gak lucu tapi kok ketawa hayooo". Ledek Jeka sembari menunjuk wajah Unaya.

"Siapa juga yang ketawa? Gue lagi bete tahu". Kata Unaya sambil manyun.

"Tahu nih, kalo lagi bete gini biasanya kudu dibeliin Mogu-mogu". Tebak Jeka yang sudah hafal dengan kebiasaan Unaya.

"He'em beliin dong, kan loe juga yang bikin gue jadi bete". Pinta Unaya yang membuat Jeka gemas dan mengacak-ngacak rambut gadis itu. Jeka hendak menyuruh salah satu antek-anteknya untuk membeli Mogu-mogu tapi Unaya segera menghentikannya.

"Gue maunya loe yang beli!". Oceh Unaya. Jeka mengalah, pemuda itu bergegas pergi ke minimarket membeli Mogu-mogu untuk Unaya.

"Fix Bos kita udah ganti". Celetuk Victor tiba-tiba.

"Si Bos kayak gak ada harga dirinya di depan Bu Bos". Tambah Jimi dengan miris. Nurut-nurut aja gitu disuruh Unaya yang katanya cewek cupu.

"Ada saatnya kalian juga bakal jadi bucin kayak Jeka. Meski dia gahar dan ditakuti murid satu sekolahan, tapi dia kan tetap manusia biasa yang punya cinta dihati eaaaakkkkk!!!". Sahut Ririn sambil menangkup pipinya. Yang lain mengangguk setuju, menjadi bucin untuk orang yang disayang gak salah kan?

Sementara itu di minimarket...

Seperti biasa, Jeka masuk kedalam minimarket dengan sejuta pesona andalannya. Tidak bermaksud tebar pesona, memang sudah dasarnya mempesona mau bagaimana lagi?

"Selamat datang di Indoapril, selamat berbelanja". Sapa Zara dengan lirih diakhir kalimatnya. Gadis itu speechless melihat Kakak-kakak ganteng masuk ke minimarket. Bahkan Kakak itu lebih ganteng daripada Angga yang sudah mem-PHP nya. Zara terus saja menatap Jeka tanpa kedip, apalagi melihat punggung tegap pemuda itu membuat jantungnya berdetak tak karuan. Sampai tidak sadar kalau Jeka sudah ada di depannya.

"Mbak?". Tanya Jeka sambil menggerakkan tangannya didepan wajah Zara yang tengah bengong.

"Yaelah nih anak malah bengong lagi, maaf ya Kak". Kata Angga yang langsung mengambil alih pekerjaan Zara. Jeka melirik-lirik Zara yang bengong sambil menganga menatapnya, agak ngeri juga itu nanti kemasukan laler.

"Terima kasih Kak". Jeka mengambil uang kembaliannya dan buru-buru pergi.

"Dadah Oppa". Kata Zara sambil melambaikan tangan kearah Jeka.

"Hih apaan sih loe Ra, jijik tahu gak!". Omel Angga. Bukannya marah, Zara justru menatap Angga dengan mata berbinar.

"Fix Ngga, pokoknya Kakak ganteng itu gebetan gue! Demi Neptunus pokoknya dia harus jadi cowok gue sebelum masa magang kita habis!". Kata Zara dengan menggebu, Angga memutar bola matanya malas.

"Terserah loe! Eh?". Mata Angga memicing saat tak sengaja melihat Jeka dan Unaya yang tengah berangkulan di depan minimarket.

"Lagi liat apaan sih?". Tanya Zara yang membuat Angga memutar kepala gadis itu hingga ikut melihat interaksi gebetan mereka.

"Ngapain nyusul? Tunggu aja di kantin". Tanya Jeka sambil mencubit pipi Unaya.

"Habis loe lama sih, mana Mogu-mogunya?". Tagih Unaya.

"Nih, yuk balik ke kantin". Kata Jeka sambil merangkul bahu Unaya kemudian keduanya pergi berlalu.

Angga dan Zara menatap itu dengan wajah datar, keduanya sibuk berperang dengan pikiran masing-masing.

"Ngga, apa loe satu pemikiran sama gue?". Tanya Zara.

"Mbak cantik itu gak mungkin pacarnya Kakak itu kan? Hehe". Kekeh Angga yang terdengar garing.

"Haha. Kayaknya enggak deh, lihat aja mukanya mirip gitu. Mungkin mereka Kakak-Adik". Sahut Zara yang sebenarnya tidak yakin.

"Haha iya Kakak-Adik". Keduanya mencoba berfikir positif dan menganggap jika gebetan mereka hanyalah Kakak-Adik.

--Bangsat Boys--