webnovel

Bab III - Pengejaran

"Ya, begitulah. Kami sudah tidak peduli lagi dicap sebagai penjahat atau bahkan yang lebih buruk dari itu. Kami hanya memperjuangkan hak-hak kami. Karena kami membutuhkanmu Bang, dan kita harus bekerja sama mulai sekarang. Sebelum aku menceritakan tentang dirimu. Aku akan menceritakan sedikit tentang kami. Apakah tidak apa-apa Ame?" D menatap Ame dengan penuh arti. Yang ditatap mengangguk pelan, hampir tak terlihat anggukannya.

"Kami dulu memang pembunuh. Saat itu Kota kami diserang tentara khusus, mereka menyebut diri mereka Tentara Suci. Setelah mereka mendapatkan yang mereka inginkan, Pasukan Cahaya, yaitu tentara biasa Perserikatan mencoba mengambil alih kota, membantai habis siapa-siapa yang mencoba melawan."

"Kami saat itu tinggal di Rumah Singgah di Kota itu, bersama anak-anak yang tidak memiliki keluarga lainnya. Pak Tua, pendiri Rumah itu yang kami anggap sebagai Ayah kami sendiri, Pasukan Cahaya menghabisinya, dia hanya mencoba melindungi anak-anak. Memohon, mengatakan kami semua tidak berbahaya. Setiap anak-anak harus dibawa, hanya karena dianggap berpotensi membahayakan Perserikatan Cahaya."

"Aku dan Ame pulang ke Rumah tepat saat seorang dari mereka melepaskan tembakan tepat di dada Pak Tua. Lantas kami kalap, mulai membantai Pasukan Cahaya. Meski seluruh yang menjaga di Kota datang membantu, pasukan itu tidak ada apa-apanya saat melawan kami, kami menghabisi mereka sampai tak ada lagi yang tersisa. Setelah selesai, terlambat, Pak Tua tidak bisa lagi diselamatkan. Meski sebenarnya sejak awal ia bisa melawan, ia tidak melakukannya."

"Permintaan terakhirnya adalah agar kami tidak boleh melanggar janji kami lagi, jangan membuat diri kami sama dengan Pasukan Cahaya, hanya akan membuktikan tuduhan Pasukan Cahaya bahwa kami bahaya itu benar. Kami dilatih bela diri dan berjanji untuk tidak memakainya untuk menghabisi nyawa orang lain, hanya untuk melindungi diri." D mulai meneteskan air matanya. Mengenang. Sementara Ame masih tertunduk, kenangan itu membuatnya sedih.

"Sejak saat itu, kami menjadi buronan perserikatan. Kami tinggal berpindah-pindah dengan sisa penduduk kota, bertahan hidup, meneruskan latihan bela diri. Sampai akhirnya menemukan salah satu Kota Negara Baru lainnya."

"Di Kota ini kami mendengar tentangmu, Bang. Kau melakukan perlawanan terhadap Perserikatan Cahaya sendirian. Kekuatan dan kehebatanmu selalu dielu-elukan oleh setiap orang di Negara Baru.

"Tapi, tak seorangpun tau siapa kau sebenarnya, di pihak mana kau berada. Yang kami tau, kau adalah Bang, si anak baik yang marah. Dan secara konstan menyerang Negara-Negara anggota Perserikatan Cahaya. Sendirian."

"Dalam beberapa rekaman, kau mampu mengeluarkan teknik bertarung yang sangat langka dengan hanya tangan kosong. Pukulanmu hebat sekali, lihat robot logam yang kau pukul ini."

D menunjukkan video hologram lagi. Terlihat Bang sedang melepaskan pukulan ke arah robot logam raksasa. Pukulan itu tampak belum mengenai permukaan tubuh bagian depan robot, namun tubuh robot raksasa itu tembus, bagian dalam tubuhnya hancur berhamburan ke belakang membentuk lubang yang sangat besar sementara permukaan depan yang harusnya terkena pukulan, utuh tak bergores. Lantas robot itu tumbang.

"Ini hanya satu dari sekian banyak kekuatanmu yang terekam, Bang. Aku berharap bisa memperoleh banyak informasi dari gawai penganalisis ini."

D mengetuk plester putih yang menempel pada kepala Bang. Hebat. Otak D sangat jenius, seperti tidak memiliki batasan, dia bisa fokus melakukan beberapa hal bersamaan. Menjelaskan, mencari informasi dan bahkan melakukan penelitian terhadap Bang, dalam waktu yang sama.

"Perserikatan Cahaya, tidak henti-hentinya memberitakanmu, sebagai penjahat paling keji. Memasang harga kepalamu sangat tinggi. Bahkan orang yang memberikan informasi keberadaanmu akan dihadiahi banyak sekali kredit. Bagi rezim kau memang penjahat berbahaya yang layak dikurung di penjara cahaya itu selamanya, namun bagi orang-orang seperti kami, kau adalah seorang pahlawan, sebuah simbol perlawanan.

"Sudah bertahun-tahun kami berusaha menemuimu, namun tak jua kami bisa bertemu denganmu. Sampai kami mendengar bahwa Perserikatan merayakan penangkapan dirimu dan menjebloskanmu ke Penjara Cahaya. Tentu saja kami tak percaya kau berhasil dikalahkan. Namun sekecil apapun kesempatan itu, untuk menemuimu kami akan mencobanya. Dan viola, kali ini keberuntungan ada di pihak kami. Namun, kami berharap bertemu dirimu yang normal, bukan dalam keadaan sakit seperti ini. Sepertinya kita harus menyusun ulang rencana."

Tenggelam dalam penjelasan D. Bang merasakan kekuatan mengalir di tubuhnya. Namun, tiba-tiba dada Bang terasa sesak, pikirannya penuh dengan spekulasi-spekulasi, mimpi tidak mungkin senyata ini. Bang teringat, dia harus segera mencari kekasihnya. Jika dia bertahan hidup, maka kekasihnya juga seharusnya masih hidup. Mereka harusnya sudah bahagia berdua pada saat ini. Dia sudah berjanji akan melindungi kekasihnya meski harus mengorbankan nyawanya. Jika dia masih hidup dan memiliki kekuatan yang hebat, dia pasti berhasil melindunginya meski negerinya sudah hancur.

"Kita harus mencari kekasihku terlebih dahulu." Bang berkata cemas, mulai panik, air matanya mulai menetes.

"Tapi kita tidak tahu dia masih hidup atau tidak, dia ada di masa lalumu. Negara tempatmu dulu tinggal saja sudah tidak ada." D menjawab.

"Tidak. Aku percaya, pasti dia ada di suatu tempat. AKU PERCAYA DIA MASIH HIDUP." Bang menangis bercampur marah, benda terbang itu kembali bergetar lebih hebat.

"Bang tenanglah, jika orang sehebat kau sampai percaya sebegitunya, maka mungkin seperti itulah yang terjadi. Beritahukan identitas kekasihmu, aku akan coba mencari informasinya." D berusaha menenangkan.

Bang terdiam, air matanya masih menetes. Perlahan sambil sesenggukan Bang mulai memberitahukan D identitas kekasihnya.

Selang tak berapa lama. Benda terbang kembali bergetar lebih hebat lagi, bahkan Ame yang sejak tadi berdiri kokoh tidak bergeming kali ini harus berpegangan agar tak jatuh. Kali ini bukan Bang yang menyebabkannya. Ini dari luar. Ada serangan, pasukan khusus, Tentara Suci. Salah seorang dari Tentara Suci berhasil menyusul benda terbang, dan melepas serangan dari trisula di tangannya. Dia menaiki 'pesawat', ya setidaknya lebih mirip pesawat sesuai ingatan Bang. Dengan sayap besi yang menempel langsung ke kepala pesawat dan mesin pendorong di ekornya. Meski terlihat berbeda dan lebih simpel bentuknya, benda terbang itu mirip dengan pesawat tempur dan rasanya memang lebih logis benda itu bisa terbang di banding benda berbentuk balok berwarna hitam yang di naiki Bang, D dan Ame.

Lihatlah! Anggota Tentara Suci itu berdiri di atas pesawat. Dia tidak sendirian ternyata. Ada 6 pesawat lainnya mengikuti pesawat yang dinaikinya dengan formasi tertentu. Angin yang sangat kencang tak membuatnya bergeming sama sekali. Wajahnya yang tegas dan matanya yang tajam menunjukkan tidak ada keraguan untuk mengeksekusi 3 tahanan penjara Cahaya yang kabur.

"TAK KAN KUBIARKAN KALIAN" Tentara Suci itu berteriak kencang, entah bagaimana mungkin suaranya bisa terdengar. Mengarahkan trisulanya pada benda terbang milik D, siap melepaskan serangan kedua, yang tampaknya lebih dahsyat.

******

Bersambung