webnovel

AWAS! Presiden Tsundere

Sebelumnya ia adalah kepala sekretaris di kantor milik Huo Yunting, yang menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan di atas meja dan juga di “bawah” meja. Ia juga adalah istri yang patuh di malam hari, saat Huo Yunting menginginkannya. Semua ini adalah penyesalan dan juga pelampiasan dari dosa-dosa yang ia miliki, Lu Zhaoyang harus menelan semua penghinaan ini setengah mati, Ibunya adalah wanita lain dari perselingkungan busuk dari keluarga kaya Hou, yang menggetarkan seluruh keluarga dan membuat ibu Hou marah besar. Mungkin adalah suatu pembalasan yang impas, juga tawaran paling buruk dalam hidup Lu, saat Hou Yunting datang mengrebek rumahnya di suatu hari. “Kamu harus membayarnya dengan tubuhmu, setiap hari.” Tawaran dibuat dan ia tak bisa berkata tidak. “Kalau kamu belum merasa puas dengan permainan ini.. Baiklah, mungkin kita bisa bermain permainan perceraian, lalu kita menikah lagi, melakukan hal yang sama dan mengucapkan ikrar pernikahan berulang-ulang untuk mempelai wanita, lagi dan lagi. Lagi dan lagi, aku bisa melakukannya. Bukankah itu sangat manis, sayangku?” Apakah itu menggetarkan hati atau malah membuat sedih? BUKANKAH INI SANGAT JELAS? Huo Yunting... dia berhati iblis, fisik dan jiwanya adalah Iblis. Ikuti Fifty Thunder of Huo Yunting! Karena kamu akan melihat dominasi romantis klasik dalam sebuah kantor yang terjadi di dunia modern dengan komedi komedi unik dan episode-episode yang menguncanghan hati!

Shopkeeper Fang · Urbain
Pas assez d’évaluations
981 Chs

Adik Perempuan yang Paling Perhatian Kepadaku.

Éditeur: EndlessFantasy Translation

Gagang pintu diputar ke kanan.

Gagang pintu diputar kembali ke arah yang berlawanan.

"Yang Yang?"

Lu bernafas lega.

Fiuh ... Untungnya Huo Yunting sempat untuk mengunci pintu sebelumnya.

"Bu-ibu, aku tiba-tiba ingat, bahwa masih ada pekerjaan kantor yang harus aku selesaikan di kota. Aku harus menyelesaikannya malam ini. Jadi, aku akan pergi sebentar lagi. Jangan mengkhawatirkan aku!"

Lu mengerahkan segenap kekuatannya hanya untuk mengucapkan kalimat itu agar tidak terdengar panik, saat dia berada dalam balutan tipu daya si iblis yang terus menerus memperdayainya.

Kemudian bibirnya terkunci lagi.

Apa yang sebenarnya kamu inginkan !? Aku telah mengatakan apa yang kamu ingin kukatakan! Aku telah melakukan apa yang kamu ingin kulakukan! Apa lagi yang kamu mau?

"Oh... baiklah, semoga kamu selamat sampai tujuan... berhati-hatilah selama dalam perjalan pulang ke sana, oke? Kakakmu mengalami pengalaman yang buruk malam ini, dia pasti sedang tidak senang, jangan berkelahi dengan dia jika kamu bertemu dengannya, oke?"

Yah, siapa yang tahu, bahwa istilah seorang "kakak" yang baru saja disebut oleh Ibu, baru saja menggigit dan menciumi bibir adiknya saat ini?

"Sayang?"

Dari luar kamar, Nyonya Xue memandang dengan bingung pintu yang terkunci. Suara Lu terdengar cukup dekat dengannya, namun entah kenapa responnya lambat sekali.

"... Mhm, baiklah. Jangan khawatir."

Lu kembali terengah-engah setelah itu, matanya termenung, namun sebenarnya tersirat tatapan marah kepada Huo Yunting.

Huo tersenyum nakal. Dia tidak pernah membayangkan akan sangat sulit bagi Lu bahkan hanya untuk mengucapkan satu suku kata.

Langkah kaki Nyonya Xue akhirnya terdengar pergi menjauh. Lu berada di batas kesabarannya, menatap dengan tatapan dingin menantang si Iblis.

"Jadi *KAKAK *, apakah kamu puas sekarang?"

"Ah, seharusnya kamu jangan marah. Bukankah kamu juga berpikir bahwa aku seharusnya tidak menikahi Mo Shan? Ada apa dengan sikapmu sekarang?"

Huo Yunting tidak beranjak dari dekat pintu, dia kembali memeluk erat Lu dalam pelukannya. Matanya yang penuh dengan nafsu berkeliaran menatap bagian dadanya yang terbuka, "Cih, aku jelas suka makanan pedas, namun kamu memberi tahu Mo Shan kalau aku tidak suka. Itu membuktikan bahwa kamu adalah wanita pencemburu.

"Aku tidak sengaja mengatakan hal itu."

Yah tetapi sebenarnya memang dia benar-benar cemburu.

"Haha ..." Huo Yunting tertawa kecil, mengamati bekas gigitan dan ciuman di bahu Lu, seolah-olah menandakan jejak kekuasaannya. Huo menepuk pelan pipi Lu, "Adikku tersayang, kita harus pulang," katanya sembari segera meninggalkan kamar, tanpa sedetikpun memberikan kesempatan Lu untuk menjawab.

Lu mencoba menenangkan diri, dengan tenang mengenakan pakaiannya kembali di depan cermin. Sementara itu, Lu menatap dirinya berlatih ekspresi, gerakan yang harus terlihat natural ketika dia akan berpamitan dan bertemu dengan ibunya nanti untuk izin pulang.

Lu meninggalkan kamarnya dan berjalan menuruni tangga, saat itu terdengar suara ayah Yunting berteriak keras bergema di ruang tamu. Ayahnya menunjuk tepat ke arah muka Huo Yunting dengan jari telunjuknya, memperlihatkan ekspresi kemarahannya, bahkan Nyonya Xue yang mencoba menenangkan suaminya dengan kata-kata penenang pun tidak bisa menahan amarah suaminya.

Sementara itu, Huo Yunting bersandar di sofa dengan kaki bersilang – menunjukkan sikap cuek dan santai seperti biasanya. Seolah-olah merasa bahwa dia tidak melakukan kesalahan apapun.

Lu berjalan di depan Huo Yunting untuk menghalangi pandangan ayahnya, "Ayah, aku masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan di kota. Kita harus pergi. Hari ini hari ulang tahunmu, aku mohon ayah tenangkan diri dan jangan marah ."

Orang tua itu bernafas terengah-engah, tenaganya berkurang karena emosi yang dikeluarkan. Nyonya Xue mengelus punggungnya dengan lembut, "Sudah berhenti, Sayang, kau menyakiti dirimu sendiri ..."

"Huo Yu- maksudku, kakak, kita harus pergi. Waktu untuk jadwal keberangkatan penerbangan kita sudah dekat," kata Lu ketika ingin menarik lengan Huo, Huo terlebih dahulu meraih tangan Lu, tidak pernah sama sekali terpikirkan oleh Huo akan bereaksi seperti itu.

"Tetap saja, hanya adikku yang paling peduli padaku."

Seolah memanfaatkan kekuatan lengan Lu, Huo berdiri, dengan tangannya masih menggenggam Lu, menyeretnya sampai ke teras depan.

Sambil berlalu, Huo Yunting menatap pria tua yang marah itu, dengan tatapan seolah-olah melihat orang asing.

Yah, bukan urusan Lu jika mereka harus berdamai atau tidak, dia hanya ingin membawa dinosaurus galak ini menjauh dari tempat kejadian.

Selama penerbangan mereka kembali ke rumah, Huo Yunting memejamkan mata, duduk santai, sementara Lu dengan gugup duduk di sisinya, memasang nalurinya seperti lampu sirene yang berbunyi, mengantisipasi dirinya agar tetap waspada tentang kemungkinan hal atau insiden yang bisa saja terjadi yang dapat membuka status hubungan mereka yang sebenarnya dalam waktu dekat.

Karena jika hal itu terjadi, maka akan sulit atau tidak bisa dihentikan.