Mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Huo, tubuhnya mendadak kaku dan tegang.
Tentu saja aku tahu tujuannya.
Aku menikah dengan Huo Yunting untuk melunasi hutang, untuk membayar apa yang telah dilakukan oleh ibuku di masa lampau terhadap keluarga Huo.
Rasa bersalah itu menjadi semakin memburuk setelah melihat ibunya dipermalukan oleh orang banyak dalam pesta itu.
Tetapi hal itu tidak dapat selalu dijadikan alasan bagi Huo Yunting untuk selalu menyiksaku di mana saja!
"Huo Yunting, kita berada di rumahmu sekarang," katanya lembut.
"Saat ini kamu harus bersikap kooperatif denganku, atau aku tidak bisa menjamin bahwa aku tidak akan teriak jika kau melakukan sesuatu kepadaku nanti. Aku khawatir semua orang di rumah ini akan mendengar dan akan tahu rahasia terdalammu, rahasiamu yang paling gelap."
Tepat pada suku kata terakhir, jari-jari Huo kemudian mengambil alih dan mencekik lehernya, Lu merasakan cengkramannya sangat kuat pada kulit sensitifnya, tangan Huo satunya lagi menyentuh pundaknya dan membuat tarikan yang cukup keras, "Tidak!" Lu berteriak gemetar ketakutan, kerah kemejanya terkoyak, memperlihatkan bahunya menggigil karena sentuhan dingin jari-jari Huo.
Hou.. dengar..mereka tepat di belakang pintu ini, siapa pun bisa mendengar ini ...
Tatapannya yang tak berdaya memandang huo seperti kelinci yang berada dalam gigitan mulut serigala yang siap menelannya sebagai mangsa.
Huo merendahkan kepalanya mendekatkan bibirnya ke bibir Lu dan menggigitnya, satu tangannya meremas dadanya, tangannya yang lain meraba-raba bagian tubuhnya yang lain.
Mata Lu melebar, rasionalitasnya perlahan-lahan kabur.
Tidak ada yang mengerti kepribadian Huo yang sangat keras dan gigih. Dia bisa menjadi banteng jantan yang keras kepala yang akan terus berlari melewati batas dunia, menembus ruang antar waktu, demi mengejar tujuannya.
Lu memutuskan untuk menutup matanya, tidak memberontak ketika Huo
Membiarkan dirinya menjadi mangsa dari binatang buas itu.
Berdoa untuknya agar dapat mengakhiri apa yang dia mulai.
Dia mengangkat kepalanya, bernapas terengah-engah, mendekatkan pipinya dengan pipi Lu yang lembut, kemudian Huo mencium lehernya.
Pembuluh darah vena di lehernya membesar, berdenyut kencang, Lu mendesah, dengan gugup memandang Huo menggigit lehernya, seperti seorang vampir yang kelaparan yang ingin menghisap darahnya sampai habis.
Saat itulah daun telinganya mendengar suara langkah dari luar pintu.
Lu membuka matanya, tapi terlalu takut untuk memberitahu binatang buas yang sedang kelaparan itu untuk berhenti. Lu akhirnya memberi isyarat dengan menendang kaki Huo dan menatap tajam matanya.
"Yang sayangku, apa kamu tidur?" Suara Nyonya Xue terdengar cukup lantang.
Ibu ?! Kenapa dia datang ke sini ?!
Di dalam ruangan yang gelap, mereka saling bertukar pandangan, sementara Nyonya Xue mengetuk pintu beberapa kali, kembali berkata, "Sayang, maafkan aku ... Ini semua kesalahan ibu. Ibu lupa bahwa kamu kembali ke rumah begitu larut malam ini, kamu belum sempat menikmati makan malammu kan? Apakah kamu akan pulang malam ini? Aku akan memasak masakan kesukaanmu jika kamu akan pulang besok. "
"Bu ... aku-" Huo Yunting menggigit bahunya, dengan lidah berputar-putar seperti lidah ular yang sedang melilit mangsanya.
Sial!
Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menggigil, napasnya semakin terengah-engah, sementara si iblis mulai membuka lebih banyak kancing-kancing kemejanya dengan sangat beringas.
"A-aku tidak akan pulang malam ini, Bu."
Dia berusaha menjawab pertanyaan ibunya dengan beberapa kata dan segera menutup mulutnya dengan erat, takut kalau Lu akan mengeluarkan teriakan aneh karena perasaan geli yang dia rasakan.
Ekspresi Lu yang tegang malah lebih membuat Huo Yunting terhibur, Huo Yunting melingkarkan tangan kannya pada leher Lu, kemudian mengangkat dagunya dengan jari-jarinya, "Tidak, Sayang, kamu akan pulang ke rumah bersamaku malam ini," bisiknya.
Nyonya Xue tersenyum, setelah mendengar jawaban putrinya.
Perasaan lega dari seorang ibu terhadap anaknya, memastikan bahwa putrinya baik-baik saja di akhir hari itu.
Nyonya Xue sama sekali tidak merasa khawatir dan ragu, dengan suara riang berkata, "Baiklah, aku akan memanggilmu kembali ketika makanan sudah siap, Sayang."
"Tunggu!"
Teriak Lu dengan tergesa-gesa, bola matanya yang besar, terlihat dengan jelas pantulan senyuman lebar si iblis.
Sebelum Lu sempat untuk mengatakan sesuatu, Huo menggigit telinganya lagi, dengan bibirnya mencium daun telinganya yang sensitif – membuat Lu geli dan semakin terangsang.
Dia gemetar, memohon Huo untuk berhenti.
Tolong ... berhenti ... berhenti sekarang juga ... Aku tidak bisa membiarkan ibu tahu tentang hal ini. Aku tidak bisa!
"Yang?"
"Sayang? Ada apa?"
"Yang Yang, bicaralah!"
"Yang!"
Terdengar gagang pintu diputar, sementara Lu bersiap-siap untuk menggertak.