webnovel

Attack on Titan : Road to Heroes

Seorang Pria logis yang belum pernah membaca ataupun menonton kisah Attack on Titan terlahir kembali didunia dimana raksasa pemakan manusia berkeliaran. Aku tidak terlalu pandai menulis sinopsis.. jadi aku hanya akan memberikan sedikit gambaran.. Untuk pembaruan bab tergantung pada suara komentar kalian para pembaca.. Dan untuk para pembaca saya ucapkan terima kasih dan apabila ada kritik dan saran silahkan tulis di kolom komentar

IP_MAN · Anime et bandes dessinées
Pas assez d’évaluations
7 Chs

Dinginnya Dunia

'Aku kesakitan'

'Aku Kedinginan'

Disebuah pondok tua disebuah hutan lebat didalam dinding maria. Jika hanya sekedar dilihat saja pondok itu tidak memiliki keanehan apapun, tetapi yang sebenarnya adalah pondok itu sendiri merupakan tempat persembunyian pelaku kejahatan.

"Aku ragu kalau kita bisa menjual yang satu ini" kata salah satu sosok pria dengan rambut pendek sambil melihat seorang anak tergeletak tanpa daya dilantai.

Dilihat dari manapun dari caranya berbicara pada sosok kecil dilantai yang menyatakan sosok itu seperti sebuah barang dagangan. Pria itu adalah seorang penjual budak yang selalu menculik manusia terutama wanita yang nantinya akan dijual sebagai budak di pasar gelap.

Sedangkan sosok kecil itu adalah seorang gadis berambut hitam dengan mata hitam dan kulit pucat serta luka kecil disebelah bibirnya. Wajahnya terlihat sangat manis namun ekspresi yang ditampilkannya saat ini terlihat seperti seseorang yang kehilangan keinginan untuk hidup, wajah seorang yang telah putus asa dan tidak perduli lagi tentang apapun yang terjadi pada dirinya.

"Kita sampai membuat masalah dengan membunuh orang tuanya sebelum membawanya" tambah pria itu sambil memulai percakapan dengan pria lain yang memakai topi dibelakangnya.

"Coba perhatikan wajahnya!" Kata pria bertopi

"Hmm" gumam lirih mikasa

Sambil menggeser Mikasa pria berambut pendek itu menggunakan kakinya untuk menggeser bahunya agar wajah Mikasa dapat terlihat olehnya.

Mikasa yang sudah tidak punya keinginan apapun ditambah saat ini kedua lengannya diikat kebelakang tentu saja tidak melawan sama sekali.

Melihat kearah Mikasa pria berambut pendek itu melihat bahwa Mikasa memang memiliki tampang yang cukup menarik.

"Lumayan, dia masih kecil dan polos.. tapi dia bukan tipeku" jawabnya setelah melihat wajah Mikasa.

"Tidak ada yang menanyakan tipe wanitamu bodoh.. lihat dia baik baik, dia memiliki wajah oriental, tipe langka ditempat ini"Jawab pria bertopi yang duduk dibelakangnya dan mulai berdiri berjalan mendekat untuk melihat Mikasa juga.

"Dulu pernah ada tipe ras yang berbeda dengan kita, sepertinya dia keturunan terakhir dari suku yang kabur dari daerah timur kedalam dinding" tambahnya menerangkan masa lalu suku Mikasa pada pria lainnya.

"Kita akan melelangnya pada salah seorang di pasar gelap.. Ditambah lagi orang oriental lain sudah tidak ada.. setidaknya kita pasti akan mendapatkan banyak sekali keuntungan dari menjualnya" kata pria bertopi kepada temannya itu.

"Ayahnya tidak terlihat seperti orang oriental, iya kan ??Dia tidak murni" jawab pria berambut pendek.

"IBUNYALAH YANG LEBIH BERHARGA!! TAPI KAU KETAKUTAN DAN MEMBUNUHNYA!!!" Teriak pria bertopi menyalahkan temannya sambil duduk kembali dengan keras dan memegangi kepalanya karena frustasi.

"AKU TIDAK PUNYA PILIHAN LAIN!! DIA MELAWAN!!" Teriak pria berambut pendek membuat alasan karena disalahkan oleh temannya itu.

Mendengar percakapan para penculik itu, membuat Mikasa mulai teringat kembali kejadian kelam dirumahnya saat itu.

__________________________

"Dokter jeager, kami sudah menunggumu" kata ayahku sambil membuka pintu

Tetapi,

Disaat ayahku membuka pintu seorang pria menusukkan pisau kedalam tubuh ayahku.

"A-ah"

"Maaf sudah masuk tanpa permisi" kata pria dengan topi dikepalanya.

"Baiklah jangan melawan.. atau akan kubelah kepalamu dengan ini" kata pria dengan rambut pendek lainnya sambil mengacungkan kapak dilengan kanan nya.

Melihat ayahku terluka ibuku berlari kearah para pria itu sambil mengayunkan pisau kecil yang dibawanya.

Ahhhhh

"Ada apa dengan wanita ini?!" Kata pria yang membawa kapak itu karena diserang oleh ibuku.

Apapun itu, aku tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi.

Siapa mereka.

Mengapa mereka melukai ayahku.

Mengapa ibuku menyerang mereka.

Mengapa ibuku terlihat sangat marah dan ketakutan.

Sebenarnya apa yang terjadi saat ini.

Disaat aku terus berpikir dengan kebingungan memenuhi kepalaku, aku mendengar ibuku berteriak kepadaku.

"MIKASA" TERIAKNYA

"PERGI" Tambah ibuku sambil terus menyerang pria itu.

'hah..'

"Ibu"

"Mikasa"

"Keparat"

"Cepat"

"Hey apa yang kau lakukan"

Aku sangat bingung dengan suara teriakan ibuku dan pria itu, aku terus melirik ayahku dan ibuku dan ingin sekali menanyakan apa yang sedang terjadi.

"Ayah.. tidak" 

"KEPARAT!! SUDAH CUKUP..!!" Teriak pria membawa kapak itu dan mengayunkan kapaknya kearah ibuku.

"RASAKAN INI" katanya sambil melukai ibuku dengan kapak tajamnya.

"APA YANG KAU LAKUKAN BODOH?!"

"SUDAH KUBILANG CUKUP BUNUH AYAHNYA SAJA"

"Tapi dia..!!"

Melihat ibuku terluka penuh darah aku hanya bisa berdiri tidak bergerak tanpa bisa melakukan apapun.

Melihat kedua orang tuaku tidur dan tidak bergerak lagi membuat hatiku tidak karuan dan tidak tau lagi harus berbuat apa.

Bahkan saat pelaku yang membuat kedua orang tuaku menjadi seperti ini mulai mendekat ke arahku, aku sudah tidak merasakan perasaan apapun, perasaan takut yang kualami sebelum nya benar benar hilang digantikan dengan kekosongan belaka.

"Jangan melawan..atau"

Buackk..

Pukulan dilayangkan kepadaku dan saat aku tersadar aku sudah berada disini,

Aku kesakitan.

Aku kedinginan.

Aku ingin pergi dari sini.

Ibu… ayah

Dimana… kemana aku harus pergi

Kemanapun aku pergi akan terasa dingin...kalau kau dan ayah tidak berada disini.

"Permisi"

_____________________________

Setelah berjalan menyusuri hutan sambil terus mencari jejak para pelaku akhirnya aku berhasil menemukan tempat persembunyian mereka.

Sambil mengintip lewat jendela aku bisa melihat dua orang pria sedang bertengkar tentang sesuatu.

"Jadi lebih dari satu ya.. mungkin ini akan sedikit sulit"

Melihat kondisi ruangan sekitar aku bisa melihat sesosok gadis kecil yang tergeletak dilantai diam dan tak bergerak sedikitpun, meski para pria tersebut sedang berdiskusi akan menjual dirinya.

"Sepertinya itu Mikasa, tenang gadis kecil aku akan mencoba menolong mu tanpa terluka, tapi dilihat dari ekspresi nya mungkin akan sedikit sulit mengobati luka dihatinya"

Aku tidak bisa menyalahkan gadis itu apabila dia sangat depresi terlebih lagi gadis itu baru saja melihat kedua orang tuanya tewas didepan matanya.

Tentu saja hal ini akan terus membekas dihatinya dan mungkin ingatan itu tidak akan pernah hilang dalam pikirannya.

Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah menyelamatkan nya dan sedikit meringankan beban di pundaknya.

Sambil menyusun rencana aku mengeluar kan ketapel dari sakuku serta paku sebagai pelurunya. Aku juga mengikatkan pisau dapur yang kubawa dari kediaman Ackerman dengan kayu yang akan kugunakan sebagai tombak.

Berjalan kearah pintu masuk aku ingin membuka pintu dan langsung menembak mereka itu lah rencanaku.

Terdengar simpel namun tidak terduga.

Karena mana mungkin sosok seorang anak sepertiku akan langsung disergap oleh mereka saat aku membuka pintu.

Aku memilih pintu depan untuk masuk bukan karena nekat dan tidak berpikir panjang melainkan aku ingin menolong luka di hati anak bernama Mikasa itu, dengan membuatnya melihat kehebatan ku yang mana akan membuat sosok diriku menjadi sosok yang berarti dan sedikit mengisi kekosongan didalam hatinya.

Terlebih lagi,

Dengan ini dia pasti akan menjadi bawahanku yang setia.

Akhirnya aku berhasil menuliskan bab 7, sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang setia membaca tulisanku.

karena sangat sedikit komentar atau mungkin tidak ada sama sekali komentar yang kudapat membuatku sedikit kekurangan motivasi dalam menulis cerita ini.

jadi mulai Minggu depan aku hanya akan menerbitkan 3-4 chapter dalam seminggu.

sekali lagi terima kasih telah membaca

IP_MANcreators' thoughts