webnovel

Antara Cinta Dan Pengorbanan

Luna si gadis miskin yang apa adanya, menjalani hidup sebagai karyawan kafe di pinggir kota Depok. Rekan kerjanya Rudy, selalu memperhatikannya diam-diam tanpa Luna sadari. Suatu hari Luna bertemu dengan Randy, cowo tajir dan tampan yang sombongnya bikin Luna geregetan. Setiap kebetulan, mereka selalu bertemu. Sampai satu keadaan, Luna menyadari perasaannya pada Randy begitupun sebaliknya. *Baca juga cerita lainnya : UNCOVER POLIGAMI BUKAN SALAH RASA POLIGAMI New Generation UNCOVER (English Version) Jika Takdir Berkehendak *IG author : @authoraisha_

SA_20 · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
20 Chs

2

Ting!

Lonceng pintu berbunyi tanda seorang pelanggan datang ke kafe ini, dan dengan sigap Luna beramah tamah pada tamu itu. Menunjukkan kualitas kafe yang cukup baik, bahkan sudah banyak sekali langganan yang sering datang ke kafe ini.

"selamat datang, silahkan" sapa Luna sambil menunjukkan kursi yang kosong.

"wah, kau ramah sekali." puji seorang pelanggan.

"terima kasih, mau pesan apa?" tanya Luna santai.

"cappucino dan orange juice" jawab pelanggan itu.

"baik, saya ulangi kakak pesan cappucino dan orange juice. Itu saja?" tanya Luna lagi memastikan.

Pelanggan itu tersenyum lalu mengangguk, Luna pun pamit dan kembali ke dapur untuk memberi note pada barista sekalian mengambil pesanan meja lain.

"Roy, cappucino dan orange juice meja 3" ucap Luna pada Roy yang berada di balik meja barista.

"ok, 2 menit lagi" balas Roy dengan santai.

Luna tersenyum lalu mengambil beberapa gelas dan piring untuk pesanan meja lain, dan segera mengantarnya.

Setelah mengantar semua pesanan, Luna kembali ke bagian belakang untuk beristirahat sesaat. Lalu tiba-tiba, Rudy datang dan menghampiri Luna.

"rame banget ya hari ini" ucap Rudy sambil melihat-lihat ke arah depan.

"ya bagus donk, artinya kafe lo udah di percaya" balas Luna senang.

"iya iya, gw bantuin deh" tukas Rudy.

"aseekk" balas Luna.

Suara dering ponsel menghentikan pembicaraan mereka, lalu Rudy pun mengangkat panggilan tersebut.

"halo, oh lo dek. Apa kabar?" tanya Rudy pada seseorang di seberang sana.

"oh gitu, ya boleh banget donk. Gw tunggu ya!" ucap Rudy lagi dengan senang.

Luna hanya menatap heran kenapa Rudy terlihat senang, tapi ia tidak mau ikut campur urusan orang lain. Jadi Luna memilih untuk diam saja, dan menunggu Rudy sendiri yang bicara.

"Lun, adek gw mau dateng." ucap Rudy dengan wajah semringah.

"loh, iya kah?" tanya Luna memastikan.

"iya, pokonya ntar gw kenalin deh ya?" ajak Rudy pada Luna.

"iya, terserah lo aja. Ya udah gw mau lanjut kerja, ntar kebanyakan ngobrol gaji gw di potong lagi." tukas Luna.

"mana bisa, kan gw bos nya. Dan lo ngobrolnya sama gw." balas Rudy dengan sedikit sombong.

"dih sombong" sindir Luna.

"gak elaah, ya udah sono kerja. Gw mau ganti baju dulu." balas Rudy sambil tertawa.

"siap bos" jawab Luna dengan menghormat seperti tentara.

Mereka pun tertawa bersama, dan Luna meninggalkan Rudy untuk mengantar pesanan yang baru saja siap.

.

.

.

.

.

Ting!

Lagi, lonceng itu terus berbunyi. Luna pun sedikit kuwalahan, banyaknya pelanggan hari ini benar-benat tak terduga.

Pukul 2 siang, barulah keadaan toko mulai terkontrol. Tidak banyak, tapi ya lumayan ramai. Luna bergeser ke belakang untuk menikmati istirahat, sekaligus makan siang.

Rudy menghampiri Luna, ia merasa tidak tega dengan gadis itu. Terlalu bekerja keras, padahal kesehatan sedang terganggu.

"makan yang banyak Lun, biar gak sakit." ucap Rudy sambil ikut beristirahat.

"ini juga lagi makan." balas Luna.

Ting!

Suara lonceng kafe mengalihkan perhatian kedua orang itu, Luna memilih untuk menyelesaikan makannya dulu baru kembali melayani pelanggan.

Sedangkan Rudy memilih untuk melihat siapa yang datang, dan benar saja. Adiknya yang datang, dan langsung memeluknya sesaat.

"eh dek, dateng juga akhirnya." ucap Rudy senang.

"iya donk, kan udah janji tadi." balas seorang cowok yang merupakan adik dari Rudy.

"asek, mau minum apa? Pesen aja semau lo" tawar Rudy pada sang adik.

"gw mau cappucino aja, males yang mahal-mahal. Lagi bokek" balas Randy, adik dari Rudy.

"mana ada orang bokek datengnya pake lamborgini, kalo mau bohong yang pinter dikit napa" celetuk Rudy sambil tertawa kecil.

"ah lo bang, orang lagi merendah juga." balas Randy dengan nada sombongnya.

"orang kaya lo mana bisa merendah" sindir Rudy pada Randy.

"ya udah iya serah, mana cappucinonya? Haus ni, ngomong mulu dari tadi." tukas Randy dengan gaya songongnya.

"lah iya, lupa gw. Tunggu bentar ya, ntar di anter. Gw ke belakang dulu, lagi sibuk nih gw" balas Rudy sambil terkekeh.

"yeuh dasar kang cilok" celetuk Randy.

"paan seh kang cimol" balas Rudy.

"lo kang toprak" lanjut Randy sambil menjulurkan lidahnya.

"lah lo kang nasgor" jawab Rudy melanjutkan pertengkaran mereka.

"ett kang jomblo" sambung Randy dengan percaya diri.

"dari pada lo kang php" balas Rudy sambil meledek Randy.

"yeuh sialan, abang durhaka emang." tukan Randy kesal.

"gw gak jadi-jadi nih ngambil cappucino, lo masih mau minum apa gak?" kesal Rudy akhirnya.

Randy hanya tertawa geli melihat kakaknya itu merasa kesal karna di permainkan olehnya, memang begitulah mereka.

"haha, ya udah iya maaf." jawab Randy masih dengan tawanya.

"adek laknat emang" gumam Rudy sambil melangkah menuju meja barista.

Rudy mengambil segelas cappucino dan segelas lemon tea kesukaannya, lalu akan membawanya ketempat adiknya menunggu jika saja Luna tidak memanggil dan bertanya padanya.

"buat siapa Rud?" tanya Luna pada Rudy.

Rudy berbalik dan tersenyum pada Luna, lalu ia menjawab apa yang Luna ingin ketahui.

"buat adek gw Lun, ayo ikut gw! Ntar gw kenalin sama adek gw, yuk?" ajak Rudy pada Luna.

"wah, kapan sampenya kok gw gak tau?" tanya Luna lagi.

"tadi pas lo lagi makan, makanya ayo gw kenalin sama dia." jawab Rudy semangat.

"ok, gw ikut" balas Luna setuju.

Luna pun mengikuti Rudy, dan melangkah menuju meja dimana adik dari Rudy itu berada.

.

.

.

.

.

Randy menunggu kedatangan sang kakak, entah berapa lama ia harus menunggunya. Randy mengambil ponsel dan memainkannya, untuk mengusir jenuh yang menguasai hatinya.

Double kill

Triple kill

Legendary

Maniac

Savage

"aseekk, savage lagi" teriak Randy dengan senang.

"berisik lo dek" tegur seorang pria yang sudah pasti Randy kenal.

Randy mengangkat wajahnya, dan menatap kakaknya itu dengan malas. Lalu orang itu menaruh segelas cappucino di depannya, dan segelas lemon tea di samping gelas sebelunnya.

"ganggu lo bang" keluh Randy pada sang kakak.

"biarin, tuh minum dulu. Katanya tadi haus." titah Rudy pada Randy.

"iya iya, makasih abang konyolku." balas Randy lalu meminum cappucino yang sudah di siapkan.

"adek lo gak sopan banget deh, pengen gw sleding rasanya." celetuk seseorang membuat Randy mengernyitkan dahi.

"sabar Lun, emang gitu adek gw mah." balas Rudy sambil terkekeh pelan.

"ngomongin orang di belakang dosa loh, masuk neraka ntar" celetuk Randy dengan wajah kesal.

"tumben bener lo dek" sindir Rudy.

"lo mah bang, bukannya belain adek malah di jelek-jelekkin." tekan Randy pada Rudy.

Randy memperhatikan Luna dengan teliti, dan merasa familiar dengan gadis itu.

"lo yang semalem itu kan?" teriak Randy heboh.

"paan sih, biasa aja donk kagetnya." celetuk Luna itu pada Randy.

"tuh kan bener, songongnya gak jauh beda" tukas Randy dengan seringainya.

"dih siapa yang songong? Lo tuh cowok sombong, sok keren, sok ganteng, mending kelaut aja sono." balas Luna tak kalah sengit.