Pertengkaran antara Luna dan Randy terus berlanjut, bahkan Rudy yang berada di hadapan mereka sama sekali tidak di anggap.
"dih gw emang ganteng kali, lo aja yang katarak gak bisa liat" balas Randy meremehkan.
"dih sialan! Lo kali yang gila, dasar sombong." jawab Luna dengan kesal.
Tidak tahan dengan aksi lempar kata yang terus menerus di keluarkan oleh Luna dan Randy, akhirnya Rudy mengeluarkan apa yang ia ingin tau sejak tadi.
"stop! Jadi sejak kapan kalian saling kenal?" tanya Rudy yang membuat kedua orang itu saling melirik, lalu membuang muka lagi.
"gak!" jawab keduanya bersamaan.
Rudy malah semakin bingung sekarang, tapi setidaknya ia tau jika adiknya baik-baik saja. Rudy sedikit khawatir saat tau adiknya akan menemuinya, Rudy berpikir Randy bermasalah lagi dengan Ayah mereka. Tapi ternyata Randy tidak berbicara apapun saat datang, itu artinya Randy memang baik-baik saja.
.
.
.
.
.
Hari ini adalah hari minggu, kafe terbiasa tutup di hari libur. Karna itu, Luna memilih untuk berjalan-jalan di hari ini. Sambil melepas penat, setelah sepekan bekerja.
Taman adalah tempat terbaik untuk merefresh otak agar tidak mumet, udaranya segar, dan pamandangannya indah. Di tambah lagi banyak orang-orang yang juga berdatangan, jadi terlihat ramai dan tidak sepi.
Luna duduk di salah satu kursi taman, dan menikmati udara yang masih segar. Ia menghirup, dan kembali menghembuskannya.
Setelah 2 jam berada di taman kota, Luna mulai bosan dan ingin mencari hal yang baru. Akhirnya Luna berjalan kaki melewati komplek untuk sampai di jalan raya, Luna ingin menikmati ketoprak langganannya yang biasa ia beli saat sepulang kerja. Dan untungnya ketoprak itu buka siang malam, jadi Luna bisa membelinya sekarang.
Luna sedang melewati komplek, tidak jauh lagi jalan raya akan terlihat. Namun suara pertengkaran membuat Luna menghentikan langkahnya, dan penasaran darimana asal suara itu.
Tidak lama dari suara itu, pintu rumah yang paling besar dan mewah di komplek ini terbuka. Luna terkejut, bukan karna ia ketahuan menguping. Tapi Luna terkejut karna seseorang yang baru saja keluar dari rumah itu dengan wajah masam terlihat familiar, dan Luna mengenalnya secara fisik. Dia Randy, adik Rudy yang baru saja ia temui kemarin.
Randy terlihat acak-acakkan, tangannya pun memar dan mengeluarkan darah. Sepertinya ia sedang bertengkar dengan pria di belakangnya itu, dapat ku tebak jika itu ayahnya. Luna ingin menghampiri Randy, tapi ia bukanlah siapa-siapa disini. Luna tidak mungkin ikut campur masalah keluarga ini, Luna akan berbalik meninggalkan Randy namun suara makian kembali terdengar.
"kau itu anak tidak tau diri, taunya santai-santai aja ngabisin duit. Kelakuan kaya orang hutan, mending kamu pergi aja sana sama kakak kamu yang gak jelas itu." teriak seseorang setengah baya, yang memaki pada pria di hadapan Luna.
Luna merasa bingung, ia dalam posisi yang salah sepertinya. Luna sendiri tidak tau harus bagaimana sekarang. Mau ikut campur tapi bukan urusannya, tapi Randy sendiri sudah melihatnya berada disini. Luna merasa dilema sekarang, harus apa.
Randy masih terus menatap Luna tajam, sedangkan Luna malah gugup di tatap Randy setajam itu. Lalu Randy menarik Luna menaiki mobilnya, Luna ingin berontak tapi ia mengurungkannya karna tau Randy pasti lagi kalut dalam emosinya.
Randy membawa Luna entah kemana, hatinya kalut. Ingin rasanya ia menghancurkan segala yang ia lihat saat ini, tapi Randy tidak mungkin melakukan itu. Ia tidak boleh larut dalam emosinya sendiri.
"kita mau kemana?" tanya Luna akhirnya, tidak tahan dengan rasa penasarannya sendiri.
"ikut aja, ntar juga lo tau." jawab Randy seadanya, membuat Luna kembali diam dengan dumelannya.
Randy melajukan mobilnya menuju aparteman pribadinya, lalu ia memakirkan mobilnya di basemant aparteman.
"ayo!" ajak Randy lalu keluar dari mobilnya.
Luna menatap bingung apartemen di depannya, pikirannya melayang pada hal yang tidak seharusnya. Rasa curiga dan cemas mulai ia rasakan, apa sebenarnya yang Randy mau lakukan?
"lo gak lagi rencanain aneh-aneh kan?" tanya Luna curiga, membuat Randy menghentikan langkahnya.
"hah?" balas Randy tidak mengerti.
"gak" tukas Luna sambil waspada.
Randy mengernyitkan dahinya, ia tidak mengerti dengan pemikiran gadis satu ini. Tapi, sepertinya ia mulai paham sekarang.
"lo mikir apa? Lo pikir gw tertarik sama lo, ogah kali." ucap Randy dengan tatapan gelinya.
Luna yang merasa salah sangka malah berbalik kesal saat Randy berkata tidak tertarik padanya, jujur saja Luna juga tidak berharap apapun pada Randy. Ia hanya waspada saja, karna Randy membawanya ke aparteman pribadi seperti ini.
Randy melangkah memasuki lift, dan Luna hanya mengikutinya dari belakang. Lalu lift mulai naik entah ke lantai berapa, Luna hanya berdoa semoga ia akan baik-baik saja nanti. Randy yang melihat Luna merasa cemas akhirnya menyentil dahi Luna, dan hal itu membuat Luna melotot padanya.
"gak usah mikir macem-macem, gw bakal ngapa-ngapain lo juga." tegas Randy pada Luna.
"masa?" balas Luna meragukan.
Randy yang melihat respon Luna malah tersenyum tipis, lalu ia mendekati Luna dan membuat Luna terhimpit ke dinding.
"eh eh lo mau ngapain? Jauhin gw! Hushh jauhin gw!" panik Luna saat Randy menghurungnya dengan kedua tangan.
"menurut lo?" balas Randy menggoda Luna.
"eh lo tadi udah janji gak bakal ngapa-ngapain gw, jauhin gw ih!" tukas Luna dengan ragu-ragu.
Wajah Luna pucat pasi, terlihat jelas jika ia takut dan cemas dengan Randy. Randy yang melihat itu tidak kuat lagi menahan tawanya, akhirnya Randy melepaskan Luna dan tertawa terbahak-bahak.
"hahaha, pd banget si lo jadi orang. Baru di gituin aja udah gelagapan, hahaha asli ngakak gw liat muka lo kayak tadi. Hahaha" ungkap Randy sambil tertawa puas.
Luna yang sadar jika dirinya di permainkan merasa malu karna pemikirannya itu, tapi disisi lain ia juga merasa kesal karna Randy sudah mempermainkannya.
"jadi lo cuma permainin gw?" tanya Luna memastikan.
"menurut lo?" balas Randy masih dengan tawanya.
"dasar cowok gak perperiperasaan" gumam Luna kesal.
"mana ada peri perasaan? Ah lo ngadi-ngadi aja" balas Randy semakin geli.
Luna menatap tajam Randy, ia benar-benar merasa kesal sekarang.
"au ah, lo ngeselin. Gw balik aja dah kalo gitu." tukas Luna dengan kesal.
"yeuhh ngambek, dasar cewek. Ya udah gw minta maaf, temenin gw ya." ucap Randy pada Luna.
"maafin gak ya?" tanya Luna pada dirinya sendiri.
"yeuh si bambang, udah ah kelamaan udah sampe nih kita." tukas Randy, lalu menarik Luna saat pintu lift terbuka.
Randy membawa Luna ke atap apartemen ini, saat pintu terbuka terlihatlah keindahannya.