webnovel

Menakut-nakuti

Translator: Wave Literature Éditeur: Wave Literature

Setelah makan, Tong Lele tidak henti-hentinya mengusap-usap perutnya yang menggembung karena kekenyangan. Setelah dia selesai makan, Mo Qijue terlihat masih tetap duduk di sana, ketika melihat hal ini dia merasa kalau Mo Qijue tidak peka. Karena, saat masih bersama ibunya, setelah selesai makan biasanya dia langsung mengambilkan air hangat untuknya dan menyuruhnya minum. 

Lalu membuatnya berpikir, bahwa mungkin hal ini juga yang membuat Mo Lisi tidak mau kembali pulang. Tak lama kemudian dengan wajah dingin, Mo Qijue mengangkat Tong Lele dari pahanya, kemudian mendudukkannya di kursi makan, lalu berbalik meninggalkan dapur dengan acuh tak acuh. Tong Lele melihatnya sambil melebarkan mata, dan membuka mulut sambil cegukan begitu keras. Tiba-tiba wajahnya pun memerah karena malu, lalu dia menutup mulutnya.

Ketika Mo Qijue kembali ke tempat itu, saat ini dia sedang membawa begitu banyak camilan berupa kentang goreng di tangannya. Saat melihat Mo Qijue, entah mengapa membuat Tong Lele sangat marah. Lalu dia berpikir, ketika orang sedang marah, biasanya pasti ingin makan sesuatu. Kemudian sambil mengendap-ngendap, dia mengambil camilan yang dibawa oleh Mo Qijue itu. Namun, ketika akan membuka bungkusnya, tiba-tiba ada sesuatu yang muncul di dalamnya, yang membuatnya takut dan berteriak.

"Aaa… Papi…! Apakah papi ingin menakut-nakuti aku?" kata Tong Lele sambil langsung melompat ke atas dan memeluk tubuh Mo Qijue.

Mo Qijue melihat Tong Lele di atas tubuhnya, kemudian dia bertanya dengan dingin "Sekarang udah nggak cegukan?" Lalu dia berpikir, Anak ini semakin lama semakin tidak ada aturan! batinnya. 

Sekali lagi, Tong Lele masih berani kembali naik ke tubuh Mo Qijue, lalu dia memeluk tubuhnya, kemudian mendengarkan dengan seksama dan ternyata dirinya sudah tidak cegukan lagi. Dia kemudian mengangkat kepalanya dan bertanya, "Boneka apa yang papi gunakan untuk menakut-nakutiku?"

"Membuat takut orang yang cegukan akan menghilangkan cegukan itu!" kata Mo Qijue memberitahu.

"Benarkah?" tanya Tong Lele ragu-ragu.

"Bukankah kamu adalah contoh nyata?" tanya Mo Qijue sambil menunduk dan melihat Tong Lele.

"Papi sering melakukan hal seperti ini?" tanya Tong Lele lagi.

"Menurutmu?" kata Mo Qijue bertanya balik.

"Menjadi anakmu sangatlah menyedihkan!" kata Tong Lele sambil menghela napas.

Kemudian Tong Lele berpikir, bahwa hidup memang dipenuhi dengan hal-hal yang membuat takut, entah mengapa tiba-tiba dia mengagumi Mo Lisi, karena dia bisa bertahan selama itu. Tong Lele yang tinggal dirumah besar itu selama tiga hari saja, sudah membuatnya begitu bosan setengah mati. Tapi Mo Lisi, dia bisa bertahan hingga lima tahun, benar-benar hebat.

"Ini bukan masalah siapa yang mau menjadi anak, harusnya kamu bersyukur sudah menjadi anak seorang Mo Qijue. Sekarang sudah malam, cepat tidur!" kata Mo Qijue sambil mengangkat Tong Lele ke lantai atas.

"Berarti, apakah besok aku boleh pergi bermain?" tanya Tong Lele saat di kamar dan melihat Mo Qijue sambil mengedip-ngedipkan matanya.

"Tidak boleh" kata Mo Qijue masih teguh dengan pendiriannya.

"Papi, kenapa papi benar-benar acuh kepadaku? Saat akhir pekan kemarin, aku melihat anak-anak lain. Lalu, orang tua mereka membawa anak-anaknya untuk bermain di taman. Kenapa aku sekalipun belum pernah pergi ke taman?" tanya Tong Lele, suaranya seperti ingin menangis.

Mo Qijue saat ini sedang berdiri di samping tempat tidur anaknya, kemudian dia melihatnya, sambil sedikit merendahkan badan, "Di rumah besar ini juga ada taman yang bisa kamu gunakan untuk bermain, kenapa kamu mau keluar ke tempat yang begitu banyak orang, yang ingin mencari keringat?" tanyanya.

"Aku suka ke taman bermain yang banyak orang agar bisa berkeringat! Bermain seorang diri di taman begitu sepi, dan itu tidak menyenangkan papi!" kata Tong Lele, kemudian dia mendekatkan dirinya kepada Mo Qijue, lalu memeluk kakinya, "Papi... apakah papi mau membawaku ke taman bermain untuk pertama kalinya? Aku ingin sekali pergi ke taman bermain bersama papi!" katanya.

Mo Qijue melihat anaknya, lalu untuk pertama kalinya dia merasa kalau anaknya begitu manja padanya, memohon padanya, dan semakin dekat padanya. Tiba-tiba membuat hatinya seperti merasa... sedikit tersentuh oleh anaknya itu...