"Kau gagal." Lily duduk dengan anggun tanpa menghiraukan ucapan sarkas Harry.
"Bukan salahku, sepupumu memberikan kamar itu untuk Utomo," ucapnya tenang.
"Dan kau melayaninya." Lily mengangguk santai. Tidak ada yang perlu dia jaga lagi sekarang, pria ini tidak memberinya pilihan lebih baik, sudah pasti dia harus memilih jalannya sendiri.
"Pilihanmu sangat tepat." Harry melirik orang yang ada di balik pilar, keluar sepuluh orang berpakaian serba hitam. Tempat sudah sepi hanya tinggal mereka berdua.
"Apa yang kau lakukan? Siapa mereka?" Wajah Lily panik. Namun Harry terlalu tenang membuat wanita itu langsung gemetaran.
"Bukankah aku sudah katakan, jika aku tidak suka pengkhianat? Karena dia menawarkan batang tuanya, kau menikamku dengan pisau tumpul." Harry tersenyum kelewat manis dan itu membuat Lily tidak nyaman.
"Kau yang tidak memberiku pilihan, jika saja kau mau mempertahankan aku di sisimu, aku akan setia." Harry terkekeh geli, ia menyesap wine merah.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com