Louis terlihat mengusap kasar wajahnya berpadukan dengan hembusan nafas kasar. Direngkuhnya tubuh ramping ke dalam pelukan. "Sorry, sayang."
"Lepas." Desis Amira. Sialnya, pelukan tak juga terlepas, justru terasa semakin erat. Tidak mau membuat hubungan dengan istri tercinta semakin meruncing ke dalam pertengkaran. Wajah tampan tampak bersembunyi di antara ceruk leher. Tak ayal jarak yang sangat dekat telah mengirimkan sapuan hangat menyapu permukaan kulit.
Senyum di bibir kokoh kian tersungging ketika merasakan kehangatan melingkupi sepanjang punggung kekar. Bersamaan dengan itu semakin menenggelamkan wajahnya di antara ceruk leher, sesekali mengecup dengan penuh kelembutan. "Uhm, bau mu selalu terasa memabukkan, sayang." Lirihnya disela - sela hisapan.
"Uh, jangan dihisap, sayang. Nanti leherku memerah." Protes Amira.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com