webnovel

part 6

Saat ini aku dan Riona berada di labirin sihir. Kami berusaha menyelesaikannya berdua. Dengan kemampuan fisik Riona, para skeletal yang menghadang benar-benar menjadi tengkorak tanpa daya.

Saat mati, monster ini terkadang menjatuhkan pot hp ukuran kecil. Kami membaginya sama rata. Ya walaupun aku tidak terlalu berperan, bagaimanapun kami ini satu grup, dan hasilnya dibagi rata. Riona orang yang berlapang dada, mungkin karena dadanya yang besar. Sebentar ukuran aslinya tidak besar, tunggu dulu apa ini ada hubungannya dengan jiwa yang lapang dada? Apapun itu aku diuntungkan, itu saja. Riona lebih menikmati pertempuran, kebanggaan sebagai ras Valtar.

Pintu batu yang menghalangi jalan kami langsung ia tendang dengan teriakan semangat luar biasa. Seharusnya penjaga memberitahu kalau setiap pintu yang kami lalui, maka tingkat kesulitan makin tinggi. Tapi tidak yang dia ceritakan hanya bagaiamana kalau labirin sihir ini bisa menghasilkan uang lebih dari 1000 koin, uang yang kami bayar untuk menggunakannya. 1000 koin per orang. Uang memang penting, semua diukur dengan uang... Hampir semua.

Ruangan yang berada di sisi sebelah pintu itu berbentuk seperti lingkaran dengan diameter mungkin 10 meter. Di hadapan kami para skeletal lebih dari 10 sudah menunggu dengan senjata lengkap mereka. Selain itu bukan hanya skeletal ada skeletal knight dan monster dengan tingkatan lebih tinggi lagi skeletal guardian.

Skeletal : level 4 - 5 ; HP: 100-12 ; MP :0

Str : 8-10

Agi : 10-12

Vit : 1

Res : 0

Int : 3

Wis : 5

Luck : 0

Skeletal Knight Level 5-7

HP : 150-160 ; MP : 0

Str : 13-15

Agi : 10- 15

Vit : 3

Res : 3

Int : 5

Wis : 5

Luck : 0

Skeletal Guardian Level 8

HP : 300 ; MP: 20

Str : 20

Vit : 10

Res : 5

Int : 5

Wis : 5

Luck : 0

Skill : Calcium

Skeletal Guardian menggunakan baju pertahanan besi, ia seperti prajurit yang sudah siap tempur dengan pedang besar yang dipegang kedua tangannya. Walaupun tidak menggunakan perisai, secara pertahanan dia juga diatas skeletal knight.

Secara status semuanya sih jauh di bawah Riona tapi jauh diatas aku.

"Ya ini juga kuserahkan padamu, Kamu bisa!"

"Tunggu dulu, kalau hanya satu lawan satu sih tidak masalah. Ini ada satu dua... Semuanya ada 14 monster. Kamu juga harus membantu, Aran!"

'Tapi seranganku tidah menimbulkan kerusakan yang tinggi," kataku beralasan.

Riona melihatku dengan setuju akan hal itu,"paling tidak kamu bisa menjadi target sementata dari mereka selama aku..."

Riona tidak sempat menutup perkataannya para skeletal itu bergerak bersama-sama langsung memukul Riona yang berada lebih dekat sengan mereka.

Riona sudah terbiasa bertempur, walaupun perhatiannya sejenak teralihkan karena pesona diriku, dirinya tetap bisa menahan mayoritas serangan itu dengan halberdnya, namun ada 2 pentungan gada mereka yang mengenai bagian lutut dan pinggang.

"Minggir!" teriak Riona dengan tenaga fisiknya ia mendorong semua skeletal itu, disusul dengan tebasan lebar yang langsung ditahan oleh perisai dari 2 skeletal Knight.

Mata Riona membesar saat melihat ayunan penuhnya hanya memberi daya rusak sangat kecil, tapi dia tidak bisa berlama-lama kaget karena sosok lebih kuat menerjang maju bersamaan dengan 2 skeletal knight lain.

Skeletal guardian lebih ada koordinasi serangan, mereka ada 2 dan menyerang dari sisi kiri dan kanan sementara 2 skeletal knight menyerang dari depan. Mungkin semua ini sudah mereka atur.

Riona dengan cekatan menarik halberdnya untuk melindungi serangan di hadapannya namun sabetan dari kiri dan kanan masuk dengan sempurna melukai dirinya.

Sambil mengerang kesakitan Riona kembali mengayunkan halberdnya untuk menghalau, dan itu berhasil mengusir gelombang serangan pertama mereka.

Dan tentu saja aku sebagai penyemangat masih terus memberi semangat pada Riona,

"Semangat, kamu bisa!"

Riona menatapku dengan mata setajam mata kapak Halberdnya, memintaku agar membantunya.

"Kamu jangan diam saja!"

Aku mau membalasnya, aku berteriak semangat begini kok dikatakan diam saja, tapi karena menghargai dirinya aku mengurungkan niatku itu.

"Gunakan bola apimu!"

Lagi-lagi gerombolan skeletal berjumlah 8 menyerang Riona. Baiklah mungkin ini situasi tidak sebaik harapanku. Aku membantu tapi dengan seminimal mungkin agar tidak menjadi sasaran mereka.

Dengan pedang sihir aku memusatkan tenagaku merapal skill fireball. Kuarahkan ke gerombolan skeletal seakurat mungkin agar hanya mengenai satu. Bola api itu melayang cepat menimbulkan ledakan kecil yang menyebar seperti saat aku mencobanya saat berhadapan dengan Tauros. Dan aku baru saja teringat kalau pecahan api itu juga bisa menarik perhatian mereka.

"Oh sial."

Percikan api yang menyebar itu sebenarnya tidak ada daya rusak yang berarti, hanya seperti gelitikan saja. Tapi para monster ternyata tidak suka rasa geli. Mereka langsung menoleh padaku dan berlarian menyerangku.

'Uahh...hentikan jangan kejar aku!"

Aku segera lari berusaha menghindari serangan mereka. Namun tentu saja karena agi ku lebih rendah, itu adalah hal sia-sia. Masih banyak hal yang ingin kulakukan di dunia ini. Aku ingin harem, tap sampai saat ini satu pun belum dapat. Sekelabat bayangan besar, dada yang besar menghampiriku, Riona.

Sesaat aku berhasil memancing perhartian para skeletal itu, Riona langsung menyiapkan serangan balasan.

Sebuah skill serangan yang memanfaatkan momentum perputaran tubuh.

"Tornado!"

Pusaran halberd langsung menimbulkan suara kematian para skeletal. Pusaran itu, menimbulkan daya rusak beruntun yang langsung memusnahkan para skeletal, dan menghancurkan perisai-perisai para skeletal knight, serta menimbulkan kerusakan pada baju pertahanan skeletal guardian membuat mereka terhempas ke berbagai arah.

Beberapa pot hp kecil jatuh langsung dimanfaatkan Riona untuk memulihkan diri, sementara aku sendiri walaupun sudah mengalami teror, namun secara fisik aku belum terluka berat. Pot HP memulihkan HP dengan instan sesuai kualitasnya namun tidak berarti luka yang diderita juga langsung sembuh. Rasa perih, luka yang kami derita tidak akan langsung pulih secara ajaib. Bisa dikata HP hanya berarti daya hidup, walaupun tangan sudah terpotong atau perut yang bolong pun masih bisa hidup dengan kondisi sekarat namun tentunya kondisi kompleks ini belum kumengerti 100%

"Kamu tidak apa-apa?"

"Masih hidup," balasku bangga.

"Ide yang bagus memancing mereka dengan memecahkan bola api seperti itu."

"Y ya, tentu saja. Memang itu tujuanku"

Kalau saja Riona tahu itu sebenarnya bukan rencanaku. Tapi memang sifat fireball yang kulemparkan selalu seperti itu. Ya saat ini lebih baik aku simpan hal itu untuk sendiri, paling tidak ini artinya aku sudsh berperan dalam eksplorasi labirin.

"Ini belum selesai, hanya yang kroco saja musnah. Sementara guardian dn knight masih bertahan," kata Riona yang napasnya sedikit memburu.

"Tinggal gunakan lagi saja skillmu itu. Tornado sekali lagi mereka pasti musnah, paling tidak skeletal knight pasti akan hancur, sisanya bakal lebih mudah," saranku.

"Aku maunya juga begitu, tapi manaku tidak cukup. Walaupun dalam kondisi 100% paling hanya bisa 2 kali melakukannya," jawab Riona.

Aku langsung mengerti maksudnya. Riona selalu mengaktifkan skill growth untuk memperbesar dadanya agar terlihat sebagai ras Valtar yang membanggakan, tapi tentu saja itu menyedot MP miliknya secara kontinu.

"Aku mengerti, itu tidak salah. Pengorbanan harus dilakukan," balasku dengan jujur.

Sementara itu para skeletal yang masih ada, belum melakukan serangan. Mereka sepertinya menunggu sesuatu atau mungkin sedang merencanakan sesuatu? Apakah monster punya kemampuan untuk koordinasi serangan? Rasanya itu sudah terjawab dengan serangan mereka sebelumnya.

"Baiklah, kita gunakan taktik seperti tadi. Kamu pancing guardian itu, sementara aku habisi para skeletal knight," saran Riona.

"Berapa lama? Aku tidak yakin bisa lari dari mereka,"

"Gunakan dirimu sebagai sasaran. HP mu kan masih penuh. Pakai saja pot jika terdesak."

Agak sayang menggunakan pot hp yang kumiliki, apalagi buatan Severina. Pot hp kecil standar yang jatuh dari monster hanya menyembuhkan 200 HP, tapi buatan Severina mampu menyembuhkan 250 HP. Katanya semakin tinggi kualitasnya maka semakin tinggi HP yang disembuhkan. Dan yang utama, aku pastinya tetap akan terluka dan itu mungkin akan berbekas.

Skeletal guardian punya kekauatan fisik paling tinggi, tapi mereka hanya ada 2. Mungkin aku bisa bertahan beberapa waktu sementara Riona menghabisi yang lain.

Aku akan menembakan fireball, tapi tiba- tiba Masing-masing skeletal guardian mengangkat tangan mereka seperti teriakan perang. Perlahan cahaya putih muncul. Mereka menggunakan skill.

"Sial mereka mengaktifkan skill calcium," keluh Riona.

Aku segera mengintip kemampuan skill mereka. Karena tidak ada perlindungan status diri aku bisa membaca dan melihat efek yang ditimbulkan

Calcium : MP butuh 20 > memberikan efek buff grup, meningkatkan str sebanyak 5, vit sebanyak 10 selama 3 menit.

Skill yang mengerikan, efek buffnya jauh lebih sakti dari efek buffku dan buat grup. Bahkan monster kroco untuk level bawah punya skill lebih baik dari spirit support, pantas saja job class ini tidak laku.

"Ini tidak baik, tapi tidak ada cara lain. Kamu bertahan lebih lama saja," tambah Riona bersiap.

"Hei, aku bisa mati hanya dengan 3 atau 4 serangan," protesku.

"Lari pun percuma, kamu kan lambat, jadi berdoa saja aku membunuh para knight duluan sebelan guardian membunuhmu," jawab Riona sambil tersenyum.

"Eeehhh!"

Tidak ada pilihan lain, percuma saja lari dengan kemampuanku. Aku memilih bertaruh seperti kata Riona. Sial, saat ini aku perlu pertahanan lebih dari baju pemula ini, andai saja aku lebih royal mengeluarkan uang membeli baju pertahanan yang baru. Semua sudah terjadi.

Secercah ingatan kembali padaku. Kalau tidak salah Elise pernah menyinggung skill defend. Ya aku ingat itu adalah skill untuk bertahan, ini bisa dipakai untuk mengulur waktu. Itu adalah skill dasar yang tidak memerlukan skill poin, selama inj aku belum pernah menggunakannya, dan ini saat yang tepat mencobanya.

"Lakukan sekarang Aran, pancing mereka berdua!"

Para skeletal sudah bergerak maju memulai serangan. Aku tidak menggunakan fireball kali ini karena terlalu beresiko menarik semuanya. Otakku berpikir dengan cepat segera melempar pedang ke arah mereka. Tentu saja sebagai seorang spirit support dengan kemampian fisik yang sangat rendah, pedang itu melayang tanpa tenaga dan tergeletak tepat di hadapan skeletal guardian.

"Apa yang kamu lakukan!" Teriak Riona.

"Errr, ga tau..."

Nasib baik, skeletal guardian yang tidak memperharikan langkah mereka, keduanya tersandung pedangku, terjatuh dan mereka sadar akan itu milikku. Mungkin hanya sugestiku tapi aku melihat mereka seperti mengeluarkan api di kepala mereka dengan mata tengkorak yang seperti terhina berteriak keras ke arahku.

"Oh, ternyata begitu, pintar juga kamu," puji Riona.

"Te tentu saja. Semua dalam rencanaku,"

"Bersiaplah mereka akan menyerangmu. Berpisah dulu kamu ke kanan, aku ke kiri. Kita bagi perhatian mereka," seru Riona.

Aku dengan sigap langsung melakukannya. Para Skeletal guardian yang hanya ada 2 itu segera tanpa berpikir mengikutiku. Tidak lama mereka langsung menghajarkan secara beruntun.

Tidak membuang waktu lagi, aku segera melindungi kepalaku dan dan menggunakan skill defend. Skill ini punya kemampuan mengurangi daya rusak sebesar 30%. Aku bertaruh dengan itu aku bisa bertahan cukup lama. Tapi sebagai efek sampingnya aku tidak bisa lari lagi karena selama beberapa saat setelah menggunakan skill ini, aku tidak bisa bergerak.

Sabetan itu bisa membelah batu besar menjadi dua, dan ada 2 sabetan seperti itu. Seharusnya aku sudah terbelah menjadi 4 bagian kalau saja tidak menggunakan defend. Pengetahuan menarik dari dunia ini, saat HP menyentuh angka 0, kita tidak berarti langsung meninggalkan dunia ini. Umunya itu kita berada dalam kondisi tidak terlindungi dan dalam keadaan tidak berdaya. Daya hidup yang habis itu berarti aku sudsh berada di titik akhir hidup. Ya banyak kondisi tidak terduga, terkadang HP habis juga bisa langsung mengantarkan kita ke alam lain, untuk lebih pastinya Elise berkata kita harus mencobanya sendiri, yang tentu saja langsung aku tolak. Aku tidak sebodoh itu, Elise. Aku harus waspada memperhatikan statusku juga kondisi lukaku, aku harus melindungi tubuh jangan sampai masuk ke dalam kondisi yang tidak bisa pulih kembali seperti tangan yang terpotong.

Walaupun sabetan tidak membelah diriku menjadi 4 bagian tapi setiap bagian tubuhku yang terkenanya menderita luka potong yang besar. Darah mengalir keluar, membuat kesadaranku mulai menghilang, tapi dengan semangat harem aku berusaha bangkit menggunakan pot hp kecil. HP pulih namun rasa sakit masih membekas. Luka yang kuderita tidak langsung hilang namun seakan ada percepatan regenarasi tubuh, lukanya sedikit mentutup, darah membeku tapi itu pastinya tidak akan awet kalau aku terus diserang. Harus kuingat pot HP bukan barang penyembuh ajaib. Mungkin hanya pertolongan pertama.

Sementara itu Riona yang bertarung dengan 4 skeletal knight yang sudah dibuff juga mengalami sedikit kesulitan. Serangan yang biasa ditahan dengan pertahanan alaminya kini membuat goresan di kulitnya.

Riona hanya bisa mengandalkan kemampuan fisiknya, memberi serangan demi serangan. Ia fokus dengan satu terlebih dahulu, dan mengabaikan 3 yang lain. Dengan kuda-kuda siap tempur ia memberi serangan ke langit kemudian menariknya kembali memberi momentum ayunan lebih besar agar daya rusaknya bisa menembus buff baru skeletal itu.

Hancur berantakan perisai yang berusaha menahan ayunan kedua itu, serpihan perisainya jatuh berantakan bersamaan dengan lengan skeletal yang menggunakanya. Skeletal knight melompat mundur, tapi Riona sudah mengantisipasi gerakan itu, dengan hentakan kakinya ia melompat maju memotong skeletal knight itu menjadi 2, dan musnah.

3 skeletal knight yang lain masih berada di punggung Riona berusaha mengejar Riona tanpa menyadari kini giliran mereka.

"Satu sudah, tinggal tiga," geramnya memegang erat halberdnya.

Kembali keadaanku yang kini sudah mengali 3 gelombang serangan dari skeletal guardian. Aku cuma bisa berharap tubuh dan jiwaku masih bertahan sampai Riona berhasil menghabisi bagiannya.

Bertahan sungguh tidak menyenangkan, walaupun HP bisa pulih, tapi luka terutama rasa sakitnya terus terasa sepertinya tertancap masuk ke dalam otakku.

Setiap bacokan dari monster ini membuat diriku ingin berteriak.

"Arghhh!!"

Tidak aku sudah berteriak daritadi seperti orang yang sedang disiksa. Kenyataannya aku memang sedang disiksa. Dibanding serangan monster slime ataupun Tauros yang sedikit demi sedikit sangat beda rasanya. Padahal secara kondisi HP sama-sama berkurang dan akan habis. Sungguh misteri dunia yang tidak terpecahkan.

Dan benturan keras kembali kualami, baju pertahananku sudah tidak utuh lagi, sudah robek sana sini. Apa skeletal ini berniat merusak harga diriku dengan menelanjangiku? Merusak semua pakaian.

Kulihat pot hp kecil yang kupunya masih tersisa 4 botol. Padahal ini belum menghadapi bosnya, kalau harus menghadapi gerombolan seperti ini ditambah bosnya apakah akan mampu? Mungkin lebih baik memutar balik keluar dari labirin ini. Rugi itu sudah pasti tapi daripada mati konyol.

Skeletal guardian itu menghentikan serangan bersamaan, kini mereka bergantian menghajarku. Mereka mengganti strateginya.

Mungkin kalau mereka menyerang bersamaan ada jeda untuk serangan selanjutnya yang bisa kumanfaatkan untuk memulihkan diri, namun kalau bergantian seperti ini jedanya semakin kecil aku hanya bisa menggunakan pot dengan mengorbankan sebuah serangan tanpa menggunakan skill defend. Ini gawat.

Serangan pertama, aku langsung menggunakan pot, kemudian serangan kedua masuk secara penuh. Serangan ini jauh lebih menyakitkan, hampir saja tanganku putus tapi untunglah masih ada sisa baju pertahanan yang melindungi.

Serangan ketiga kuhadapi dengan skill defend begitu juga serangan ke 4. Aku bertaruh dengan waktu dan sehemat mungkin agar maksimal. Jangan ditanya soal kondisi sakit yang kurasa, karena ruangan ini suara teriakankulah yang paling kencang berteriak.

Pada serangan kelima, walaupun sudah menggunakan pot hp, sisa nyawaku hanya 280. Serangan ke enam masuk. Aku sekarat lagi, dan aku langsung menggunakan pot lagi dan sisa pot terakhir.

Apa yang harus kulakukan jika pot ini habis kugunakan. Aku mencari sosok Riona, dan pada saat itu ia terlihat begitu menawan karena berhasil menghabisi skeletal knight terakhir, suara naik level terdengar ditelingaku.

Riona Level 5

HP : 600(+100) MP : 70(+20)

Str : 53 (+8)

Agi : 20 (+5)

Int : 9 (+1)

Wis : 9 (+1)

Vit : 13 (+3)

Res : 4(+1)

Luck : 5

Skill poin : 6 (+6)

New hidden skill x 2

Riona naik ke level 5, mendapat 2 skill tersembunyi yang dapat dia ambil. Ini yang dimaksud Elise. Level 5 bisa dikatakan tempat perhentian pertama para petualang. Level ini memberi bonus atribut yang besar dibanding sebelumnya juga skill poin tambahan.

Kuharap aku juga mendapatkan skill tersembunyi yang berguna.

Aran Level 5

HP : 410 (+50) MP: 110(+40)

Str : 4(+1)

Agi : 7 (+2)

Int : 19(+4)

Wis : 32(+6)

Vit : 7 (+2)

Res : 16(+4)

Luck : 5

Skill poin : 9(+6)

Akhirnya kemampuan fisikku naik tanpa menggunakan skill pasif str+. Sebentar ada yang kurang, tidak ini tidak benar terjadi kan? Aku tidak mendapatkan opsi skill tersembunyi. Apakah ini wajar? Atau karena aku sembarang mengambil skill?

"Jangan bengong!"

Peringatan Riona membuatku sadar kalau situasi belum terkendali. Skeletal guardian yang kaget seketika karena cahaya yang timbul akibat naik level kini kembali menyerangku. Serangan itu masih sama sakitnya tapi tidak masalah karena Riona sudah datang menghajar salah satunya dan dengan gagang halberdnya juga menusuk yang lain.

"Akhirnya," seruku lega.

Kedua skeletal guardian itu kini sudah kehabisan efek buff mereka. Keadaan sudah berbalik. Mereka menjadi lemah, sedang kami menjadi lebih kuat. Walau demikian Riona tetap butuh sedikit waktu lagi untuk membasmi mereka.

Serangan terakhir membuat skeletal guardian berteriak dan perlahan hilang musnah sama seperti lainnya.

"Hampir saja, yang tadi itu begitu kritis ya," kataku menghampiri Riona.

"Ya sedikit susah tapi masih bisa diatasi. Terlebih lagi jika kamu lebih ada kemampuan. Tapi hitung-hitung ini latihan buatku juga," sindir Riona sambil menyimpan senjatanya.

Aku melihat Riona yang tubuhnya terlihat banyak bekas sabetan, satu hal yang menarik pakaian pelindungnya yang sangat minimalis itu masih utuh. Tidak mungkin ini karena monster yang tahu sopan santun menghindari hal itu. Pakaianku sendiri sudah berantakan walaupun bagian terpentingku masih terlindungi.

"Itu, bajumu istimewa masih utuh," kataku menunjuknya.

Riona melihat dirinya yang tegap seperti belum mengalami pertempuran sama sekali. Ia menepuk dirinya dengan bangga,

"Ini pakaian buatan rasku. Kuat, elastis dan dari segi artistik sangat indah," katanya sambil memperlihatkan bagian-bagian pakaiannya.

Aku tersadar, pakaian yang dikenakannya tetap fit walaupun dia saat ini sedang dalam kondisi menggunakan skill growth.

"Apa mungkin pakaian ini dikhususkan untum mengantisipasi skill growth kalian? Maksudku ras Valtar?"

"Hah kamu baru sadar sekarang? Kalau kami menggunakan pakaian buatan ras lain, sudsh pasti saat kami mengaktifkan skill growth bisa-bisa kami pulang dalam keadaan pakaian rusak terus bahkan mungkin telanjang. Ini dibuat dari bahan yang tumbuh di daerah kami, dan dijahit oleh penjahit profesional."

Aku mengelilingi dan mengagumi pakaiannya, pasti harganya mahal.

"Pasti mahal ya?" tanyaki penasaran.

"Sangat mahal, ini hadiah dari orang tuaku. Jenis standar tapi cukup untuk diriku saat ini," kata Riona sambil melihat kejauhan.

Walaupun kutahu yang bisa dilihat disini hanya dinding batu ruangan ini. Tapi aku tidak ingin menganggu imajinasinya.

"Oh ya, kamu mendapatkan skill baru, bagaimana skill tersembunyimu itu?" tanyaku penasaran.

Riona tersentak, ia belum mengeceknya. Sedikit gerakan tangan di udara ke kanan kiri, dan selesai.

"Jadi?"

"Hah, aku dapat 2 skill menarik."

"Ya aku tahu ada 2. Aku bisa melihatnya saat kamu naik level. Informasi kita saling terkoneksi karena grup. Jadi?"

"Namanya skill tersembunyi, artinya tidak boleh sembarang diberitahukan," tolak Riona.

"Tapi kita kan saat ini dalam situasi satu grup. Kalau aku tahu skillmu mungkin bisa mengatur taktik lebih baik," rayuku.

Riona melihatku dengan menyelidiki.

"Ga," tolaknya singkat.

"Paling tidak beri sedikit gambaran. Habis ini mungkin kita akan menghadapi bos labirin ini. Aku perlu tahu apakah kita punya kemampuan untuk menang? Mengingat kita cukup kewalahan barusan."

"Ya dan salah siapa itu?"

Aku tersudut, karena merasa menjadi biang kerok. Labirin sihir ini dibuat untuk grup, walaupun dikatakan mudah namun kalau level rendah tetap saja susah apalagi saat ini bisa dianggpap Riona hanya berjuang sendiri. Hampir seperti itu, tidak banyak sumbangsih yang bisa kulakukan selain memancing monster seperti tadi.

"Hei aku sudah menjadi pengalih perhatian agar kamu bisa menyelesaikan bagianmu. Dan aku berkorban banyak pot hp untuk itu," jawabku jujur.

"Hmm ya kamu cukup berguna sebagai timbal. Ok nanti lakukan lagi ya," balas Riona.

"Errr."

Ha ha ha, jangan khawatir Aran, aku hanya setengah bercanda. Tapi sepertinya kamu cukup ahli di bidang itu."

Aku harus berusaha lebih berguna agar tidak hanya berperan sebagai sansak hidup. Skill barrier sedikit menambah daya tahan, butuh mana cukup besar dan waktu saat merapalnya. Kurang efektif jika harus menggunakanya saat terjadi pertempuran.

Aku tertunduk, berpikir job classku ini sebenarnya buat apa? Mungkinkah aku salah mengambil skill?

"Hei jangan begitu. Kamu sendiri juga tidak mengatkan skill yang barusan kamu dapat. Dan aku tidak memaksa untuk tahu juga kan?"

"Masalahnya bukan aku tidak mau berbagi, tapi aku tidak mendapatkannya," jawabku pelan.

"Bagaimana mungkin? Bukankah level 5 adalah perhentian pertama, selalu ada skill tersembunyi yang muncul? Kecuali... "

"Kamu tahu alasannya kenapa tidak ada?"

"Sebentar... Aku ingat-ingat dulu," katanya memutar otaknya, mencarinya, "Asal kamu tahu aku bukannya bodoh, tapi hanya tidak tertarik dengan ilmu teori saja."

Aku mengangguk 2 kali meyakinkan dia kalau aku sama sekali tidak menuduh hal itu.

"Ah iya, kalau tidak salah biasanya petualang yang salah mengambil skill, ia tidak bisa membuka syarat untuk skill itu. Tapi jangan khawatir, kamu masih ada level selanjutnya mengatur poinmu dengan lebih teratur."

"Semoga saja," jawabku datar.

Ini sebenarnya sudah diingatkan oleh Elise, tapi aku tidak menyangka akan fatal begini. Ya aku masih ada skill poin yang tidak terpakai, lebih baik kusimpan dan mencari tahu apa yang perlu kuambil.

"Pertama adalah skill 'Valtar Pride' untuk menyembunyikan status pasif dan juga memberi tambahan regenerasi mana. Kedua adalah skill 'Red Will', buff yang menghabiskan semua manaku untuk memperkuat diri. Bisa kukatakan skill kedua ini untuk kondisi darurat karena ada penalti yang fatal dan tidak bisa selalu digunakan," jelas Riona.

"Ok hanya itu yang bisa kukatakan, karena kita adalah partner saat ini. Bukan karena aku mengasihani kamu yang tidak dapat skill tersembunyi," tambahnya dengan sangat jelas.

Bibirku sedikit naik saat mendengarkannya. Dipercaya itu lebih baik daripada dikasihani. Begitu mendengar penjelasannya, kini aku sadar kalau status growth yang biasa terlihat sekarang tidak ada, dan mananya juga tidak mengalami penurunan.

"Lebih baik kita teruskan, kemampuanmu sudah naik drastis seharusnya bos labirin ini pun tidak menjadi masalah," kataku.

"Kalau hanya melawan 1 monster, itu akan sangat mudah daripada melawan banyak. Karena aku tidak perlu fokus melindungimu, hanya perlu menghajarnya," kata Riona tersenyum.

Ok ok, aku mengerti. Tapi yang dikatakannya tidak salah. Kami berjalan menyelusuri lorong yang diujungnya kami menemukan pintu besar yang berukir tengkorak.

"Oh, aku bisa merasakannya, bos labirin ini ada di dalam, bersiaplah, Aran!"

Seperti biasa belum sempat aku merespon, Riona langsung membuka pintu. Aura kental berwarna gelap mengalir keluar disusul dengan geraman keras memberi tanda perang. Aku mengikuti Riona memasuki ruangan itu.

Blam

Pintu itu tertutup kembali.

Kami beruntung ruangan bos hanya berisi 1 monster, bos labirin ini. Labirin pemula memang sangat berbaik hati. Sosok skeletal yang lebih besar menghadang kami, tubuhnya sekitar 1.5 kalilipat dari skeletal lainnya. Ia menggunakan baju tempur jauh lebih lengkap, hampir menutupi seluruh bagian tubuhnya, atau tulangnya yang putih cemerlang. Walaupun tulangnya terlihat putih, tapi aura pekat yang berwarna gelap keluar mengelilinginya.

Skeletal General Lvl -

HP : - ; MP: -

Str : -

Vit : 25

Res : 10

Int : 10

Wis : 5

Luck : 0

Skill : -

Sebagian atributnya tidak ketahuan, monster level bos labirin memang beda. Ya kalau aku punya skill memadai, mungkin aku bisa melihatnya.

"Kamu bisa melihat atributnya?"

"Hanya sebagian, yang terpenting vitalitynya tidak terlalu tinggi. Cukup buatku," balas Riona langsung menerjang maju.

Skeletal general menggunakan kapak besar, ia tidak berdiam diri saja melihat Riona yang berusaha menebasnya. Dentingan senjata beradu terdengar menutupi ruangan ini.

"Baiklah, kita jalankan strategi A," teriakku mengambil posisi jauh di belakang.

"Apa itu strategi A?" tanya Riona berbalik ke arahku karena penasaran.

Skeletal General tidak menyia-nyiakan kesempatan langsung merapal skill miliknya. Cahaya ungu kegelapan menutupi kapak besarnya kemudian dengan suara berat menggeram.

Dark Purge!

"Belakang!" Teriakku memperingati Riona.

Kapak itu membuat seolah membesar dan terus membesar sampai menghancurkan atap ruangan ini. Sesaat kemudian yang bisa kulihat hanya tebaran batu yang hancur akibat badai ayunan kapak berwarna ungu gelap yang diarahkan ke Riona.

Riona tidak sempat menghindar, jadi satu-satunya pilihannya adalah bertahan dengan halberd miliknya. Aku yang dalam kondisi sangat aman, seharusnya karena di belakang Riona juga terkena sedikit efek karena pecahan batu, mungkin aku kurang jauh tapi ini sudah mentok dengan dinding ruangan ini. Mungkin aku perlu keluar dari ruangan ini, lebih aman.

Ledakan serangan skeletak general itu berakhir. Riona tidak mengalami luka fatal tapi efek serangan itu membuat tangan Riona yang menggenggam halberd sedikit kebas.

"Lumayan, Aran beri aku perlindungan," Kata Riona yang menoleh ke arahku.

"Apa yang kamu lakukan!"

Ia melihatku persis saat aku berusaha membuka pintu masuk.

"Mencari tempat aman?"

Skeletal General tidak diam saja menonton drama kami, ia tetap menyerang Riona dengan buas dan saat bersamaan ia melempar sesuatu padaku.

Tulang belulang yang meluncur keluar dari bagian tubuhnya meluncur tajam membuatku terpaksa mengurungkan niatku mencari tempat lebih aman. Tulang itu sanggup membuat lobang di dinding batu, jadi aku tidak bisa membayangkannya kalau aku terkena tanpa perlindungan.

"Aku ini netral, kenapa menyerangku?!" protesku.

"Kamu bodoh ya?" jawab Riona sambil mendorong mundur skeletal general.

"Hentikan tingkah bodohmu, segera bantu aku," tambahnya.

Aku melempar bola api, tapi tentu saja skeletal itu hanya tertawa geli saat seranganku mengenainya.

"Maksudku bantu dengan skill perlindunganmu, walaupun lemah itu paling tidak memberi perlindungan tambahan," kata Riona meralat maksudnya.

Aku mengangguk dan segera merapal skill perlindungan barier, memberi pertahanan tambahan pada kami.

Riona melompat dan langsung mengayunkan halberd miliknya saat mendapatkan perlindungan. Serangan itu cukup sukses membuat skeletal general mengerang kesakitan, namun ia tidak diam saja, segera serangan balasan ia lancarkan. Untung saja karena diriku, serangan itu hanya menyentuh barier dan memusnahkan perlindungan sekali pakai itu dan butuh waktu lama lagi, baru aku bisa merapalnya.

Riona masuk menambil posisi, memutar tubuhnya sampai maksimal. Aku tahu dia ingin menggunakan skill tornado.

"Tornado!"

Putaran halberd itu membuat skeletal general terhempas dan menghancurkan dinding yang menahannya. Daya rusak ini lebih dahsyat daripada sebelumnya. Mungkin karena str Riona yang meningkat, atau Riona meningkatkan level dari skill tornado, yang pasti aku bisa melihat bekas goresan yang lebih besar tertinggak di tubuh Skeletal general, namun itu belum membuatnya musnah.

"Terus tekan dia!"

"Aku tahu, tidak perlu kamu katakan."

Riona bergerak maju, seperti melompat kecil dengan satu tarikan napas ia sudsh berada di depan skeletal general yang masih mengerang kesakitan.

Mata tombak halberd milik Riona menyala merah terang. Bahunya ditarik kebelakang, dengan kedua kaki sebagai poros penahan, Riona merapal skill yang baru kali ini aku lihat. Tombak halbertnya berputar lurus menusuk lurus.

"Soul Piercer!"

Penusuk roh yang mampu mengkoyak tubuh manusia, benar nama yang cocok untuk skill ini. Dentuman akibat skill ini membuat batu dinding rusak menimbulkan debu yang menutup pandangan mata.

Riona menarik halberdnya dan melomoat mundur, menarik napas. Serangan beruntu tadi membuat staminanya terkuras. Napasnya memburu, keringat membasahi tubuhnya. Ia terlihat seksi... Hei apa yang kupikirkan, ini bukan waktunya berpikir mesum. Ya kalau waktu lain akan kupertimbangkan.

Aku berjalan mendekati Riona.

"Ternyata mudah ya?"

"Bodoh, jangan mendekat!"

Cahaya kecil muncul dibalik debu. Mata skeletal general bercahaya, dengan sebuah hentakan ia langsung memusnahkan debu yang menutupi dirinya.

High Calcium

Str +25

Vit +25

Hp Heal 50%

3 menit

Ok ini seharusnya sudah kuduga. Diakan bosnya para skeletal sewajarnya juga ada skill yang lebih kuat, tapi ini rasanya keterlaluan. Kuharap dia hanya bisa menggunakan skill ini sekali.

"Baiklah, kuserahkan padamu," kataku segera lari mundur berusah membuka pintu tapi gagal, pintu ini tertutup erat. Terkunci karena melawan bos atau tenagaku yang tidak cukup?

"Kenapa kamu tidak menyerangnya langsung?"

Riona melotot padaku.

"Kamu kira gampang melakukan serangan dan bertahan secara terus menerus? Kamu lakukan sendiri saja," gerutu Riona.

Skeletal yang sudah mendapat power up bergerak maju pada saat Riona memarahiku. Seranganya sukses melukai Riona, padahal itu hanya ayunan kapak biasa.

"Fokus Riona, jangan pikir yang lain dulu," saranku.

Riona kembali melirik tajam, namun ia tidak bisa berlama-lama meliriku, karena Skeletal General kembali menyerangnya dan itu membuatnya harus memilih prioritas utama bertahan.

Tenaga fisik yang bertambah membuat Riona kewalahan menghadapi serangan kapak. Sebuah ayunan terasa jauh lebih berat dan bertenaga membuatnya selalu terhempas dan pegangannya senjatanya terlepas.

"Jangan ditahan, cobalah menghindar. Lari mungkin," saranku, "tapi jangan lari ke arahku."

Riona tidak lagi melirik marah, ia tidak sempat. Aku berpikir apa yang bisa kulakukan untuk membantunya. Serangan biasa saja membuat Riona kewalahan, kalau skeletal general itu mengaktifkan skill serangan seperti saat awal, mungkin kami sudah habis.

Sepertinya Skeletal General membaca pikiranku, aura ungu kegelapan muncul di sekitar kapaknya yang kemudian membesar.

Dark Purge!

Ayunan membabi buta kapak yang membesar itu siap memusnahkan semua yang ditebas. Riona tidak diam begitu saja kali ini, ia kembali menggunakan skill berputar yang dia banggakan. Terima kasih karena sudah naik level sebelumnya dan kemampuan pasifnya yang baru membuatnya mampu mengeluarkan skill ini 2 kali ditambah dengan skill barunya tanpa menggunakan pot regenerasi mana.

Kekacauan melawan badai. Dari mataku yang awam saja bisa tahu kalau Riona terdesak, karena pecahan batu akibat serangan Skeletal General makin lama makin banyak yang menghampiriku.

Aku bereaksi dengan menggunakan skill barier saat sudah bisa digunakan lagi. Ini cukup membantuku dalam bertahan, dan sampingannya juga mampu membuat Riona tahan lebih lama dalam pusaran kekacauan

Blar!

Dentuman keras disusul dengan tubuh Riona yang mendarat tepat di hadapanku. Kutangkap dengan gembira. Namun rasa senang saja tidak membantu banyak karena kami terus terdorong dan akhirnya berhenti saat menghantam dinding ruangan. Punggungku rasanya sakit sekali, tapi wajahku menyentuh sesuatu yang bulat, besar, agak keras tapi juga terasa empuknya.

Tanganku secara reflek bergerak buat merasakan sensasi nyaman itu.

"Hei hentikan meremas bokongku," protes Riona langsung melompat berdiri walaupun tubuhnya penuh luka.

"Itu kecelakaan, tapi mungkin juga bukan," Jawabku dengan mulut melebar dan mata mencekung.

"Pria sejati itu tidak cengengesan seperti kamu," kata Riona sambil membuang muka.

Terlalu jujur, mungkin tidak baik. Apalagi jika menghadapi wanita. Itu perlu kuingat. Tapi singkirkan dulu soal itu, ada situasi yang lebih genting.

Riona segera mengeluarkan pot Hp miliknya.

"Hei tengkorak, bukan kamu saja yang bisa menyembuhkan diri," Teriakku menantang.

Tentu saja aku melakukan hal itu setelah melihat kondisi Skeletal General yang juga terluka akibat benturan tadi. Mungkin dari segi daya rusak serangan Skeletal General lebih kuat dan kami mengalmi luka lebih besar, tapi terima kasih karena pot Hp memberi bantuan besar memulihkan kondisi kami. Tidak sempurna tapi jauh lebih baik. Sementara itu kulihat status Skeletal General, High Calcium mulai berkedip-kedip tandanya efek buffnya mulai habis.

"Kita beruntung hanya perlu melawan 1 monster," kata Riona bergerak maju. Ia akan menyelesaikan labirin ini dengan serangan penghabisan.

Namun tidak semudah yang dipikirkan, karena Riona sendiri sudah kehabisan mana, walaupun masih bisa mempertahanakn kondisi growth tapi ia sudah tidak bisa mengeluarkan skill serangan seperti tornado ataupun Soul Piercer. Jadi kini hanya tinggal serangan biasa yang saling berhadapan.

Aku juga membantu sebisaku dengan fireball, bola api. Jarak jauh, lebih aman. Ledakan kecil yang seharusnya, mungkin, sepertinya bisa menghancurkan tembok batu, memang tidak berguna. Mungkin yang dirasakan oleh monster itu hanya sentuhan lembut api yang menghangatkan tubuh. Aku bisa melihat senyumnya, ia mengejek seranganku.

"Oh kamu merasa hebat? Kamu akan merasakan balasannya... Dari dia," tunjukku pada Riona.

Skeletal itu menoleh padaku. Hanya sesaat, namun waktu sesaat itu saja yang diperlukan Riona untuk melakukan serangan penghabisan. Teriakan perang ras Valtar terdengar memenuhi ruangan bersamaan dengan suara tebasan yang merobek tubuh Skeletal General.

Riona mendarat dengan sempurna setelah menyelesaikan tebasan terakhirnya yang memanfaatkan gravitasi.

Skeletal General itu perlahan lenyap meninggalkan beberapa pot Hp,pot Mana dan sebuah baju pertahanan 'Skelet Armor'.

"Akhirnya selesai juga. Taktikmu memancing perhatiannya sekali lagi sukses. Mungkin kamu ditakdirkan sebagai pengalih perhatian profesional," kata Riona, sebuah pujian atau ejekan?

"Ya aku hanya melakukan yang aku bisa. semua berjalan sesuai rencana."

Riona hanya melihatku kemudian mengulas sebuah senyuman di wajahnya, "Ya aku percaya itu."

"Hei aku serius."

"Aku percaya, bukankah aku berkata begitu?"

Aku menghela napas.

"Jadi bagaimana dengan baju pertahanan ini?"

"Ambil saja, ingat aku perlu baju pertahanan khusus bangsa Valtar. Itu bagianmu. Lagipula pakaianmu sudah tidak layak pakai," jelas Riona sambil memperhatikanku.

Sejak pertarungan terakhir dengan gerombolan skeletal guardian dan knight itu pakaianku sudah compang-camping.

Untung saja kali ini aku tidak mendapat serangan berarti.

"Baiklah, terima kasih" kataku kemudian langsung memakainya.

"Hei apa yang kamu lakukan?!"

"Aku hanya mau mengganti pakaianku."

"Terus kenapa kamu harus membuka celanamu?"

Aku melihat diriku, ya celanaku juga sudah rusak berat tapi belum ada gantinya. Kebiasaan kalau mengganti pakaian.

"Maaf, reflek saja," kataku segera menaikan kembali celanaku dan menyelesaikan pergantian baju pertahananku.

Tapi reaksinya tadi, ternyata dia ada malu juga. Padahal selama ini pakaiannya terbilang sangat minimalis memperlihatkan banyak keindahan tubuh manusia.

Riona mengambil pot Hp dan Mp. Ia memulihkan kondisi tubuhnya sampai penuh.

"Apa?"

"Ah tidak, bukankah itu pemborosan? Lebih baik disimpan bukan? Lagian kita sudah menyelesaikan labirin ini."

"Sudah kukatakan aku perlu mana untuk menjaga kondisi tubuhku."

"Ah ya, 'kondisi'."

Aku mengerti maksudnya untuk menjaga penampilannya.

"Kenapa harus menghabiskan pot HP juga?"

"Sebagai petualang kamu harus siap menghadapi selama memungkinkan. Kita tidak tahu apa yang menunggu setelah ini."

Ya kita tidak akan tahu apa yang menunggu kta di luar. Mungkin saja tiba-tiba pasukan negaravlain menyerang dan sudah menguadai labirin ini, atau tiba-tiba ada pasukan iblis yang mengintai diluar. Tapi kuharap semua itu hanya pikiran negatifku saja, ini kan kota pemula yang aman jauh di dalam wilayah negara merdeka. Tapi untuk jaga-jaga sebaiknya aku juga memulihkan kondisi HP.

Aku melihat sekeliling ruangan ini, ruangam kosong. Aku mencari peti harta yang dikatakan oleh penjaga labirin, tapi sejauh mataku memandang, aku tidak bisa menemukannya.

"Mana peti hartanya?"

Riona juga baru menyadari, kalau mereka belum mendapat hadiah dari penyelesaian labirin. Seharusnya ada peti harta yang muncul.

"Jangan bilang kalau hadiahnya hanya baju armor tadi dan beberapa pot itu?"

"Seharusnya gak. Mungkin perlu waktu agar labirin ini mencari harta tersisa," candaku.

Riona mengedarkan pandangannya kembali meneliti semua titik ruangan yang mungkin terlewati.

"Bahkan teleportasi buat kembali ke pintu masuk juga tidak ada," kata Riona mulai bertanya-tanya.

"Sebentar coba aku cek buku panduan pemula... Ya disini dikatakan seharusnya akan muncul lingkaran teleportasi,"

Gantian aku mencarinya tapi juga tidak menemukannya,"Hmm, mungkin tadi itu bukan bos? Tapi seharusnya bos labirin ini kan Skeletal general? Ya kemungkinan lain sih Triple Horn Tauros."

Suasana hening...

"Ehhh Riona, apa mungkin dalam labirin, kita menghadapi 2 bos sekaligus?"

"Hah? Aku tidak tahu, aku kan juga pemula. Sebentar kamu tidak berpikir..."

Perlahan, seisi ruangan terasap bergoncang ringan. Sebuah lingkaran sihir berdiameter 2 meter muncul di ujung ruangan tempat dimana Skeletal General pertama kali terlihat.

"Akhirnya itu lingkaran teleportasi kita," kataku.

Aku langsung berlari kecil ingin mencobanya. Tidak ada bos kedua, itu hanya pemikiran yang buruk.

Suara raungan muncul, bergema di dalam ruangan kecil ini. 3 benda bulat, ujung yang runcing muncul perlahan dari lingkaran sihir itu.

"Groar!!"

Sosok yang kukenal seperti sapi, berdiri dengan 4 kakinya yang besar. Tubuhnya berwarna coklat gelap, penuh otot dan lapisan kulit yang keras seperti perisai. Hidungnya yang besar menghembuskan asap berwarna putih berulang-ulang seperti sedang memanaskan mesin tempur. 3 tanduk, 2 berada di sisi kanan dan kiri. Dan tanduk yang lebih panjang muncul dari dahinya, menjulang lebih panjang dari kedua tanduk yang lain.

Triple Horn Tauros Lvl -

HP : - ; MP: -

Str : 125

Vit : -

Res : -

Int : 5

Wis : 5

Luck : 0

Skill : -

"Kita beruntung?"