webnovel

Cuek

Alesya berjalan bersama kedua temannya menuju barisan kelompok mereka. Sesekali Mikala dan Amanda memekik lebay kala melihat laki-laki tampan seangkatannya dari fakultas teknik. Namun tidak dengan Alesya yang sedari tadi senyum-senyum sendiri mengingat kejadian semalam.

"Mik, Sya liat cowo yang duduk di bawah pohon itu tuh ganteng banget gila," pekik Amanda seraya menunjuk seorang laki-laki berbadan kekar yang tengah berbincang dengan temannya.

"Masya Allah, nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan. Ga nyesel gue daftar di kampus ini cowok nya ganteng-ganteng euy. Apalagi anak fakultas teknik gila kece-kece parah," ucap Mikala berlebihan.

"Iya pokoknya nanti gue harus bisa dapetin salah satu anak teknik," khayal Amanda tanpa mengalihkan pandangannya dari segerombolan mahasiwa baru dari fakultas teknik.

"Alah gaya banget omongan lo. Dulu suka sama kak Galih aja lo cupu banget kalo ketemu salting mulu, ini malah sok sok an mau deketin anak teknik yang tampangnya sangar gitu ga percaya gue," ejek Mikala kepada Amanda.

"Ngeremehin gue banget sih lo, liat aja nanti. Btw, Sya lo napa senyam-senyum mulu dah dari tadi. Kesambet lo?" tanya Amanda namun tak mendapat jawaban dari Alesya dan gadis itu masih senyum-senyum sendiri.

Melihat Alesya seperti orang kerasukan, membuat kedua gadis di sampingnya itu bergidik ngeri. Kemudian Mikala menjambak rambut Alesya sehingga membuat kunciran rambut nya terlepas dan membuat sang empunya terpekik kaget.

"Aw gila lo berdua apa-apaan jambak rambut gue. Duh lepas kan ini kucirannya jadi ga rapi lagi ah lo sih," omel Alesya kemudian membenarkan kuciran rambut nya yang sekarang sudah tidak serapi tadi.

"Ya maap, lagian lo ngapain ngalamun sambil senyum-senyum sendiri kan kita takutnya lo kerasukan," ucap Mikala dan disusul anggukan dari Amanda.

Alesya kemudian mengembangkan senyumnya lagi kala mengingat kejadian semalam. Ia terlampau senang sampai sahabatnya mengira bahwa ia kerasukan karena terlalu banyak tersenyum.

"Idih udah ga waras temen lo, Mik. Dah yok tinggal aja takut gue jadinya," ajak Amanda setelah melihat Alesya yang semakin senyum-senyum tidak jelas.

"Heh, tungguin gue!" teriak Alesya yang membuat beberapa mahasiswa baru di sekitarnya menatapnya, namun Alesya tak peduli itu.

"Lo pada jahat banget sih gue ditinggalin," ucap Alesya setelah berhasil mensejajarkan langkahnya dengan kedua temannya.

"Lagian lo kek orang kesurupan senyum mulu ga jelas. Gue kan takut," jawab Amanda santai.

"Gue tuh masih bahagiaaa banget tau ga," curhat Alesya kepada kedua temannya.

"Bahagia karena apaan? Abis dapet jackpot?" tanya Mikala menebak.

"Ish bukan. Ini mah bahagianya melebih dapet jackpot." jawab Alesya tanpa menghilangkan senyumnya.

"Yaudah apaan cerita dong," tagih Amanda tak sabaran.

"Jadi, semalem gue tuh abis jalan sama Akala. Gila seneng banget gue akhirnya setelah satu bulan lebih dia ga ada kabar, bahkan ga pernah ketemu akhirnya tadi malem dia ke rumah gue dong ngajak jalan. Mungkin kemarin jadi hari paling bahagia gue tahun ini," curhat Alesya dengan antusias.

"Kok bisa dia tiba-tiba ke rumah lo? Emang ga sibuk rapat lagi dia? Kan rapat tuh udah jadi bagian hidupnya kali," respon Mikala setengah menyindir Akala.

"Ya mana gue tau. Gue juga gamau tau sih kenapa dia ga rapat, yang penting gue bisa jalan sama dia dan habisin waktu berdua sama dia walau cuma sebentar."

Yaudah iya deh yang ga jomblo mah beda," ucap Amanda yang di iya kan oleh Mikala.

"Syirik aja lo berdua. Udah yok ah jalannya yang cepet ini udah pada kumpul," ajak Alesya.

***

Seperti biasa, setelah selesai kegiatan ospek, Alesya beserta kedua temannya berkumpul terlebih dahulu bersama kelompok mereka dan kakak pembimbingnya, Fania.

Kini mereka berkumpul di taman yang ada di depan gedung FEB. Mereka duduk melingkar diatas rerumputan yang terlihat bersih dan terawat.

Pandangan Alesya mengedar seakan-akan mencari seseorang. Matanya terpaku kala melihat seorang laki-laki dengan tubuh jangkungnya serta almamater merah maroon kebanggannya yang selalu ia kenakan, tengah mengobrol bersama seorang gadis yang Alesya duga bahwa gadis itu salah satu anggota BEM juga. Mereka terlihat akrab dan sesekali bercanda.

Amanda mengikuti pandangan Alesya kemudian mengernyitkan dahinya, "Eh gue kok kayak pernah liat cewek yang ngobrol sama kak Akala itu ya, Sya," celetuk Amanda tanpa mengalihkan pandangannya dari lawan bicara Akala saat itu.

"Siapa? Lo kenal, Man?" tanya Alesya heran.

"Iya gue pernah liat tapi kapan yaa lupa gue. Kek ga asing gitu sama cewek itu tapi lupa," ucap Amanda yang membuat Alesya menghembuskan nafasnya kesal.

"Halah palingan juga liat kemarin pas awal ospek kan? Kalo gitu mah gue juga pernah liat cewe itu. Ngadi-ngadi mulu si Manda," cibir Mikala.

"Heh beneran tau gue kek pernah liat dia tapi lupa kapan," kekeh Amanda.

"Amanda, Mikala! Jangan ngobrol sendiri. Hargai yang sedang berbicara disini!" tegur Fania yang hanya dijawab cengiran oleh mereka berdua.

"Hehe maaf kak," jawab Amanda dan Mikala bersamaan.

Setelah berkumpul untuk membahas ospek hari ketiga dimana besok adalah hari terakhir ospek, Alesya dan kedua temannya memutuskan untuk singgah di kantin Fakultas mereka terlebih dahulu.

Kini mereka memilih duduk di bangku pojok sendiri dan dekat dengan kipas angin seraya meminum jus yang mereka pesan.

"Kok chat gue ga dibales ya sama Akala, padahal online," celetuk Alesya seraya memainkan ponselnya.

"Yaelah masih aja ni bocah. Anak BEM pasti masih pada rapat ini. Lo kek ga tau kak Akala aja sih hidupnya kan rapat mulu," ucap Amanda yang semakin kesal melihat tingkah temannya yang terlalu berharap kepada Akala yang sudah jelas jelas cowok itu ga pernah ada waktu untuknya.

"Bener kata Manda. Lo gausah terlalu overthinking gitu lah. Udah percaya aja sama kak Akala kalo dia tuh ga bakal macem-macem di belakang lo," ucap Mikala seraya mengaduk jus nya.

"Tapi kan gue ga bisa diginiin, Mik. Gue kan juga pengen chatan kayak orang-orang pacaran," keluh Alesya.

"Kek anak kecil aja lo. Ini kan resiko lo lah pacaran sama ketua BEM," ketus Amanda.

"Udahlah mendingan pulang aja yok dah pengen mandi gue," sambung Amanda.

Ketika mereka bertiga keluar dari pintu kantin, mereka tak sengaja berpapasan dengan Akala, Galih dan Darel dengan tas yang disampirkan di pundaknya masing-masing dan berjalan kearah parkiran.

"Akala!" panggil Alesya antusias kala ia berpapasan dengan kekasihnya itu.

Namun Akala tak menjawab panggilan gadis itu dan justru berjalan begitu saja melewati Alesya.

Alesya memandang tak percaya kearah Akala yang perlahan sudah menjauh.

Tak hanya Alesya, bahkan kedua temannya sekaligus kedua sahabat Akala pun ikut memandang tak percaya kearah Akala yang melewati kekasihnya begitu saja.

Beberapa mahasiswa disana pun menertawakan Alesya yang tak dipedulikan oleh ketua BEM itu.

"Maafin Akala ya, mungkin dia buru-buru soalnya habis ini masih ada urusan. Jangan diambil hati ya," ucap Galih merasa tak enak kala melihat mata Alesya yang berkaca-kaca.

"Gapapa kok kak," jawab Alesya dengan senyum yang dipaksakan.

"Yaudah kita duluan yaa, yuk Rel," pamit Galih kemudian berjalan menjauhi ketiga gadis yang ada disana.

"Makanya gausah sok kecantikan lo bitch! Mana yang katanya pacarnya kak Akala? Cih halu banget lo orang kak Akala aja ga kenal sama lo," ucap seorang perempuan berkacamata yang tiba-tiba sudah ada di samping mereka.

"Heh dugong! berani-berani nya lo ngatain temen gue bitch! Lagian lo kek setan aja tiba-tiba nongol. Oh iyaa lo kan iblis ya," jawab Amanda tak terima.

"Gue gaada urusan ya sama lo," ucap gadis berkacamata itu seraya menunjuk kearah wajah Amanda.

"Udah-udah, Man orang kek gitu gausah diurusin buang-buang waktu. Mending pulang aja yok," ajak Alesya yang saat itu mood nya sedang tidak bagus, apalagi untuk melayani omongan gadis berkacamata di sampingnya itu.

Ketiga gadis itu berjalan menjauhi gadis berkacamata tadi yang kini sedang berdecak kesal.

"Tuh cewek siapa sih sok kecantikan banget," celetuk Amanda sebal.

"Tau tuh dari kemarin kek nya cari gara-gara mulu sama si Alesya. Tapi kayaknya dia satu jurusan deh sama kita kan kemarin tuh cewek baris di samping Alesya," jawab Mikala.

"Bodoamat dah mau dia sejurusan kek, atau mau tuh cewek jurusan sastra sekalipun ga peduli gue. Btw lo diem mulu deh Sya, masih keinget kelakuan kak Akala tadi?" tanya Amanda ketika menyadari bahwa gadis di sampingnya itu tak membuka suaranya dari tadi.

"Gue tuh bingung, Man. Sebenernya gue tuh dianggap apa sih sama Akala?" tanya Alesya.

"Udah lah positive thinking aja mungkin tadi kak Akala sibuk banget masih ada urusan lain jadi buru-buru. Mungkin aja kan kalo dia nengok terus berhenti dulu disitu yang ada malah lo tahan-tahan pasti ga boleh pergi. Makanya dia ga nengok tuh ya mungkin buru-buru banget," jawab Mikala menenangkan. Memang diantara mereka bertiga, hanya Mikala lah yang paling bijak.

"Nah tuh bener kata si Mika. Dah percaya aja sama kak Akala kalo dia tuh ga mungkin macem-macem di belakang lo. Percaya aja okeyy?" tambah Amanda.

"Iya deh gue percaya. Btw dia kan jurusan arsitektur terus tadi dia ngapain ya ke gedung FEB," tanya Alesya heran.

"Ya kali aja mau nemuin temennya kan? tadi kan kak Akala dateng sama kak Galih sama kak Darel juga," jawab Mikala menebak.

"Tapi kan kak Galih sama kak Darel bukan dari FEB sih," heran Alesya.

"Mungkin kak Satya. Dia kan satu fakultas sama kita jurusan manajemen. Udah lah gausah dipikirin mendingan kita pulang," ucap Amanda ketika mereka sudah sampai di depan mobil putih milik Mikala dan beberapa detik kemudian mobil itu sudah melesat meninggalkan lapangan parkiran FEB yang sudah sepi.