V
errel tengah melakukan meeting bersama Caren dan Aditya mengenai proyek mereka. Hingga sebuah dering handphone menghentikan aktivitas mereka. Caren terlihat tak nyaman dan berkali-kali merijectnya. Verrel melirik Caren dengan tanda tanya, apalagi keadaannya sedang kalut.
"Angkat saja dulu," ucap Verrel menutup dokumennya membuat Caren tersenyum kecil. Ia beranjak keluar ruangan untuk mengangkat telpon, tanpa ia sadari kalau Verrel mengikutinya karena merasa curiga.
"Hallo Martin, kenapa menggagguku?" ucapan Caren membuat Verrel mengernyitkan dahinya. 'Martin?'
"Iya Martin, kita tidak boleh gegabah. Verrel kelihatannya mulai luluh lagi pada bocah ingusan itu. Buatlah sesuatu yang lebih ekstrem untuk memisahkan mereka."
",,,,," Verrel mengepalkan kedua tangannya dengan emosi.
"Masalah Verrel biar gue handle, tetapi loe tangani Leonna. Kalau perlu loe perkosa dan bunuh dia sesuai perintah om Louis."
"....."
"Cemen amat loe, oke sepakat yah. Kita bunuh dia saat Verrel kembali padanya."
Verrel semakin membelalak lebar mendengarnya. Ia tidak menyangka kalau semua ini jebakan. Dan istrinya tidak bersalah, selama ini Verrel sudah menyakiti Leonna, bahkan sangat menyakitinya dengan kata-kata kasarnya. Ia segera kembali ke tempatnya saat mendengar suara langkah kaki mendekat. Setelah selesai meeting, Verrel diam merenung di dalam ruangannya menatap keluar jendela besar yang memperlihatkan jalanan ibu kota. Tak lama Percy datang, Verrel memang menghubunginya. Verrel langsung menceritakan semuanya pada Percy. Ia curiga Caren dan Martin bersekongkol untuk memisahkan mereka.
Verrel meminta seseorang untuk mencari informasi tentang Caren, Martin dan keluarga mereka. Kali ini Verrel tak akan membiarkan siapapun mencelakai Leonna. Percypun bersedia membantu Verrel menyelidiki semuanya.
Saat ini Verrel tengah duduk di dalam mobilnya menatap ke area kampus Leonna. Ia akan mengawasi Leonna dari jauh. Ia ingin memastikan kalau Leonna baik-baik saja. 'Tidak akan aku biarkan siapapun mencelakai kamu, Delia.' Batin Verrel. Tak lama ia melihat Leonna berlari keluar kampus dan menyetop sebuah taxi yang baru saja melewat. Tanpa pikir panjang lagi Verrel segera mengikutinya.
Leonna terlihat memasuki apartement Martin membuat Verrel mengikutinya. Verrel masih berdiri di luar apartement mendengar teriakan Leonna yang sangat emosi pada Martin, hingga ia mendengar teriakan Leonna. Iapun segera menendang pintu apartement hingga terbuka dan Martin terlihat ingin memperkosa Leonna.
"Keparat!" Verrel membabi buta memukuli Martin. Ia sangat ingin membunuh Martin saat ini juga tetapi Leonna malah menahannya. Akhirnya ia membiarkan Martin lolos walau emosinya masih belum reda.
Saat melihat kedatangan Leon, Verrel beranjak pergi dan meminta seseorang mencari tau informasi tentang Caren dan keluarganya.
Verrel masih duduk di dalam mobilnya saat melihat Leon berlari dengan membopong tubuh Leonna. Karena merasa khawatir, Verrelpun mengikuti mobil Leon.
Mereka sampai di AMI hospital, Verrel melangkahkan kaki lebarnya memasuki rumah sakit dan mengikuti Leon yang membawa Leonna. Verrel berdiri di luar ruangan Chacha yang pintunya tak tertutup rapat. Ia mendengar penuturan Chacha yang mengatakan kalau Leonna sedang hamil. Verrel menatap nanar Leonna dari celah pintu, hatinya terus mengucapkan syukur pada tuhan. Ingin sekali rasanya ia masuk dan memeluk serta mencium Leonna. Membawa Leonna berputar dan tidak berhenti mengucapkan syukur. Tetapi dia harus menahannya karena ucapan Caren tadi. Ia ingin mencari tau dulu apa motif Caren dan Martin. Ia tidak ingin Leonna dan calon bayinya dalam bahaya. 'Bersabarlah sebentar lagi, De.'
Saat ini Verrel bersama Okta dan Percy duduk di ruangan milk Okta yang tertutup dengan beberapa berkas tertata di atas meja kerjanya. Verrel sengaja memanggil mereka berdua karena Verrel yakin mereka mampu membantunya. Awalnya Verrel menjelaskan apa yang dia dengar dari Caren.
"Louis? Siapa dia?" gumam Okta.
Verrel membuka salah satu berkas yang dia bawa, hasil dari informasi yang dia dapatkan dari orang kepercayaannya. "dari hasil penyelidikan Caren mengidap penyakit GID (Gangguan identitas Disosiatif" ucap Verrel, "Dan ini sangatlah berbahaya, dia bisa mencelakakan Leonna kapan saja."
"Gue masih belum paham sebenarnya, Louis itu siapa." Gumam Percy.
"Kita harus menyelidikinya," ucap Okta membuat Verrel mengangguk.
"Gue mendapatkannya dari salah satu dokter keluarga Stafford. Caren sudah lama mengidapnya, dia selalu kabur dari tempat rehabilitas. Dia wanita yang berbahaya. Dia juga membunuh suster dan dokter yang ada di tempat rehabilitas. Gue sungguh tidak menyangka." Ucap verrel membuat Percy membelalak lebar.
"Dan disini juga mengatakan kalau Caren dan Martin adalah sepupuan. Louis adalah pamannya mereka." Terang Verrel membaca berkas itu.
"Ada lagi yang lain?" tanya Okta.
"Ini akta Martin, dia anak dari Axel stafford."
Deg
"Apa Axel?" pekik Okta.
"Om mengenalnya?" tanya Verrel.
"Dia berbahaya, berarti Leonna dalam bahaya Verrel." Ucapan Okta membuat Verrel semakin khawatir.
"Kita harus menyelidiki ini dulu, lebih bagus kita langsung ke Austria mencari tau kebenarannya." Jelas Okta.
"Biar aku yang pergi Om,"
"Loe yakin Per?" tanya Verrel.
"Ya, loe fokus lindungi Leonna dan bayinya." Ucap Percy.
"Leonna hamil," gumam Verrel.
"Apa???" pekik Percy.
"Tadi siang gue memperhatikannya, gue mengikuti dia pergi ke apartement Martin. Sepertinya dia ingin melabrak Martin, tetapi Martin malah kembali ingin melecehkannya. Kalau saja sampai gue telat datang, gue gak tau apa yang akan terjadi dengannya." ucap Verrel menghembuskan nafasnya lelah. "Gue berhasil menjatuhkan Martin, tetapi Leonna menahan gue untuk tidak membunuh keparat itu. Gue pergi saat Leon datang, tetapi saat di parkiran gue melihat Leon menggendong tubuh Leonna. Karena khawatir gue kembali membuntutinya." lanjut Verrel. "Leon membawanya bertemu tante Chacha, dan ternyata Leonna sedang hamil 2 bulan. Gue bahagia, sangat bahagia tetapi disisi lain gue sedih, gue khawatir. Saat ini bukan hanya Leonna yang harus gue lindungi, tetapi juga bayi dalam kandungannya. Caren tak akan segan segan mencelakai mereka berdua."
"Dia terlihat bahagia, dan ingin segera memberitahukannya ke gue. Dia bahkan mengundang semua orangtua untuk makan malam bersama, malam ini hanya untuk memberitahukan kabar gembira itu. Lalu gue harus gimana?"
"Caren akan semakin gencar, apalagi mendengar Leonna tengah hamil. Leonna dalam bahaya." Verrel terlihat kalut dan sangat khawatir.
"Ceraikan dia,"
Deg
"A-apa om?"
"Ceraikan dia Verrel."
"OM!" amuk Verrel. Bagaimana bisa Okta menyuruhnya menceraikan istri yang sangat dia cintai, apalagi dalam keadaan hamil.
"Ini jalan yang terbaik untuk melindunginya." ucap Okta tak kalah tajam
"AKU TIDAK AKAN PERNAH MENCERAIKANNYA!" amuk Verrel beranjak pergi tetapi langkahnya terhenti saat mendengar ucapan Okta.
"Dengan melepaskannya, kau sudah melindunginya. Dia disisimu, tetapi nyawanya akan terancam setiap hari. Pikirkan itu, Verrel. Pikirkan anak dan istrimu, Wanita stress itu akan semakin gencar. Kalau kamu merubah rencana dan menerima Leonna, mereka akan mengubah rencana mereka tanpa kita tau. Bahkan kita belum berhasil mengumpulkan semua informasinya."
"Pikirkan baik-baik Verrel, ini hanya sementara. Mungkin ini tidak bisa di katakan sebagai sebuah permainan, tetapi hanya inilah yang bisa kita lakukan. Jatuhkan talakmu padanya, wanita yang di jatuhkan talak saat hamil, masa idahnya sampai dia melahirkan. Dan masih ada 7 bulan lagi kesempatanmu untuk meminta Leonna rujuk." jelas Okta. "Yang penting kita selesaikan masalah ini."
Okta berjalan ke arah Verrel, dan menepuk pundak lebar Verrel. "Leonna dalam bahaya. Lakukan ini demi melindungi anak dan istrimu. Wanita stress itu bisa melakukan apa saja untuk membunuh Leonna saat kamu lengah. Tetapi kalau kamu terus berada di sisi Caren, secara tidak langsung kamu sudah melindungi Leonna dari wanita stress itu. Dan Martin, itu urusan Datan, Leon, dan Vino. Mereka akan melindungi Leonna, apalagi saat tau Leonna tersakiti oleh kamu, mereka tak mungkin membiarkan Leonna sendirian. Percayalah Verrel, ini adalah jalan yang terbaik."
Verrel menatap Okta yang memasang tatapan seriusnya, sangat jarang sekali omnya yang satu ini menatapnya dengan tajam penuh keseriusan. "Percaya pada om, semuanya akan kembali seperti dulu."
Verrel masih terdiam, matanya terlihat memerah seakan menahan air matanya kebimbangan memenuhi hati Verrel. "Verrel,"
"Baiklah, malam ini aku akan menjatuhkan talak padanya."
Setelah mengatakan itu, Verrel berlalu pergi meninggalkan ruangan Okta. Percy hendak mengejar tetapi di tahan Okta. "Biarkan dulu, dia butuh waktu sendiri."
Dan di sinilah Verrel sekarang, berada di bukit tinggi yang menuju ke puncak. Dia berdiri di ujung bukit yang memperlihatkan ratusan juta rumah penduduk. "Aaaarghhhhhh!" teriak Verrel dan meninju pohon yang berada di sisinya.
"Kenapa harus seperti ini." gumam nya. "AArrrgghtt!! Sialann!!" Teriaknya seakan memaki dirinya sendiri, kenapa takdir dan keadaan mempersulitnya. Verrel kembali teringat ekspresi bahagia Leonna saat mendengar kabar kehamilannya, ia bahkan berharap Verrel memeluk dan membawa tubuhnya berputar. Ia sungguh mengharapkan madu, tetapi Verrel malah akan memberinya sebuah racun mematikan. Tanpa terasa air mata luruh membasahi pipinya.
Bayangan saat dirinya bersikap kasar dan memaki Leonna terbayang begitu saja di dalam benaknya. Betapa kejamnya ia memaki dan menuduh Leonna. "Aku sangat mencintainya tuhan, bahkan melebihi mencintai diriku sendiri. Apa aku harus melepaskannya? Aku tidak bisa menyakiti hatinya lagi tuhan."
"Hikzz....hikzz..." Verrel terduduk dan menangis dalam diam, dia tidak bisa melakukannya. Dia akan menghancurkan kebahagiaan wanita yang sangat dia cintainya. Bagaimana mungkin dia akan melakukannya. "Aku bodoh, dan tak bisa berbuat apapun." isaknya. "Maafkan aku, Delia."