webnovel

17. Vino & Chella - One

Spanyol

Chella baru saja selesai sarapan dan kini tengah duduk di teras rumah tantenya. Chella duduk disana sambil memainkan handphonenya. Seketika terdengar suara mobil yang datang dan itu membuat Chella mengalihkan pandangannya dari handphone ke mobil itu.

"ngapain sih dia kesini pagi-pagi" gerutu Chella dan hendak beranjak memasuki rumah tetapi terlambat karena lengannya sudah di cekal seseorang.

"Chell" ujar seseorang itu yang tak lain adalah Vino

"ada apa sih bang?" Tanya Chella ketus. Chella tak ingin bersikap ketus sebenarnya, tetapi Chella harus bersikap seperti ini agar Vino menjauhinya karena bagaimanapun Vino milik Leonna.

"kenapa ketus sekali sih? Apa salah kalau aku ingin bertemu denganmu" ucap Vino

"bang, Chella mohon jangan ganggu Chella lagi" ujar Michella

"tapi kenapa? Apa salahnya kalau aku ingin berteman denganmu. Walaupun kamu menolak cintaku, tapi bukan berarti kita tidak bisa berteman kan" ucapan Vino membuat Chella terdiam. Bagaimanapun yang di katakan Vino itu benar, tidak seharusnya Chella bersikap berlebihan seperti ini.

"maaf kalau aku memang mengganggu kamu. Tapi sungguh, aku tidak ada niat buruk sama kamu. aku hanya ingin bisa dekat dengan kamu, walaupun kita tak bisa menjadi sepasang kekasih. Tetapi setidaknya, kita bisa dekat sebagai temankan" ucapan Vino membuat Chella menatap mata abu Vino yang tajam.

'apa yang abang katakan benar adanya, tak seharusnya aku bersikap sombong dan berlebihan hanya karena takut menyakiti Leonna. Bukankah sekarang Leonna sudah menikah.' batin Chella

"hey,, kenapa melamun?" Tanya Vino menyadarkan Chella dari lamunannya.

"maaf" cicit Chella seraya melepaskan pegangan Vino. "karena sudah bersikap berlebihan" tambah Chella.

"tidak apa-apa, ini bukan salah kamu. mungkin memang aku yang membuatmu tak nyaman, tapi sungguh aku tidak ada niat jelek padamu. Aku hanya ingin dekat denganmu walau hanya sebagai teman" ucap Vino membuat Chella mengangguk paham.

"kalau begitu masuklah" ucap Chella membuat Vino tersenyum senang.

"wah,, ternyata ada Vino" celetuk Elza saat Vino dan Chella sudah memasuki rumah.

"selamat pagi tante" sapa Vino mencium tangan Elza.

"pagi Vino,, ayo masuk ke dalam" ujar Elza membuat Vino mengangguk.

Vino bersama Chella masuk ke dalam rumah dan bertegur sapa dengan tante, paman, Jack dan juga anak tantenya Chella yang bernama Mike. Mereka mulai berbincang-bincang berbagai hal. Chella melihat Vino yang dengan mudahnya akrab mengobrol dengan yang lain tanpa rasa canggung. Aku hanya memperhatikan mereka dan sesekali Chella mencuri pandang ke Vino. Entah kenapa hatinya terasa bahagia melihat suasana seperti ini. lamunan Chella tersadar saat sang mama duduk di sampingnya.

"biasa saja melihatnya' bisik Elza membuat Chella tersenyum malu. "kasihin minumannya" tambah Elza menyodorkan segelas teh ke tangan Chella dan Chella pun menyuguhkannya ke Vino membuat Vino tersenyum manis dan mengucapkan terima kasih.

Siangnya Vino mengajak Chella pergi ke suatu tempat. Vino mengaja Chella berkeliling Negara Spanyol dan itu membuat Chella sangat bahagia dan sangat excited. Chella bahkan melupakan siapa Vino baginya dan milik siapa Vino. Chella merasa bahagia dan nyaman di samping Vino saat ini.

Vino mengajak Chella ke tempat wisata kapal selam, dimana mereka bisa melihat keindahan dasar lautan dari dalam kapal selam.

"aku takut, abang" ujar Chella berdiri di sisi lautan tepat di depannya adalah pintu masuk kapal selam.

"tenang saja, Chell. Ada abang disini" ucap Vino menggenggam tangan Chella dan menuntut Chella memasuki kapal selam itu. Vino yang lebih dulu masuk dan menuruni tangga diikuti Chella. Vino membimbing Chella untuk duduk di dekat jendela karena kebetulan yang ada disana hanya mereka berdua tak ada pengunjung lainnya.

Perlahan kapal mulai turun ke dasar lautan, membuat Chella spontan memegang lengan Vino dengan erat karena takut. Vino membalas menggengga tangan Chella dan mengusapnya membuat Chella menatap mata abu Vino dengan seksama.

Dug

Suara benturan kecil menyadarkan keduanya dan Chella segera memalingkan pandangannya ke arah jendela kapal yang menampakan lautan luas. Banyak sekali ikan ikan yang berenang mengelilingi kapal selam, hingga kapal selam ini mendekati sebuah bangkai kapal.

"ini adalah bangkai kapal layar yang tenggelam pada tahun 2003 silam" jelas Vino membuat Chella menengok ke arah Vino dan pandangannya kembali menatap bangkai kapal itu.

Vino dengan antusias menjelaskan ke Chella sejarah-sejarah tentang bangkai kapal di hadapannya. Chella dengan excited mendengarkan penjelasan Vino.

"aku sangat excited bang, apalagi membahas tentang mitos dan sejarah. Keren" ucap Chella excited. Vino sangatlah bahagia melihat Chella yang terus tersenyum dan tertawa. Kecantikan Chella seakan terpancar dan membuat Vino tak bisa berkedip menatap wajahnya.

"udahan yah" keluh Chella menyadarkan Vino dan saat melihat ke jendela ternyata kapal selam sudah naik ke permukaan.

"ayo keluar" ajak Vino masih menggenggam erat tangan Chella tanpa melepaskannya. Vino juga membantu Chella menaiki tangga untuk keluar dari kapal selam itu.

"Wooww,, barusan keren banget abang. Aku sangat excited" ujar Chella saat keduanya sudah berada di luar kapal selam.

"ini belum seberapa Chell, abang akan membawa kamu ke tempat yang lebih bagus lagi" ujar Vino. "pokoknya selama liburan disini, kamu akan abang bawa keliling Negara Spanyol" tambah Vino membuat Chella semakin excited sampai tanpa sadar merangkul lengan kekar Vino.

"kalau begitu ayo bang" ajak Chella membuat Vino tersenyum senang melihatnya.

***

Saat ini Vino mengajak Chella untuk berkuda. Mereka datang ke tempat latihan berkuda Vino sejak kecil dan kadang Vino menghabiskan waktu disini. Vino mengajak Chella untuk berganti pakaian, menggunakan pakaian berkuda.

Vino yang terlebih dulu keluar dari ruang ganti dengan sudah memakai pakaian berkudanya tak lupa topi koboinya dan sepatu bootsnya. Vino terlihat sangat gagah dan perkasa saat memakai pakaian berkuda itu.

Ceklek

Vino menengok ke arah suara pintu dan mematung saat melihat Chella berdiri disana. Chella terlihat sangat cantik dengan pakaian berkudanya itu. Pakaian hitam coklat itu membungkus tubuh ramping Chella membuatnya terlihat lebih dewasa dan cantik. Rambutnya dia ikat kuta dan tak lupa topi coklatnya. Sepatu boots coklat melekat di kedua kaki jenjangnya.

'dia sangat cantik' batin Vino

Khem

Chella menyadarkan lamunan Vino, membuat Vino tersadar dan segera memalingkan wajahnya.

"sudah siap?" Tanya Vino sedikit salting karena ketahuan memperhatikan wajah Chella.

"sudah abang, tapi aku tidak mau sendirian. Takut" cicit Chella.

Chella memang terkenal sangat penakut di banding anak-anak dari brotherhood lainnya. Berbeda dengan Leonna yang sangat berani dan aktiv.

Vino membantu Chella menaiki kuda coklat itu dan mengarahkan bagaimana cara memegang tali kuda. Vino dengan cekatan menarik tali di bagian wajah kuda dan menuntunnya pelan sedangkan Chella duduk di atas punggung kuda. Sesekali Chella menatap ke arah Vino yang tengah menuntut kuda yang dia naiki.

'abang begitu sempurna, dan wanita mana yang akan menolak abang begitu saja. Andai saja Leonna tak mencintai abang, aku tak akan pernah menolak abang. Karena menolak laki-laki sebaik abang adalah suatu kebodohan' batin Chella menatap Vino dengan seksama.

"kamu bisa kan sekarang?" pertanyaan Vino menyadarkan Chella dari lamunannya, membuatnya salting karena kepergok tengah memperhatikan Vino. Vino yang menyadari Chella memperhatikannya hanya bisa tersenyum manis hingga memperlihatkan lesung pipitnya.

"a-abang bilang apa?" Tanya Chella masih menatap ke arah lain

"kamu sudah bisa sendiri?" Tanya Vino

"i-iya" ujar Chella pelan.

"kalau begitu cobalah" ucap Vino melepaskan pegangannya pada tali. Chella mulai menunggangi kuda sendiri dan berkeliling lapangan.

Sesekali Chella menengok dan melirik Vino yang berdiri tak jauh darinya, Vino sadar Chella mencuri pandang padanya, tetapi Vino berusaha tak menyadarinya dan memilih memainkan handphonenya.

"Arrggghhhhh abanggggg tolongggg !!!" teriakan Chella menyadarkan Vino, terlihat kuda yang di tunggangi Chella berlari dengan kencang dan itu membuat Chella ketakutan dan hampir jatuh.

"AArrrggghhhhhh tolonggggggg !!!" teriak Chella lagi, Vino segera berlari mengejar kuda itu dan menarik salah satu tali kuda.

Vino berusaha menahan kuda itu tetapi sangat sulit sekali. "ABANGGGGGG !!!!" teriak Chella saat tubuh Vino tertarik kuda itu membuat tubuhnya berguling di tanah dan terseret kuda.

"abangggg !!!!" teriak Chella khawatir, entah ada keberanian dari mana. Chella meloncat dari atas punggung kuda dan berguling ke tanah, hingga tubuh Chella menimpa Vino dan Vino segera melepas pegangannya pada tali kuda itu meninggalkan Vino dan Chella yang masih berguling ke pinggir lapangan dengan tubuh yang sudah di penuhi pasir.

Luka gores dan lecet memenuhi tubuh mereka berdua. Tubuh Chella tepat berada di atas tubuh Vino dengan nafas yang masih tersenggal-senggal, keduanya saling menatap satu sama lain.

"abang gak apa-apa?" Tanya Chella beranjak dari rebahannya.

"tidak Chell"

"Arrghhh" ringis Chella saat sudah duduk di sana.

"ada apa?" Tanya Vino khawatir

"kakiku sakit sekali, sepertinya terkilir" ringin Chella

"kenapa kamu loncat?? Kan bahaya Chell" ucap Vino

"aku tidak mau abang kenapa-kenapa. Lihat tangan dan siku abang terluka" ujar Chella memegang luka di siku dan lengan Vino.

"pipi kamu juga terluka, Chell" ucap Vino menyentuh pipi Chella yang lecet.

"iishhhh" ringis Chella.

"kita ke pondok lagi yuk" Vino membopong tubuh Chella dan spontan Chella mengalungkan kedua tangannya di leher Vino. Mata Chella masih terarah menatap wajah Vino yang terlihat kotor karena pasir dan tanah.

Vino membaringkan tubuh Chella disana, dan melepas sepatu boots Chella hingga memperlihatkan kaki jenjang Chella yang berwarna coklat. Vino memijitnya sedikit membuat Chella meringis.

"tahan yah" ujar Vino dan memijit kaki Chella dengan telaten.

"Iiisshhhh sakit" ringis Chella

"tahan yah sebentar lagi" ujar Vino dan Chellapun hanya bisa menggigit bibir bawahnya menahan sakit.

"sudah mendingan sepertinya. Sebentar aku akan bawakan air dan kotak p3k untuk mengobati lukamu" ucap Vino beranjak meninggalkan Chella yang masih mematung di tempatnya.

Vino beranjak sambil memikirkan tindakan nekat Chella yang loncat dari punggung kuda hanya untuk menolong Vino. 'apa Chella juga sebenarnya menyukaiku?' batin Vino bingung.

Tak lama Vino kembali dengan membawa kotak p3k dan membersihkan luka dan debu di wajah Chella. Setelahnya Chella yang bergantian mengobati luka Vino dengan telaten Vino menatap wajah cantik Chella yang begitu dekat dengannya. Bahkan Chella meniupi luka di lengan Vino seraya mengoleskan alcohol.

Vino semakin terpesona oleh kecantikan Chella. Kalau saja Chella mau mengakui perasaannya yang sudah mulai jatuh cinta dengan Vino

***

Di kediaman Daniel, Leonna tengah merakit kipas dari kertas berwarna warni untuk dia pasang. Entah kenapa, Leonna begitu menyukai hiasan hiasan tangan seperti ini. Leonna berceloteh mengajak bicara Oni sambil merakit kipas kertas itu.

Hingga tanpa terasa sudah ada lima buah dan beberapa hiasa burung yang di buat Leonna. Tak lama terdengar salam dari seseorang di ambang pintu membuat Leonna menengok.

"wa'alaikumsalam" ucap Leonna tersenyum menatap Verrel yang baru saja pulang kerja.

"sedang apa, De?" Tanya Verrel

"aku lagi buat hiasan kak, gak apa-apa kan kalau aku pasang di kamar ini" kekeh Leonna

"gak apa-apa, hias saja sesukamu, De" ujar Verrel

"asyikkk,, makasih kak Verrel" ucap Leonna dengan antusias membuat Verrel tersenyum. Verrel melepas jas yang dia pakai dan sedikit merenggangkan setiap sendinya. Verrel merasa semua tubuhnya kaku dan pegal. Kegiatan Verrel di lirik oleh Leonna.

"kakak kenapa?" Tanya Leonna beranjak mendekati Verrel yang mengusap tengkuknya.

"tidak apa-apa, hanya sedikit pegal saja" ucap Verrel hendak beranjak ke kamar mandi tetapi di tahan oleh Leonna membuat Verrel menengok.

"kemarilah kak" ucap Leonna menarik Verrel untuk duduk di sisi ranjang dan Leonna tiba-tiba saja memijit pundak dan punggung Verrel.

"tidak De, nanti kamu pegal tangannya" ucap Verrel menolak

"gak apa-apa kak, aku bisa mijat kok. Mama suka ngajarin aku untuk bisa memijat. Katanya suami itu lebih baik makan di luar daripada di pijat di luar" ucapan Leonna yang polos membuat Verrel tertegun.

Suami...?

Verrel tersenyum kecil mendengar ucapan Leonna dan menikmati pijatan dari tangan mungil dan lembut milik Leonna.

"kakak pasti pegal yah tiap malam tidur di sofa yang sempit" ucap Leonna

"tidak De, aku hanya lelah karena habis dari tempat proyek" ucap Verrel berbohong.

"nanti malam tidur di ranjang yah,, ranjangkan masih luas jadi muat untuk kita berdua" ucapan Leonna membuat Verrel menengok ke arah Leonna.

"tapi nanti kamu ke ganggu, De" ujar Verrel

"tidak kak,, kakak tidurnya gak muter kan?" kekeh Leonna

"tidaklah De" jawab Verrel

"kalau begitu tidurlah disini kak, aku juga tidurnya tidak muter kak. Jadi jangan khawatir" ucap Leonna membuat Verrel tersenyum senang.

"sekarang diamlah, aku akan memijit kakak. Kakak pasti sangat pegal kan tidur di sofa yang sempit dan keras itu" ucap Leonna

"baiklah aku pasrah saja, apa kata istriku yang cantik saja" godaan Verrel membuat Leonna terkekeh.

"idihh kakak gombal nih,, yang cantik itu kak Randa Rindi bukan aku kak" ujar Leonna

"kamu lebih cantik dari mereka, De. Aku tidak menggombal lho, kamu tidak hanya cantik tetapi juga sangat lucu" Leonna merona mendengar pujian Verrel.

"gombal ahh" cibir Leonna seraya menggelitik pinggang Verrel dengan jahil.

"diem De" kekeh Verrel dan menghindari kelitikan Leonna

"kakak gombal,, rasain nih nih" Leonna terus menggelitik Verrel sampai Verrel berbalik dan membalas kelitikan Leonna. Verrel yang badannya lebih besar mengalahkan Leonna dan menggelitik Leonna membuat Leonna berbaring di atas ranjang dengan tawa yang pecah.

"kak Verrel ampun kak,, hahahaha... Aaaahhhh kak Verrel,,hha" tawa Leonna pecah dan terus menghindari kelitikan Verrel

"rasain ini De" tawa Verrel dan terus menggelitik Leonna. "makanya jangan jahil" kekeh Verrel terus menggelitik tubuh Leonna yang berada di bawah kungkungannya.

Leonna berhasil lolos dari kungkungan Verrel dan berlari menghindari Verrel. Verrel mengejar Leonna. Keduanya seperti anak kecil saja yang saling kejar kejaran. Leonna berlari keluar kamar dengan tertawa dan Verrel terus mengejarnya.

"aduhh ini kenapa??" Tanya Serli kaget yang tengah menikmati teh bersama Daniel di ruang keluarga.

"Aaaaaa Bunda,, Ayahhhhh... kak Verrelnya jahil" tawa Leonna bersembunyi di belakang tubuh Serli dan Daniel.

"awass kamu De,, aku balas" kekeh Verrel masih mengejar Leonna.

Leonna berlari menaiki sofa dan melempari Verrel dengan bantal sofa membuat Serli dan Daniel menggelengkan kepalanya. "benar yang Lita ucapkan,," kekeh Serli

Thalita selalu mengeluh kalau rumahnya selalu berantakan karena ulah ketiga anaknya. Dan sekarang Serli merasakannya, tetapi Serli tipe mertua yang sangat baik dan perhatian jadi melihat tingkah Leonna tak membuatnya risih atau pusing.

"gak kena,, wleeee" ledek Leonna melempari Verrel dengan sofa bantal

"awas yah kamu De,, gak akan aku lepaskan" ujar Verrel mengejar Leonna.

Leonna berlari, tetapi seketika kakinya tak menginjak lagi di lantai..

"kyaaaaaaA" teriak Leonna karena Verrel berhasil memangkunya dan membawanya di pundaknya.

"gak akan aku lepaskan kamu" ujar Verrel dan membawa Leonna ke kamarnya.

"ya tuhan Verrel, membuat ayah iri saja" gumam Daniel

"idih apaan lagi,, mau lari-larian gitu? Tar encoknya kambuh lagi" ledek Serli dengan kekehannya.

"bukan kejar-kejarnya, tapi ke kamarnya" kekeh Daniel

"idih ayah sadar umur,, udah ahh bunda mau nonton lagi film korea. Tanggung tadi" kekeh Serli mencubit pipi Daniel yang merengut.

Di dalam kamar Verrel menggelitik Leonna hingga Leonna tertawa sampai mengeluarkan air matanya. Verrel menghentikan kelitikannya dan menatap wajah Leonna yang ada di bawahnya. Leonna masih terkekeh kecil dan matanya terpaut dengan mata biru Verrel yang tajam.

"maaf" ucapp Verrel seraya mengusap air mata di sudut mata Leonna

"tidak mau" ucap Leonna merajuk seraya membuat pola di dada Verrel yang masih di balut kemeja Birunya.

"ayolah maafkan kakak, De" ujar Verrel masih belum beranjak dari atas tubuh Leonna

"tidak mau" ucap Leonna semakin merajuk dan membuat pola di dada Verrel dan itu membuat sesuatu yang seharusnya tak bangun menjadi bangun.

"cukup" Verrel menahan pergelangan tangan Leonna yang asyik membuat pola di dada bidangnya. Leonna mengernyitkan dahinya bingung kenapa Verrel menghentikan aktivitasnya yang sedang dia lakoni.

"kenapa kak?" Tanya Leonna dengan polos

"tidak apa-apa, aku akan mandi" ucap Verrel beranjak dan berjalan menuju kamar mandi

"tidak mauuuu,," rajuk Leonna dan seketika meloncat ke punggung Verrel membuat Verrel dengan sigap menahan pantat Leonna di punggungnya. "kakak mau kabur begitu saja,, jahat gak tanggung jawab udah buat aku menangis karena kelitikan kakak" rajuk Leonna

Verrel tersenyum senang dengan keakraban mereka yang semakin dekat. "baiklah tuan putri, apa yang harus hamba lakukan untukmu" ucap Verrel menengok ke arah Leonna yang tengah menyandarkan dagunya di bahu Verrel.

"buatkan aku 100 burung kertas dan ingin di gantung di kamar" ucap Leonna

"100???" Tanya Verrel kaget

"iya,, kakak gak mau? Payah" cibir Leonna

"baiklah,, perintah sang putri tak bisa hamba tolak" ucap Verrel membuat Leonna terkekeh

"yeeee,, makasih kak Verrel sayang. muachhh"

Deg

Verrel mematung saat Leonna mencium pipinya dengan manja. Verrel tersenyum kecil. Leonna turun dari punggung Verrel

"mandilah,, kakak bau asem" ledek Leonna memencet hidung mancungnya

"oke oke" kekeh Verrel dan beranjak memasuki kamar mandi.

***