Kanvas yang diberi warna itu nyatanya terus saja berubah menjadi abu-abu. Rasa terpendam yang tak mampu terucap membuat gadis malang itu berubah menjadi sosok gelap tanpa warna. Hingga sosok Angkasa Bara Dirgantara hadir untuk menambah gelap pada warna kanvasnya, membuat luka pada diri Danica semakin menganga lebar.
Orang bilang rumah akan menjadi tempat paling ternyaman yang pernah ada tapi tidak untuk sosok seorang Danica Amelthea.
Rumah bahkan menjadi tempat paling menyesakkan dalam hidupnya dan rumah adalah salah satu dari beberapa tempat yang Danica benci seumur hidup. Sejak kepergian sang Ibu, Danica hanya bisa berharap jika keadaan akan kembali seperti awal tapi sepertinya ia salah. Keadaan justru semakin bercanda dnegannya. Danica bahkan tahu Ayahnya hanya perduli karena perannya, Ayahnya hanya bersikap baik-baik saja didepannya tapi dibelakang peran sesungguhnya hanya untuk sang adik. Ia bahkan merasa seperti orang asing dalam keluarganya sendiri.
Saat orang lain berkata Ayahmu adalah cinta pertamamu maka bagi Danica Ayahnya adalah patah hati terberatnya, ia bahkan sangat ingin membenci Ayahnya tapi ia terlalu mencintai sang Ayah.
Hingga satu persatu orang dalam hidup Danica pergi menjauh, dimulai dari sang Ayah yang memilih menikah lagi dan pindah kerumah baru dengan sang adik menyisahkan ia sendiri dalam kekosongan lalu teman temannya pun mulai berjalan menjauh tanpa menoleh padanya.
Sampai sosok Angkasa Bara Dirgantara hadir dalam hidupnya, ikut memberi kisah dalam hidup Danica dan dia datang hanya semakin menambah luka baru pada cerita hitam Danica. Sosok yang seharusnya tidak ikut hadir dalam kanvasnya malah semakin masuk dalam hingga semakin merambah dalam luka.