webnovel

B12 – Lie

****

Danica memasuki kelasnya dengan begitu tenang namun tidak dengan ekpresi wajahnya, jelas tergambar disana jika ia sedang tidak ingin diganggu.

"Danica…"

"Hmmm?"

"Tahu tidak dimana aku harus membeli ini yang tidak terlalu mahal seperti ini?"

Danica menatap ponsel temannya itu yang menunjukkan beberapa pilihan ponsel dalam online shope, ia terdiam saat melihat beberapa barang bahkan pernah ia miliki dulu. Ia pun langsung menatap temannya sembari tersenyum.

"Aku pernah memakai salah satu dari itu dulu, aku membelinya juga lumayan."

"Dimana kau membelinya? Bisa antarkan aku?"

"Paman ku yang membelinya karena dia yang mengatur semua keperluanku."

"Ahhh enak sekali, aku ingin membeli ini."

Danica tersenyum senang mengingat apapun yang dulu ia inginkan akan terkabul tanpa syarat tapi sekarang semua terasa begitu sulit saat apa yang ia inginkan harus memenuhi setiap syarat sang paman.

Ketiga temannya menatap Danica kagum sedangan Adel hanya mendengar tanpa menatap bagaimana pancar mata Danica yang meredup saat tatapan kagum semua temannya terpancar.

Rehal sendiri langsung menolehkan kepalanya menatap Danica dengan intens lalu seperkian detik selanjutnya hanya senyum miring milik Rehal yang menjadi pusatnya.

"Ayo katakan pada pamanmu saat pulang bawakan aku satu. Ya ya…"

Danica tersenyum kikuk, dia mengatakan pada sang pama? Wah itu gila. Pikir Danica.

"Akan aku tanyakan nanti."

"Wooohhooo, Danica."

Rehal langsung merangkul bahu Danica dengan ringan membuat sang empu langsung terkejut, Danica sendiri langsung memukul sedikit keras tangan Rehal namun tidak sedikitpun Rehal meringis.

"Bisa ikut aku sebentar?"

Danica menatap Rehal dengan bingung karena sikap Rehal yang tidak seperti biasanya, Rehal pun memberi kode pada Danica untung saja ia mengerti dengan baik.

Keduanya langsung keluar kelas tanpa memperdulikan tatapan Adel yang bahkan sudah berubah yang bahkan tanpa sedar sudah memperhatikan sejak tadi.

"Kenapa harus berbohong?"

"Aku berbohong dibagian mana?"

Danica menatap Rehal kesal pasalnya pemuda itu tiba tiba mengajaknya keluar kelas dan mengklaim jika ia berbohonng.

"Kau akan mengatakannya pada pamanmu?"

"Mungkin?"

"Kau yakin? Hubungan mu bahkan tidak begitu baik, kau terlalu takut pada pamanmu bukan?"

"Jangan ikut campur urusanku Hal, hubunganku dengan pamanku baik baik saja."

"Itu dulu Danica sebelum semuanya bahkan sudah berubah dalam hidupmu, kau bahkan takut pada pamanmu sendiri."

Danica menatap Rehal dengan tajam, ia begitu benci saat dirinya harus kembali diingatkan pada fakta bahwa Danica terlalu lemah jika berhadapan dengan sang paman. Ia hanya gadis penakut dan lemah saat suara berat sang paman mengalun dengan ringan.

"Berhenti terlihat baik baik saja di depan mereka, mereka temanmu."

"Tidak semua dapat dikatakan Hal, pertemanan bukan hal yang dapat diagungkan dengan semua rasa."

Danica langsung melenggang pergi meninggalkan Rehal yang bahkan masih terdiam mencoba mencerna apa maksud lain dari ucapan Danica.

*****

"Aku sudah mengirimkan vidionya dan pelatih Han bilang jika pengumumannya sekitar tanggal 10 nanti."

"Bulan depan?"

"Hmmm." Dalton hanya menganggukkan kepalanya acuh lalu kembali fokus pada laptopnya.

"Beritahu Danica nanti suruh dia datang menemuiku di ruang music saat istirahat."

"Hmmm, kalau begitu aku pergi dulu Kak."

Bara langsung keluar dari ruang latihan untuk segera menuju kekelasnya namun langkahnya terhenti saat melihat Danica turun dari tangga.

"Mau kemana?"

Danica terkejut saat Bara tiba tiba datang menghampirinya dengan senyuman andalannya itu, Danica pun ikut tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.

"Hanya bosan saja dikelas, ah iya bisa bawakan aku makan siang nanti saat istirahat? Aku malas ke kantin."

"Dasar pemalas."

"Hei hei, kau juga pemalas jika lupa."

"Hei enak saja, ah iya aku hampir lupa. Nanti saat istirahat langsung saja datang ke ruang musik, Kak Dalton ingin membicarakan sesuatu denganmu jadi nanti makanannya aku bawa kesana saja."

"Kak Dalton? Hanya aku?"

"Hmmm, hanya kau. Sudah kembali ke kelas sana, jam pertama akan segera dimulai."

"Hmm baiklah, jangan lupa makannya. Aku tunggu bantet."

"Aiissh makanan saja pikiranmu."

"Bodo…"

Danica melenggang pergi meninggalkan Bara yang menggelengkan kepalanya sembari tersenyum, tanpa disadari sosok pemuda tinggi menatap dengan dalam.

"Kenapa menatap Kak Danica seperti itu?"

"Hanya ingin."

"Rel, kau pernah ada hubungan dengan Kak Danica bukan?"

Kharel langsung menoleh menatap temannya itu dengan bingung karena tidak ada yang tahu hubungannya dengan Danica sebelumnya kecuali teman teman Danica.

"Kau tahu darimana?"

"Hanya pernah dengar saja, kenapa berpisah?"

"Karena aku tidak ingin melukainya lebih dalam lagi."

"Aku lihat keadaan kalian bahkan baik baik saja mengingat sikap Kak Danica yang bahkan selalu berbeda bila denganmu lalu alasannya berpisah apa jika semua bahkan tidak ada yang buruk."

"Justru karena keadaan kita yang baik baik saja, saat itu umur kita bahkan masih anak anak. Kita bahkan belum masuk SMA, aku hanya takut saat kita sudah memasuki usia dewasa ego mulai menguasai dan aku semakin melukainya dengan bersikap seolah semua memang masih baik baik saja."

"Fikiranmu terlalu jauh Rel tanpa kau sadari mungkin Kak Danica yang memiliki luka paling banyak diantara kalian."

Kharel terdiam, ia tidak dapat memungkiri jika jalan yang ia pilih tidak berakibat baik pada hati dan kehidupan Danica tapi tidak ada cara lain untuk ia pergi dari hidup Danica tanpa melukainya lebih dalam lagi.

Namun nyatanya ia kembali bertemu dengan Danica setelah kepergiannya tiga tahun lalu, lebih parahnya lagi ia tahu jika Danica bahkan tidak bisa membuka hatinya selama ini membuat Kharel merasa bersalah.

*****

Pelajaran begitu membosankan bagi Danica, ia bahkan mengikuti tanpa minat hingga suara bel istirahat membuat staminanya kembali bangkit. Danica membereskan bukunya lalu mengambil ponselnya dan berjalan keluar kelas bahkan tanpa melirik teman temannya.

Danica hanya berusaha untuk tidak memperdulikan apapun yang terjadi pada sekitarnya, ia hanya ingin hidup dengan tenang sampai kelulusan nanti.

Danica memasuki ruang music dengan senyum dibibirnya namun Dalton tahu ada sesuatu yang coba disembunyikan gadis itu. Dalton pun tersenyum menatap Danica.

"Dan kau tidak ingin menjelaskan apapun?"

"Kak… Dalam hidupku mereka yang memilih pergi dan berpaling dariku maka aku tidak akan pernah berfikir satu kalipun untuk menarik mereka kembali. Sekalipun itu adalah keluargaku."

"Kau tahu kenapa?"

"Kenapa?"

"Karena seseorang yang berpaling dan memilih pergi sekalipun ia kembali tidak akan ada yang sama lagi. Semuanya akan berbeda termasuk hatinya."

*****

Chapitre suivant