webnovel

Janji Suci Yang Ternoda

Auteur: Lentera_Hati
Romance
Actuel · 97.6K Affichage
  • 15 Shc
    Contenu
  • audimat
  • NO.200+
    SOUTIEN
Synopsis

Étiquettes
1 étiquettes
Chapter 1Bab 1

Setelah dua bulan bertunangan, Devian dan Nadine akan segera melangsungkan pernikahan mereka. Pernikahan yang sudah ditunggu-tunggu oleh kedua keluarga mereka. Namun, ada hal yang sangat mengganggu pikiran Nadine, wanita berjilbab itu merasa takut jika rahasianya terbongkar.

Tidak ada niatan untuk berbohong, tetapi keadaan yang membuat Nadine harus merahasiakannya. Ia terlalu takut jika sampai Devian tahu, pernikahan mereka akan terancam batal. Nadine juga tahu resiko apa yang akan ia tanggung jika sampai rahasianya terbongkar. Ia sudah ikhlas jika nanti Devian akan meninggalkan dirinya.

Kini hari bahagia itu telah tiba, di mana Devian sudah duduk di depan pak penghulu dengan balutan jas berwarna hitam. Tak lupa peci dengan warna senada, aura ketampanannya terpancar, tidak bisa dipungkiri jika Devian menjadi idaman para kaum hawa. Wajah tampan, kulit putih, alis tebal, rahang kokoh serta sorot mata yang tajam. Sungguh sempurna, banyak wanita yang sangat berharap bisa menjadi pendamping hidupnya.

Perlahan tangan besar Devian menerima jabatan tangan pak penghulu, tak lupa ia berdo'a dalam hatinya agar ijab qobulnya bisa berjalan dengan lancar. Devian menarik napasnya dan membuangnya secara perlahan. Ia mendengar baik-baik apa yang pak penghulu itu ucapkan, meski gugup tetapi Devian tidak ingin membuat malu. Ia membuang jauh-jauh rasa gugup dalam dirinya.

"Saudara Immanuel Devian Pradana bin Gunawan Pradana saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan saudari Nadine Alifya Farhana binti Irawan Nugraha dengan maskawin uang sebesar seratus juta rupiah dan emas seberat lima puluh gram serta seperangkat alat sholat dibayar tunai," ucap pak penghulu.

"Saya terima nikah dan kawinnya Nadine Alifya Farhana binti Irawan Nugraha dengan maskawin uang sebesar seratus juta rupiah dan emas seberat lima puluh gram serta seperangkat alat sholat dibayar tunai," jawab Devian dengan suara yang tegas dan juga lantang.

Detik itu juga kata 'sah' terdengar memenuhi ruangan. Devian bersyukur karena ijab qobulnya berjalan dengan lancar. Setelah itu, Widya menuntun putrinya keluar dari kamar dan menuju ke pelaminan. Semua mata tertuju pada wanita dengan balutan baju pengantin berwarna putih itu. Tak lupa jilbab dengan warna senada menutupi kepalanya.

Devian tersenyum saat melihat wanita yang ia cintai berjalan ke arahnya. Pria berjas itu mengulurkan tangannya untuk membantu sang istri duduk di sebelahnya. Sebelum mereka menerima ucapan selamat dari para tamu undangan, terlebih dahulu keduanya harus menanda tangani akta nikah mereka. Setelah itu barulah Devian dan Nadine berdiri di pelaminan.

"Cantik." Devian menatap lekat wajah sang istri.

Nadine hanya tersenyum. "Terima kasih."

"Andai kamu tahu yang sesungguhnya, apa kamu akan memaafkan aku," batin Nadine, tiba-tiba pikirannya menerawang ke masa di mana kejadian buruk itu menimpanya.

Nadine tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika suami dan mertuanya sampai tahu apa yang telah ia rahasiakan. Nadine berharap semoga hal buruk tidak akan terjadi, meski ia tahu jika kebohongan suatu saat bisa terbongkar. Serapat apapun kita menyimpan bangkai, pasti baunya akan tercium juga.

"Selamat ya, akhirnya kalian menikah juga," ucap Riko rekan kerja Devian.

"Sama-sama, kapan kamu nyusul," jawab Devian.

"Haha, santai aja, Bro. Tidak lama lagi kok." Riko menepuk bahu Devian.

"Ok, aku tunggu kabarnya," ujar Devian dengan tersenyum.

"Selamat ya, Dev. Semoga pernikahan kalian langgeng ya," ucap Amara, teman sekaligus sekretaris di kantor Devian.

"Iya, terima kasih," jawab Devian. Sementara Nadine hanya tersenyum.

"Nadine, selamat ya. Semoga rahasiamu aman," bisik Amara tepat di telinga Nadine.

Pikiran Nadine menjadi tidak karuan setelah mendengar bisikan dari Amara. Mereka memang sudah lama saling kenal, bahkan Nadine juga tahu jika Amara sudah lama menyimpan rasa pada Devian. Namun selama ini, Devian hanya menganggap Amara sebagai teman. Nadine tidak mengerti kenapa tiba-tiba Amara berucap seperti itu, mungkinkah dia tahu rahasia yang ia sembunyikan.

***

Pukul tujuh malam, acara telah selesai saat ini Devian dan Nadine sudah berada di dalam kamar. Saat ini Nadine tengah duduk di depan meja rias untuk membersihkan sisa makeup, sementara itu Devian baru saja keluar dari kamar mandi. Pria beralis tebal itu baru saja selesai membersihkan diri, Devian keluar dengan hanya mengenakan handuk kimono.

"Sini aku bantu," ucap Devian saat melihat istrinya kesulitan melepas baju pengantinnya.

"Ah, tidak usah, Mas. Aku .... "

"Kesulitan 'kan, udah diem aja. Lagi pula kita kan sudah sah," potong Devian dengan cepat. Mau tidak mau Nadine memilih untuk menurut.

"Ya Allah, betapa baik dan perhatiannya mas Devian. Andai dia tahu yang sesungguhnya apakah dia mau memaafkan aku. Maafkan aku mas, aku tidak berniat untuk membohongimu," batin Nadine.

"Sudah." Devian tersenyum lalu beranjak menuju ranjang, untuk mengambil pakaiannya.

"Terima kasih, Mas," ucap Nadine yang dibalas dengan anggukan oleh Devian.

Setelah itu, Nadine bergegas mengambil handuk dan baju ganti lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Sementara itu, selesai berpakaian Devian memilih untuk duduk di sofa sembari membuka ponselnya. Ada pesan dan email yang masuk yang belum sempat ia buka. Meski Devian mengambil cuti untuk tidak bekerja, tetapi pria beralis tebal itu tidak bisa santai seenaknya.

Selang beberapa menit pintu kamar mandi terbuka, Nadine keluar dengan balutan baju tidur dan jilbab instan berwarna merah muda. Nadine berjalan mendekati suaminya yang tengah duduk di sofa. Jujur, wanita bermata teduh itu merasa gugup dan juga takut. Ia gugup karena ini adalah malam pertama mereka sebagai pasangan pengantin baru, dan yang ia takuti jika sampai rahasianya terbongkar.

"Mas mau aku bikinin kopi atau teh," tawarnya. Saat ini Nadine berdiri di samping suaminya.

Devian menoleh ke arah istrinya. "Kopi saja, tapi gulanya jangan terlalu banyak."

"Iya, Mas." Nadine mengangguk dengan tersenyum. Setelah itu wanita berjilbab itu berjalan keluar dari kamarnya.

Sementara itu, Devian kembali fokus pada ponselnya, bahkan pria berkemeja biru itu mengambil leptopnya yang sengaja ia bawa. Devian kembali duduk di sofa dengan meletakkan leptop miliknya dipangkuan. Ia nampak begitu serius saat melihat laporan yang baru saja masuk, pembangunan villa di puncak berjalan dengan lancar.

Selang beberapa menit pintu kamar terbuka, Nadine kembali dengan membawa secangkir kopi pesanan suaminya. Nadine berjalan mendekati Devian lalu meletakkan kopi tersebut di atas meja. Setelah itu ia ikut duduk di samping suaminya, sementara itu Devian masih sibuk dengan leptopnya. Lima menit kemudian, pria beralis tebal itu menutup leptopnya dan ia letakkan di atas meja.

"Nadine, kamu kenapa?" tanya Devian, ia menatap wajah wanitanya yang terlihat panik.

"Ah, nggak apa-apa kok, Mas," dustanya. Tidak mungkin Nadine jujur, dengan apa yang tengah ia pikirkan saat ini.

Devian hanya menganggukkan kepalanya, kemudian pria beralis tebal itu mengambil kopi yang sang istri suguhkan, dan menyeruputnya. Sementara itu, Nadine hanya diam, raut wajahnya terlihat begitu gelisah. Nadine menoleh ke arah suaminya sekilas, lalu ia kembali menunduk. Wanita berjilbab itu memainkan jemarinya, hal tersebut membuat Devian mengernyitkan dahinya.

"Em, Mas aku istirahat dulu ya." Nadine bangkit dari duduknya, tetapi niatnya terhenti saat Devian memegang pergelangan tangannya. Bahkan menarik tubuh mungil itu hingga jatuh ke pelukan sang suami.

"Mau kemana, hem?" tanya Devian. Keduanya tangannya mendekap tubuh mungil istrinya.

"Mau istirahat, Mas," jawab Nadine. Jantungnya tiba-tiba berdegup lebih kencang dari biasanya.

"Apa kamu tidak ingin memberikan ... ya sudah, mungkin kamu capek, aku juga capek. Kita tidur saja untuk malam ini," ucap Devian, hal itu membuat hati Nadine sedikit lega.

"Iya, Mas." Nadine tersenyum, setelah itu ia bangkit dan berjalan menuju ranjang.

Sementara itu Devian menghabiskan kopi tersebut terlebih dahulu, setelahnya ia baru akan menyusul sang istri. Terlihat jika Nadine sudah berbaring dengan selimut menutupi tubuhnya sampai batas dada. Jujur, saat ini Devian ingin meminta haknya, tapi ia tahu jika hari ini mereka sangat lelah akibat resepsi pernikahan yang dijalani sangat menguras tenaga.

Tiba-tiba handphone Nadine berdering, dan kebetulan terletak di atas meja rias. Devian yang mendengarnya menoleh ke arah istrinya. Terlihat raut wajah wanita panik, dengan cepat Nadine menyibak selimutnya dan bangkit dan beranjak menuju meja rias. Nadine mengabambil benda pipih itu dan segera membuka pesan yang baru masuk. Matanya melotot setelah membaca pesan tersebut.

"Sayang, ada apa?" tanya Devian, ia bangkit dan berjalan menghampiri sang istri.

"Buk ... enggak apa-apa kok, Mas." Nadine benar-benar panik saat melihat suaminya mendekat.

"Pesan dari siapa? Kenapa kamu gugup seperti itu?" tanya Devian, matanya menatap wajah istrinya yang seketika pucat pasi.

"Bukan dari siapa-siapa kok, Mas." Nadine segera mematikan ponselnya dan berjalan menuju ranjang.

Devian benar-benar bingung dengan sikap istrinya, ia merasa jika Nadine tengah menyembunyikan sesuatu. Setelah itu, tiba-tiba ponsel Nadine kembali berdering. Dengan cepat Nadine mengabambil benda pipih tersebut, saat dibuka lagi-lagi nomor tak dikenal yang mengirim pesan seperti pesan tadi. Merasa penasaran, Devian melangkah mendekati istrinya.

"Pesan dari siapa? Apa yang kamu sembunyikan." Devian menatap tajam ke arah istrinya.

"Em, itu, Mas. Anu .... " ucapan Nadine terpotong saat Devian tiba-tiba merebut ponselnya.

Tanpa persetujuan dari Nadine tiba-tiba Devian merebut ponsel milik istrinya itu dan mulai membaca pesan yang masuk tersebut. Mata Devian membulat sempurna setelah membaca pesan itu, mata tajamnya memerah seketika. Devian menatap tajam ke arah wanitanya itu, sementara tubuh Nadine terasa bergetar, dan keringat dingin mulai membasahi tubuhnya.

[ Kasihan Devian, seharusnya dia yang terlebih dahulu menyentuhmu, tapi justru aku yang lebih dulu menjamah tubuhmu ]

"Ini maksudnya apa?! Tolong jelaskan, Nadine?!" tanya Devian dengan suara tinggi.

"Mas, aku ... tolong maafkan aku, aku .... "

"Jadi benar kalau kamu sudah tidak suci lagi, iya!" teriak Devian. Mata tajamnya menata sang istri penuh dengan rasa benci.

"Maaf, Mas." Nadine menjatuhkan tubuhnya dan bersujud dihadapan suaminya. Air matanya menetes membasahi kedua pipinya.

"Siapa yang sudah melakukannya?!" tanya Devian dengan penuh amarah, sementara Nadine hanya menggelengkan kepalanya, dengan air mata yang terus mengalir.

"Nadine, katakan siapa yang melakukan ini! Siapa yang sudah mendahuluiku, katakan Nadine!" bentak Devian, matanya memerah dengan rahang yang mengeras membuat wajah pria beralis tebal itu terlihat begitu menakutkan. Kedua tangan besar Devian mengguncang bahu Nadine.

"Maaf, Mas." Nadine hanya bisa berucap seperti itu dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya.

"Apa dengan maaf semuanya akan kembali seperti semula, iya!" bentak Devian. Merasa terhina pria beralis tebal itu menarik tangan Nadine dan menyeretnya keluar dari kamar.

Sementara itu Nadine hanya bisa menangis dan pasrah dengan apa yang akan sang suami lakukan. Mungkin itu semua sudah menjadi nasibnya, Nadine tahu jika Devian pasti tidak akan terima jika dibohongi. Nadine melakukan itu semua dengan terpaksa, tidak ada niat dalam hatinya untuk berbohong.

Devian terus menarik tangan istrinya hingga mereka tiba di ruang tengah. Semuanya terkejut saat melihat sepasang pengantin baru itu keluar dengan keadaan seperti itu. Kedua orang tua Nadine bertanya-tanya dalam hatinya, terlebih saat sang menantu mendorong tubuh mungil Nadine dengan kasar.

"Astaghfirullah, apa yang terjadi. Nadine, Nak Devian, ada apa ini?" tanya Irawan, ayah Nadine dengan raut wajah yang terlihat begitu bingung.

Begitu juga dengan Widya, ibunda Nadine, ia juga terlihat begitu bingung dengan apa yang terjadi. Perempuan paruh baya itu jongkok di depan putrinya, ia benar-benar tidak tahu apa yang telah terjadi pada putri dan menantunya itu. Sementara Devian menatap tidak suka ke arah sang istri, kesalahan yang telah Nadine perbuat sudah sangat fatal.

"Kalian tanya sendiri pada dia." Devian menunjuk ke arah Nadine dengan tatapan mata yang sangat tajam.

"Nak Devian, tolong jelaskan ada apa?" tanya Widya dengan lirih.

"Kalian pura-pura tidak tahu, atau memang tidak tahu. Apa kalian tidak tahu jika putri kalian sudah tidak suci lagi!" teriak Devian, seketika semuanya terdiam dan pandangan Irawan serta Widya beralih pada Nadine.

Kejujuran mungkin sangat menyakitkan, tetapi kebohongan lebih menyakitkan dan dapat menghancurkan segalanya.

Vous aimerez aussi

Terhimpit

Cempaka tak menyangka kalau pria yang di jodohkan oleh kakaknya itu sudah punya seorang isteri. Dia tak mau bila harus di madu dan menyakiti perasaan isteri pertamanya. Cempaka minta cerai, namun Kardiman tidak mau menceritakannya. Dia malah pergi meninggalkan Cempaka di tengah kebingungan. Dengan berbekal sehelai kertas segel yang bermaterai, yang ditandatangani oleh pengurus setempat dan juga saudara dari kedua belah pihak. Cempakapun hidup dalam kesendirian. Entah apa statusnya dia sekarang. Mau menguruskan perceraiannya ke pengadilan, dia tidak punya uang. Sedangkan Kardiman sang suami menghilang seperti di telan bumi. Tak terasa Cempaka hidup sendiri sudah tujuh tahun lebih, hampir delapan tahun dia menanti Kardiman agar menandatangani surat perceraian itu. Namun, dia tak kunjung datang. Tak ada kabar beritanya. Beberapa kali Cempaka ke rumah orangtuanya. Namun, tak ada kejelasan sama sekali. Katanya Kardiman tidak pernah pulang-pulang dan tak ada kabar beritanya. Akhirnya Cempaka membiarkan masalah itu mengalir apa adanya. Hingga suatu hari, dia bertemu degan seorang pria yang bernama Angga. Mengaku duda beranak tiga. Sang duda itu nampak tertarik kepadanya, dia mengejar Cempaka dengan berbagai cara. Cempaka mengatakan bahwa dia tidak mau sakit hati lagi. Dia tidak mau gagal lagi. Angga bilang dia tidak akan menyakiti, dan kalau menikah dengan dia pasti tidak akan gagal lagi. Karena diapun merasa tidak enak di sakiti oleh Isterinya. Dan Isterinya itu kabur meninggalkannya, dengan anak ada yang masih kecil. Katanya Isterinya kabur karena dia tidak tahan hidup miskin setelah usahanya bangkrut. Hingga Cempaka pun luluh, dan mau menerima cintanya. Entah apa yang membuat Cempaka tertarik padanya. Padahal, sebelumnya sudah beberapa orang yang mendekatinya, dia selalu menolaknya dengan halus. Pernikahan Cempaka yang keduapun dilangsungkannya dengan sangat sederhana sekali. Hanya nikah SIRI... Karena, pihak kua menolak surat cerai Cempaka yang hanya sehelai kertas segel bermaterai. Dan juga surat cerai Angga pun tak beda jauh. Tanpa kehadiran mertua, iring-iringan seuseurahan hanya tiga orang, itupun dengan sang mempelai pria. Tak beda jauh dengan pernikahan pertamanya. Sangat Menyedihkan... Perih... Ketiga anak tirinya tidak ada yang datang menghadiri. Tanda tanya mulai terselip di dalam hatinya. Saudara dan para Tetangga pun mulai nyinyir dengan berbagai praduga. Setahun kemudian, anak dan mantunya Angga datang berkunjung. Cempaka di marahi habis-habisan, karena Cempaka telah mau dinikahi oleh bapaknya. Yang Isterinya ternyata belum resmi di cerai. Surat cerai yang di bawa oleh Angga ternyata palsu!... Sa'at itu Cempaka tengah hamil muda. Dia bingung!... Apa yang harus dia perbuat. Akhirnya dia menerima apa adanya. Semua kenyataan itu dia simpan bersama Angga. Orangtua Cempaka dan saudaranya tidak ada yang tahu. Cempaka merasa malu dan kasihan kalau kedua Orangtuanya mengetahui apa yang sebenarnya. Setelah anaknya berusia beberapa bulan, Cempaka di ajak ngontrak sebuah kamar kontrakan yang tak jauh dari rumah orangtuanya. Dari kontrakan satu ke kontrakan lainnya. Hingga akhirnya dia kembali lagi ke rumah orangtuanya, setelah kedua Orangtuanya meninggal dunia. Itupun atas paksaan dari saudaranya Cempaka, yang tak tega melihat kehidupan Cempaka yang serba kekurangan di perantauan. Dikira Cempaka benar saja saudaranya itu akan menyayanginya. Namun kenyataannya hatinya semakin terluka oleh sikap saudara-saudaranya itu. Yang menghinanya, mengacuhkannya hanya karena dirinya miskin. Anak semata wayangnya geram setelah tahu bahwa bapaknya punya isteri dua. Tinggal di satu rumah yang hanya di batasi oleh tripleks, tanpa saling tegur sapa. Apalagi setelah Cempaka membongkar perselingkuhan adik iparnya. Bukan terimakasih yang di dapat. Tapi, dia malah di jauhi, di musuhi oleh adiknya sendiri. Mampukah Cempaka keluar dari semua himpitan itu? Ikuti kisah selengkapnya... Selamat membaca...

Zaitunnur · Romance
Pas assez d’évaluations
18 Chs

Ayahku Adalah Seorang Pangeran Galaksi yang Tampan

Apa yang akan kau lakukan jika planetmu menghilang dari peredaran setelah kau tidur siang? Pada suatu hari, ada seorang putri .... Singkirkan kata-kata itu Pada suatu hari, ada seorang petapa bernama Yao Si Ia adalah seorang hikikomori yatim piatu yang hidup damai dan biasa saja di apartemen kecilnya yang nyaman Ketika ia berpikir bahwa ia akan hidup sebagai manusia selamanya ... ia mati. Dengan perubahan nasib yang aneh, entah bagaimana ia berubah menjadi vampir, bahkan lebih buruknya, vampir generasi kelima yang lemah tanpa kemampuan bertarung sama sekali. Vampir memiliki lembaga rahasia kecil mereka sendiri, perselisihan budaya, dan menyebut diri mereka keturunan vampir. Dengan ancaman perang antar saudara di antara para keturunan vampir, Yao Si tetap tenang. "Bahkan jika perang para vampir ini mengamuk lagi, perlu keajaiban untuk memengaruhi kehidupanku," pikirnya. Lalu, sebuah keajaiban pun terjadi .... Ketika ia terbangun dari tidur panjang selama ribuan tahu, ia menemukan bahwa planet indahnya, Bumi sudah hilang dari peredaran. Bahkan vampir tertua di seluruh alam semesta sekarang adalah salah satu dari cucunya [yang entah garis keturunan berapa]. Semua orang akan memanggilnya sebagai “leluhur” mulai sekarang sampai seterusnya. Yao Si, si orang desa, telah berhasil memberontak dan mengambil alih, mari kita lihat siapa yang berani menyebutnya lemah lagi! "Hei! Kau, pria yang ada di sana!" "Iya, kau." "Ayo, kita bertarung. Jika aku kalah, aku akan memanggilmu 'Ayah'!" Jadi ... ia punya seorang ayah baru. Yao Si "..." Mu Xuan "..."

You Qian · Romance
4.7
198 Chs