Seorang gadis kecil tengah duduk seorang diri di sebuah kursi yang terletak di bawah pohon yang rindang.
"Heii!"
Gadis kecil itu tampak mengalihkan arah pandangnya pada seorang gadis yang tampak seumuran dengannya.
"Estelle, aku akan pergi..." lirihnya merasa sedih.
Anak itu memilih duduk di samping gadis yang baru saja menyatakan jika dirinya akan pergi.
Gadis yang kerap di sapa Estelle itu tampak menggenggam lengan gadis kecil itu erat, "Aku tau. Aku kesini untuk menghiburmu, aku tak ingin kau sedih."
"Lalu, bagaimana dengan Farel? Aku tak ingin dia sedih. Bukankah kita sudah bertunangan," katanya sembari memandang sebuah kalung dengan cincin berlian yang terselip disana, sangat indah namun juga sangat gila, mendengar seorang gadis kecil bertunangan di masa yang masih terlalu dini, namun apa yang tak dapat terkabulkan dengan harta, tahta dan jabatan? Tentu saja tak ada yang mustahil.
Gadis itu menunduk, meremas lengan Estelle kuat, ada rasa tak rela kala dirinya mengetahui akan pergi meninggalkan istana ini.
"Lea!!!" tiba-tiba saja seorang anak laki-laki datang menghampiri keduanya membuat gadis kecil itu bangkit dari duduknya.
Grep!
Anak laki-laki itu ambruk dalam pelukan gadis kecil dengan senyum yang menghiasi wajah cantiknya, sangat cantik.
"Kau akan pergi meninggalkanku?" tanya anak lelaki itu.
Gadis yang kerap disapa Lea, perlahan menganggukan kepanya, "Aku tak ingin meninggalkan mu Farel, tapi ayah ku memaksaku untuk pergi dari sini."
"Kau tidak boleh pergi Lea! Aku tidak akan membiarkan mu pergi!"
Mereka saling melepaskan pelukannya, Lea menatap Farel dengan tatapan sendu, "Aku menyayangi mu, Farel."
Lea beralih memandang Estelle yang sudah menangis sedari tadi.
"Estelle, jangan biarkan Farel bersedih.. aku akan kembali setelah besar nanti." Lea memaksakan senyumnya, dengan sekuat tenaga ia menyunggingkan senyumnya pula.
"Tidak Lea! Kau tidak akan pergi kemanapun!!" desis Farel tak terima menggenggam erat jari-jari Lea.
"Alea, ayo nak. Kita harus pergi dari sini!" seorang pria paruh baya meraih tubuh Lea paksa dari Farel, bahkan tautan jari-jari kecil mereka terlepas begitu saja membuat Farel menggeram.
"JANGAN BAWA LEA KU PERGI!!! AYAH JANGAN BIARKAN DIA MEMBAWA LEA KU!!!" teriaknya.
Estelle, gadis itu yang masih menangis tersedu-sedu terus menahan pergerakan Farel agar tak ikut berlari mengejar Lea yang sudah pergi menjauh dari mereka.
Sayang sekali, kekuatan Farel lebih besar dari Estelle, dengan mudahnya Farel menepis kasar lengan Estelle dan berlari mengejar Lea nya.
Bruk! Farel terjatuh.
-
"FAREL!!!" teriak Alea terengah dengan air mata yang mengalir di pipinya.
Ya, Alea mengingat semuanya setelah mimpi itu datang padanya. Potongan kejadian yang membuat dirinya terpisah jauh dengan Farel.
Gadis itu melirik samping tempat tidurnya, kemana Farel?
Ia bergegas turun, tak peduli dengan air matanya yang terus berlomba ingin keluar. Oh dan dimana ini? Jelas ini bukan istana, mereka memang sudah pulang ke dunia tempat Alea tinggal, ini mansion— mansion milik Farel.
Cklkkk!
Membuka pintu dengan tak sabaran, tak peduli seberapa kuat ia mencari, ia sangat merindukan pria itu, pria yang ia tinggalkan, pria yang menjadi tunangannya sejak dirinya masih sangat kecil, pria yang selalu membuatnya tersenyum dan pria yang menjadi alasannya bahagia. Namun, mengapa Alea bisa melupakan semua kejadian di istana itu selama ini?
Duk!
Tubuh Alea menabrak dada bidang seorang pria, dari wangi parfumnya saja Alea sudah tau siapa itu.
"Farel, aku merindukan mu.." isak tangis Alea tampak tertahan di dada bidang pria itu, sedangkan Farel mematung di tempat, kemeja putihnya terasa basah— ia tau Alea nya tengah menangis. Dengan gerakan cepat Farel membalas pelukan Alea.
Mengusap surai itu penuh kasih sayang, "Ada apa sayang, hm? Bahkan aku hanya meninggalkan mu beberapa jam saja."
Alea menggelengkan kepalanya, menepis pikiran Farel yang masih belum memahami apa yang terjadi.
Perlahan, Alea melepaskan pelukannya, namun lengan kekar Farel masih berada di pinggangnya.
"Aku Lea mu, aku mengingat semuanya!"
Deg!
Air mata Farel lolos begitu saja, senang, haru dan ada rasa yang tak dapat ia ungkapkan, "Sayang!! Apa kau benar-benar—
"Ya! Aku ingat semuanya! Aku tunangan mu kan?" tukas Alea.
Farel kembali menarik Alea ke dalam pelukannya, "Sayang! Katakan ini bukan mimpi!"
"Ini bukan mimpi, Farel.."
Tak dapat terdefinisikan hanya lewat kata-kata saja. Setelah bertahun-tahun Farel menanti, merasa tersiksa, menunggu gadisnya datang dan setelah dirinya mencari kemudian menemukan Lea nya, tiba-tiba ia mendapat tamparan keras jika Alea tak mengingatnya. Alhasil, Farel harus bertingkah seolah tak mengingat Alea agar Alea tak menganggapnya sebagai pria aneh.
"Lihat!? Aku masih menyimpan cincin itu sampai saat ini!?" Alea melepaskan pelukannya, memperhatikan sebuah cincin yang terselip di sebuah kalung yang ia kenakan.
Pria itu tersenyum—
Cup!
Satu kecupan mendarat di bibirnya, "Itulah yang membuat ku senang, sayang."
"Itu berarti kedatangan mu kesini bukan untuk menjemput Rey?" tanya Alea penasaran.
Farel tersenyum, "Tentu saja itu hanya akal-akalan ku saja. Aku tak peduli dengan kehidupan manusia elektrik itu, sayang."
Alea kembali terlelap dalam pikirannya, ada hal yang ingin dirinya tanyakan pada Farel, namun ada rasa tak rela pula.
"Katakan apapun yang ingin kau tanyakan," bisiknya semakin mendekatkan diri pada Alea. Gadis itu tampak berdehem guna menghilangkan rasa canggung.
"A-- ayah ku— Bukankah ayah ku yang telah membawa ku pergi dari istana?" Ya, satu hal yang sangat mengganggu Alea, gambaran terakhir yang ia dapat, wajah ayah nya yang tak pernah berubah.
Senyum di wajah Farel luntur, "Ya! Aku bahkan masih membencinya sampai saat ini."
"Tapi mengapa kalian bertingkah seolah tak saling mengenal pada saat ayah ku menjual ku padamu?"
"Itu karena ingatannya terhapus," jawabnya santai.
Gadis itu mengangguk, merasa puas dengan jawaban yang Farel berikan.
Lengan kekar Farel tiba-tiba saja melingkar di pinggang Alea, "Mari kita saling melepas rindu sayang ku," bisiknya begitu sensual.
Mereka berjalan menuju kamar yang sempat Alea tempati sebelumnya, tak ada penolakan dari Alea, ia pun sangat merindukan Farel kali ini.