webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Cómic
Sin suficientes valoraciones
275 Chs

Bidak

Zen saat ini sedang berdiri dibalkon dari penginapan mewah yang disewanya saat ini. Dengan cahaya bulan yang menerangi tempatnya dan tatapannya tidak terlepas dari bintang - bintang yang memenuhi langit ditempat ini, Zen saat ini sedang termenung dengan tangannya menggenggam sebuah Walkie Talkie.

"Dia sudah memprediksiku ya" gumam Zen.

[Lalu apa yang akan Kakak lakukan sekarang? Bukankah rencana Kakak yang ini terlalu cepat?] tanya Irene.

"Hm... sebenarnya penundaan wanitaku datang ketempat ini, merusak beberapa rencanaku. Namun berkat sharingan, aku bisa mengganti beberapa rencanaku saat ini" kata Zen.

[Hmm... Kakak mau menggunakan kemampuan tersebut?] kata Irene.

"Yap, jika dipikir – pikir, aku harus mempercepat bidaknya untuk berkembang saat ini dan semua rencanaku akan sangat mulus saat ini." kata Zen.

[Begitu ya... itu masih rencana yang bagus Kak] kata Irene.

"Tapi sepertinya aku harus meningkatkan level sharinganku terlebih dahulu, untuk melakukannya" gumam Zen.

Akhirnya Zen kembali menatap bintang dilangit malam ini, sambil berbincang dengan adiknya tersebut. Namun tiba – tiba dia mendengar suara larian kecil datang kearahnya saat ini.

"Papa!" teriaknya.

"Myu, pakai pakaianmu terlebih dahulu" kata Yue yang mengejarnya, namun Yue saat ini masih menggunakan handuk meliliti tubuhnya yang polos itu.

Myu yang berlarian tersebut, langsung dihadang oleh tubuh berbalut handuk dari Yue. Yue dengan sigap menarik Myu untuk mengeringkan badan dan rambutnya. Setelah semuanya selesai, Yue lalu memakaikan Myu sebuah dress biru dan membiarkan Myu untuk menuju Papanya yang berada dibalkon kamar mereka.

Tindakan tersebut membuat Zen tersenyum, terlebih lagi saat dia melihat sebuah tanda pada pundak Myu saat ini. Akhirnya setelah Yue sudah membiarkan Myu untuk pergi, Myu langsung berlari kearah Zen, meninggalkan Yue yang berbalik dan melepaskan handuknya dan memakai pakaiannya.

"Apalah kamu sudah mandi?" tanya Zen setelah Myu datang kearahnya dan memeluk kakinya saat ini.

Myu tidak menjawab, tetapi dia hanya mengangguk dengan imut untuk menjawab pertanyaan Papanya tersebut. Zen yang melihat itu langsung meraih putrinya tersebut dan menggendongnya dan membawanya kembali kedalam kamar saat ini.

.

.

"Kamu akan kembali ke kota Horaud?" kata Ilwa setelah kelompok Zen beserta Myu saat ini akan berpamitan kepadanya untuk pergi.

"Memangnya ada apa Ilwa-san?" kata Zen setelah melihat Ilwa saat ini sedikit terganggu dengan kepergian kelompok Zen tersebut.

"Hah... bukan seperti itu Zen-kun, hanya saja aku akan menugaskanmu menyelidiki hilangnya ribuan mayat monster yang menghilang, yang telah kamu kalahkan dikota Ur" kata Ilwa.

"Menghilang?" tanya Zen.

"Ya, dan juga berkat pembantaianmu menghabisi kelompok bawah tanah kota ini, sekarang keadaan ditempat ini semakin kacau saat ini" kata Ilwa.

"Maafkan aku kalau begitu. Dan juga permintaanmu itu, maaf aku tidak bisa mengabulkannya, karena aku sudah berjanji kepada Myu untuk membawanya kembali pulang" kata Zen.

"Hahh.. baiklah, namun jika kamu mendapatkan informasi tentang tubuh monster yang hilang tersebut, bisakah kamu mengirimkan informasi tersebut kepadaku" kata Ilwa.

"Baiklah" kata Zen sambil tersenyum.

Ilwa langsung mengambil secarik kertas dan menuliskan sesuatu pada kertas tersebut dan memasukan kedalam amplop, dan menempelkan stempelnya pada amplop yang berisi surat yang ditulisnya tadi.

"Jika kamu sampai disana, bisakah kamu memberikan surat ini kepada ketua Adventure Guild kota tersebut" kata Ilwa sembari memberikan surat tersebut.

"Baiklah" jawab Zen singkat lalu mulai beranjak dari tempat tersebut bersama anggota kelompoknya saat ini.

Saat ini Zen sudah menaiki mobilnya bersama semua kelompoknya saat ini. Myu yang pertama kali menaiki benda ini juga merasa bersemangat untuk memuaskan rasa keingintahuan tentang benda ini.

Berbagai pertanyaan dia tanyakan dan dijawab dengan sabar oleh Zen, Yue, Shea maupun Tio. Tio walaupun sifat masokisnya masih terlihat, tetapi dia sebisa mungkin untuk menahan perilakunya itu jika bersama Zen dan putrinya.

"Kita akan langsung ke kota Horaud Zen?" tanya Shea.

"Ya, kita harus setidaknya menunjukan diri kita disana saat ini" kata Zen.

"Lalu bukannya benda yang kalian ciptakan, agar membuat saudara perempuanku bisa pergi ketempat ini akan selesai Zen?" tanya Yue.

"Yap, Namun kita akan kembali pulang ke Alaska setelah beberapa hari berada di Horaud saat ini" kata Zen.

"Apakah kita akan pergi kerumah Papa?" tanya Myu yang mengikuti percakapan papa mamanya tersebut.

"Apakah Myu tidak ingin pergi ketempat tinggal Papa saat ini?" tanya Zen sambil tersenyum.

"Mm-Mm" gumam Myu sambil mengelengkan kepalanya.

"Myu akan selalu mengikuti kemanapun Papa pergi" kata Myu. Mendengar itu Zen hanya tersenyum dan mengusap ringan kepala dari Myu yang langsung membuatnya tersenyum manis saat ini.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita berangkat" kata Zen sambil melajukan mobilnya meninggalkan kota itu dan langsung menuju kekota dimana tempat teman – teman sekelasnya berada saat ini.

Disisi lain, Rinko saat ini sedang mengotak atik komputernya untuk mengujicoba benda yang sedang dibuatnya saat ini. Layar pada komputernya saat ini sedang menunjukan perkembangan benda tersebut dan mencari sesuatu yang belum sempurna saat ini.

"Bagaimana Rinko-san?" tanya Lisbeth.

"Aku masih memeriksanya saat ini" kata Rinko.

Selang beberapa lama kemudian, akhirnya proses pengecekkanpun selesai dan ternyata masih banyak kesalahan pada benda tersebut, dan menyebabkan Rinko dan Lisbeth mengehembuskan nafas frustasi mereka.

"Hah... kalau seperti ini kapan selesainya?" kata Lisbeth.

"Tenanglah, Lagipula Zen juga tidak menuntut kita menyelesaikan ini dengan cepat" kata Rinko.

"Memang tidak, tetapi sepertinya kita yang menuntutnya" kata Lisbeth sambil tertawa saat ini.

Ditempat lain dikediaman Zen, seorang wanita sedang menghitung sesuatu saat ini. Dia saat ini sedang menghitung jumlah koin, mulai dari perunggu hingga emas, serta beberapa perhiasan dan barang berharga yang Zen teleportasikan sebelumnya.

Wanita itu atau Yuna sekarang sedang mencoba memilah mana barang yang akan dijual dan dijadikan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga ini, dan mana yang akan disimpan saat ini. Namun ditempat itu, Yui saat ini sedang memakaikan beberapa perhiasan pada tubuh mungilnya tersebut.

"Bagaiamana Yuna Mama?" tanya Yui menunjukan beberapa kalung dengan kristal yang indah pada kalung tersebut sambil memutarkan tubuh kecilnya.

"Sangat cantik, tetapi sebaiknya Yui mengenakannya saat Yui sudah sedikit lebih besar" balas Yuna kepada Yui.

"Benarkah?" kata Yui dan dibalas anggukan oleh Yuna.

"Kalau begitu Yui akan terus makan biar cepat, untuk menjadi besar seperti semua Mama Yui" kata Yui dengan ekspresi yang penuh tekat tersebut.

Bukan hanya Yui yang penuh tekad, Alice dan Rina saat ini yang sudah bisa menggunakan aliran mana pada keseluruhan tubuhnya, sekarang sedang berlatih beberapa skill yang diberikan Zen kepada mereka saat ini.

Mereka saat ini dibimbing langsung oleh Asuna, Suguha dan Sinon karena mereka sudah bisa menggunakan skill dengan pengendalian mana yang sangat sempurna saat ini, dan termasuk dalam kelompok yang akan bertempur bersama Zen kedepannya.

"DUUUUAAARRRRR"

Kebulan asap menutupi area tersebut, setelah skill yang dikeluarkan oleh kedua orang tersebut menyerang beberapa target latihan. Asuna yang melihat ini akhirnya menghentikan pelatihan tersebut.

"Baiklah mari beristirahat sejenak."