Leon memilih untuk tetap melanjutkan misinya. Dia menyadarkan dirinya bahwa dia tidak boleh terpengaruh. Dia tidak boleh membuang kesempatan ini apapun alasannya. Jika dia tidak mengambil kesempatan ini, rencananya akan sangat kacau. Masalah Lucinda akan Leon selesaikan saat Carson sudah diamankan. Ini semua demi Kristal.
Kristal adalah prioritas Leon.
***
Lucinda merasa sangat sial hari ini.
Saat ini Lucinda tersungkur dan merasa sudut bibirnya sobek dan berdarah. Dia baru saja dipukul oleh lelaki itu saat mencoba ultuk melarikan diri.
'Sial! Ini sangat sakit.' Keluh Lucinda dalam benaknya.
Lucinda mencoba bangun namun tiba-tiba lelaki itu menendang perutnya. Lucinda kembali terjatuh. Saat mencoba untuk bangkit lagi, lelaki itu sudah berada di belakang Lucinda dan melilitkan tali yang dia bawa ke leher Lucinda. Seketika Lucinda merasa sangat kesakitan dan sulit bernafas.
"MATI! MATI! MATI!" Teriak lelaki itu.
Lucinda mencoba untuk memberontak. Ia berusaha meraih tali yang ada di lehernya dan mencoba menariknya dengan semua kekuatannya. Usaha Lucinda gagal. Perbedaan kekuatan antara dirinya dan lelaki gila itu sangat jauh. Disaat Lucinda merasa pasokan udaranya sudah sangat menipis, ia sepertinya akan pasrah dan menerima nasibnya. Namun ternyata Lucinda menemukan sebuah harapan. Lucinda melihat pisau yang tadinya dibawa oleh lelaki itu tergeletak tak jauh darinya.
Lucinda berusaha untuk menggapai pisau itu. Ia merelakan lehernya yang saat terasa sangat pedih karena gesekan dari tali yang dililitkan di lehernya. Lucinda berusaha mempertahankan kesadarannya yang semakin menipis.
Akhirnya Lucinda berhasil menggapai pisau itu. Tak peduli jika ia memegang mata pisaunya sehingga tanganya mengeluarkan darah, Lucinda dengan sisa-sisa tenaganya langsung menusuk betis lelaki itu. Pisau itu tertancap di betis lelaki itu dan otomatis lelaki itu menjerit kesakitan lalu melepaskan jeratan tali dileher Lucinda.
"AARGHH! JALANG SIALAN! KUBUNUH KAU" Racau lelaki itu sembari memegang kakinya yang mengeluarkan banyak darah.
Lucinda yang sudah kehabisan tenaga mencoba untuk bernafas. Ia berusaha berdiri namun tidak bisa. Lucinda terlalu ketakutan. Kakinya terasa sangat lemas. Yang bisa ia lakukan sekarang hanya menyeret tubuhnya menjauh secara perlahan dari lelaki gila yang saat ini sedang merasa kesakitan itu.
Lucinda kembali mencoba untuk berdiri namun ia merasakan nyeri dari perutnya karena tendangan lelaki gila itu. Dengan semua tenaga yang tersisa, akhirnya Lucinda bisa bangkit dan disaat itu juga ia melihat lelaki gila itu melakukan hal yang sangat sangat gila.
Lelaki itu berusaha mencabut pisau yang tertanam di betisnya. Untuk menahan teriakannya, lelaki itu menggigit bajunya sendiri. Tangan kirinya ia letakkan di betisnya yang sudah tertutupi oleh darah sedangkan tangan kanannya digunakan untuk menarik pisau yang tertancap itu.
Dia berhasil menarik pisau itu dari kakinya.
"Shit!" Umpat Lucinda.
Kaki Lucinda kembali lemas, ia yang tadinya telah berhasil berdiri kini sudah terduduk pucat. Ia rasa ini adalah akhir hidupnya. Lelaki itu sekarang sudah berjalan kearahnya dengan memegang pisau yang penuh darah. Tidak ada yang bisa Lucinda lakukan. Dirinya terlalu takut untuk berteriak apa lagi untuk melarikan diri. Lelaki itu semakin mendekat. Semua tubuh Lucinda bergetar karena takut.
Sekarang lelaki itu sudah berada di depannya.
"To...tolong aku."Lirih Lucinda.
"MATI KAU JALANG!" Teriak laki-laki itu sambil mengayunkan pisaunya kearah Lucinda.
Lucinda menutup matanya. Berdoa di dalam hati meminta pengampunan atas dosanya dengan semua doa yang ia tahu. Meminta maaf kepada semua orang yang dikenalnya. Ia benar-benar sudah tidak bisa berpikir jernih. Ia sudah pasrah akan hidupnya malam ini.
JLEB.
"AARGHH!"
Terdengar suara teriakan yang sangat kuat.
Namun ada yang aneh. Itu bukan suara Lucinda. Ia yakin sekali itu bukan teriakan yang keluar dari mulutnya.
'Tu.. tunggu dulu. Aku masih hidup? Pikir Lucinda heran.
Kenapa dirinya masih hidup? Apa yang terjadi? Itu tadi teriakan siapa? Dengan mata yang masih tertutup muncul banyak pertanyaan dalam benaknya. Akhirnya ia merasa tidak ada pilihan lain. Lucinda memberanikan diri untuk membuka mata. Ia membuka matanya secara perlahan. Namun, Apa yang saat ini dilihat Lucinda benar-benar mengejutkan.
"Le...Leon?"
***
Saat ini Leon sedang menunggu Carson yang berhenti di sebuah minimarket. Meski ia memilih untuk tetap melanjutkan misinya, Leon tidak bisa berhenti memikirkan Lucinda. Leon merasa ada yang aneh. Dia merasakan firasat buruk tentang Lucinda.
"Ah Sial!" Rutuk Leon lalu pergi dari tempat itu dan mengejar Lucinda.
***
Setelah kembali ketempat dimana ia melihat Lucinda tadi, Leon sudah kehilangan jejak Lucinda. Di jalanan yang sangat sepi ini, Lucinda sudah tidak ada lagi. Awalnya Leon berpikir Lucinda sudah pulang. Namun, firasat buruknya kembali ketika ia mendengar teriakan yang terdengar tidak jauh dari tempatnya berdiri. Leon berlari sekuat tenaga ke sumber suara tersebut. Dia berharap itu bukan Lucinda. Dia ingin memastikan jika itu bukan Lucinda.
Akhirnya Leon sudah sampai ke sumber teriakan itu. Tetapi apa yang dilihat Leon saat ini benar-benar membuatnya marah. Leon melihat seseorang yang sedang akan mengayunkan pisau pada seorang wanita yang terduduk didepan orang itu. Leon mengenal wanita itu.
Itu... Lucinda
Dengan cepat Leon mengambil pisau berkarat yang harusnya ia gunakan untuk Carson dari dalam jaketnya. Leon menusukkan pisau itu ke bahu orang yang akan menyerang Lucinda. Orang itu berteriak kesakitan.
"Le...Leon?"
Leon menoleh pada Lucinda yang terlihat sangat ketakutan dan sekaligus kebingungan karena kehadiran dirinya. Leon hanya tersenyum. Setelah itu, Leon melihat sekeliling dan menemukan sebuah papan kayu. Selagi orang yang menyerang Lucinda sibuk karena rasa sakit pada bahunya, Leon mengambil papan kayu itu dan langsung memukulkan papan itu tepat dikepala orang itu. Setelah beberapa kali pukulan, orang itu tergeletak tak sadarkan diri dengan darah mengalir deras di kepala, bahu dan kakinya. Leon menghampiri Lucinda yang masih terlihat sangat bingung atas apa yang terjadi.
"Sakit?" Tanya Leon lembut.
Lucinda hanya menganggukkan kepalanya saat menjawab pertanyaan Leon. Saat ini ia sangat takut sekaligus bingung sampai ia tidak bisa mengeluarkan suaranya. Kenapa Leon bisa ada disini? Bagaimana dengan lelaki gila tadi? Apa dia mati? Leon menyelamatkannya?
"Kamu bisa berdiri Luce?" Tanya Leon ketika melihat keadaan Lucinda yang sangat kacau. Lucinda harus diobati pikirnya.
Lucinda menggelengkan kepalanya. Jujur saja setelah kejadian yang terjadi padanya, rasanya ia tidak sanggup untuk berdiri lagi. Setelah mendapat jawaban Lucinda, Leon tiba-tiba saja langsung menggendong Lucinda. Keadaan Lucinda saat ini tidak memungkinkan baginya untuk memarahi Leon yang sudah seenaknya menggendong dirinya tanpa izin. Lucinda hanya bisa pasrah. Yang Lucinda pikirkan saat ini hanya rasa sakit disekujur tubuhnya.
Leon berjalan sambil menggendong Lucinda menyusuri jalanan yang sepi ini hingga mereka sampai didepan sebuah mobil yang terparkir di dekat sebuah minimarket. Leon memasukan Lucinda kedalam mobil. Lucinda hanya diam. Dirinya tak memprotes semua perlakuan Leon karna Ia sangat bersyukur atas pertolongan Leon malam ini. Dan juga karena ia sangat lelah dan nyeri pada perutnya juga tak kunjung hilang. Setelah memasukkan Lucinda kedalam mobil, Leon mengeluarkan handphone miliknya dan menghubungi seseorang.
"Halo, kau dimana Max?"
***