webnovel

Kabur

Angel menatap horor Varo yang masih saja tersenyum.

"Gak. Lakukan saja seperti yang direncanakan. Tidak boleh turutin kemauan Varo atau batalkan saja."

Angel berdiri dan langsung meninggalkan mereka. Angel muak kalau harus mempercepat pernikahan sialan ini.

Angel memutuskan untuk masuk kamar dan menguncinya. Ia tak ingin Varo kembali masuk ke kamarnya.

Ting

Angel segera memeriksa notifikasi yang masuk. Ternyata dari Terong.

From Terong

Gavin dibawa kabur orang

Cepatlah ke sini.

Tanpa ba bi bu lagi Angel langsung meloncat dari kasur dan menyambar tas serta kunci mobil. Saat membuka pintu, Varo berada di depannya.

Angel tak perduli. Ia harus segera menangkap Gavin kembali. Secepat kilat Angel langsung pergi tanpa pamit ke para tamu maupun orang tuannya.

Angel langsung menaiki mobilnya tapi ia urungkan untuk segera meluncur karena Varo berada di jendela mobilnya.

"Angel, ada apa?."

"Bisakah kau menyingkir. Ada pasien darurat yang sedang ngamuk. Pergilah."

Angel menatap tajam Varo yang sedang menghalaginya.

"Tapi.. "

"VARO!."

Varo yang tak mengerti dengan sikap Angel barusan akhirnya mengalah. Ia melepaskan Angel untuk pergi.

Angel langsung meluncur ke markas. Angel mengebut dan sering mendapatkan klakson mobil lainnya. Ia tak perduli. Ia tak boleh kehilangan bajingan itu.

Angel sampai di markas dan langsung berlari ke dalam. Mobilnya ia parkirkan di depan markas dan kuncinya ia tinggal. Ia tak perduli. Mobil bisa ia urus belakangan.

Angel masuk ke dalam area sel tahanan Gavin dan terkejut saat melihat banyak orang yang terluka.

"Fu*k."

Angel segera menelusuri lorong yang ia anggap bisa dijadikan area pelarian Gavin.

Angel terkejut saat melihat Rai yang tergeletak memegangi lengannya. Ternyata lengannya tertembak.

"Rai! RAI!."

Rai pingsan. Angel segera menelepon para medis. Angel semakin gugup saat ia melihat siluet Teo yang juga terbaring tak jauh dari Rai.

Segera Angel menghampiri Teo. Angel menutup mulutnya saat melihat Teo yang meringis memegang perutnya.

"Teo.."

"Kejar dia Ngel. Dia berlari ke arah.. kanan lo."

"Lo bertahan. Bentar lagi para medis sampai."

Angel mengambil pistol Teo. Angel menatap Teo dengan tatapan bersalah.

"Lo harus bertahan. Harus."

Teo menganggukan kepalanya. Angel bisa bernafas dengan lega sedikit untuk keadaan timnya.

Angel langsung berlari sekencang yang ia bisa dan hampir saja terpeleset. Angel dapat melihat dengan jelas siluet tubuh Gavin.

Angel langsung membidik tubuh Gavin dan..

DOR

Angel berhasil menembak kaki kanan Gavin. Hal itu tak luput dari penghilahatan para bajingan yang menyelamatkan Gavin.

Mereka langsung menyerang Angel dengan tembakan. Angel langsung bersembunyi di belakang sebuah pilar. Angel memeriksa isi peluru di pistolnya. Hanya tersisa 2 peluru.

"Fu*k. Terpaksa main tangan kan."

Angel berbalik dan akan menembak mereka tapi sudah keduluan dengan suara tembakan orang lain. Ada beberapa orang yang ia kenal sedang menembaki para bajingan itu.

Angel langsung maju saat beberapa bajingan itu sudah tergeletak dan menyisakan satu orang yang sedang memegangi Gavin.

Angel langsung memukul orang itu hingga tersungkur. Tak puas sampai situ. Angel terus memukuli orang itu hingga mematahkan tulang tangannya.

Setelah puas memukuli orang itu hingga pingsan atau mati Angel tak tau, Angel menatap Gavin.

"Hai Gavin."

Angel langsung memukul kaki Gavin yang terluka akubat tembakannya. Gavin berteriak kesakitan.

"Ngel, udah."

Ternyata yang tadi membantunya adalah tim Kai.

Kai memegang tangan kanan Angel untuk berhenti berkelahi. Tapi Angel langsung hempaskan.

"Lepas. Gue mau kasih dia pelajaran atas acara kaburnya."

Angel menunduk dan mendekat ke arah kuping kiri Gavin.

"Denger ini baik-baik Gavin. Lo udah berani kabur dari gue dan lukai anak buah gue. Lo gak akan bisa kabur dari sini dengan mudah apalagi mati dengan mudah."

Angel langsung menonjok perut Gavin dan pergi.

Kai menggelengkan kepalanya dan tersenyum kepada timnya.

"Ya begitulah dia."

Angel memegangi tangannya yang daritadi ia buat memukuli orang. Tangannya lecet sedikit dan memerah. Angek menatap Kai.

"Dia jadi urusan lo sekarang. Jangan biarin dia kabur lagi atau gue patahin kaki lo."

Beberapa anak buah Kai merinding dengan ancaman Angel. Mereka melihat mata Angel memerah dan siap mengamuk kapan saja.

Angel segera peegi meninggalkan mereka. Angel harus menolong timnya yang sedang terluka.

🏵

Setelah Angel membawa temannya ke rumah sakit, Angel baru sadar jika Yulia menghilang.

"Te, dimana Yulia?."

Teo yanh sedang asik memakan buah kupasan Angel pun berhenti mengunyah.

"Gue lupa ngomong sama lo. Yulia lagi cuti soalnya dia hamil."

Angel terdiam. Yulia hamil? sejak kapan?.

"Sejak kapan dia hamil?."

"Dia gak bilang sih sama gue. Cuman tadi dia bilang bakal ngomong sendiri soal ini sama lo nanti."

Angel menganggukan kepalanya.

Angel melihat ke arah Rai yang juga sama sedang makan buah yang ia kupas.

"Gue mau pulang."

Mereka kompak menghentikan acara mengunyah mereka dan menatap Angel.

"Lo gak mau nungguin kita gitu?."

Teo nyerocos dengan mulut penuh kunyahan dan keluar sedikit. Angel menatap horor Teo.

"Habisin makan lo dulu baru ngomong. Jijik tau."

Angel berdiri dan segera berjalan menuju pintu keluar ruangan.

"Lo gak mau nungguin kita yang sedang sakit?."

Angel menoleh ke arah Teo dan Rai.

"Kalian gak koma kan? jadi gak usah manja."

Angel segera pergi dan memutuskan untuk ke ruang praktiknya. Hari sudah gelap dan ia malas pulang. Soal mobilnya, ternyata ayahnya yang mengurusnya. Jadi Angel tak perlu repot-repot lagi mencari mobilnya.

Angel berbaring di ranjang yang dibuat untuk memeriksa pasien. Angel menatap langit-langit ruang praktiknya ini.

Kebebasan yang selama ini ia jaga akan berakhir. Angel memutuskan untuk tidur dan melupakan segalannya.

🏵

Tidur nyenyak Angel terusik dengan suara ocehan seseorang. Dengan terpaksa Angel membuka matanya untuk melihat siapa yang berani mengganggu tidurnya.

Angel menatap datar Kai dan Teo. Mereka berdua sungguh cocok jadi pasangan ngerumpi.

"Apa yang kalian lakukan di sini?."

Kai tersenyum dan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

"Ehm.. itu.. Lo dicariin sama bos buat laporin soal kejadian tadi malam."

Angel menatap tajam Kai.

"Lo kan bisa laporin hal ini Kai."

"Tapi bokap lo gak mau gue."

"Harus ya gue?."

"Kan lo yang matahin kaki Gavin sampai lumpuh sementara."

"So what kalau dia bakal lumpuh?."

Kai menatap horor Angel. Bisa-bisanya Angel bilang so what.

"Lo tau kan kalau dia itu buronan gue udah lama. Dia tersangka atas semua kasus penculikan itu. Gimana kalau dia bunuh diri kalau tau dia bakal cacat sementara?."

Angel memutar matanya malas.

"Tinggal bilang aja kalau dia cuma cacat sementara."

"Angel!."

Angel memutuskan untuk kembali berbaring dan menghiraukan Kai. Tak lama Angel memejamkan matanya, suara Kai kembali menggelegar.

"Ngel! GIO KABUR NGEL!."

Angel langsung bangun dari acara rebahannya dan langsung meloncat turun. Kai dan Angel langsung berlari sekuat tenaga mereka. Kai langsung masuk mobilnya dan diikuti dengan Angel.

Kai ugal-ugalan dijalan dan Angel tambah mengompori Kai untuk tambah mempercepat kecepatan mobil Kai.

Saat sampai di markas, Angel langsung berlari keluar dari mobil dan meninggalkan Kai yang tergopoh-gopoh. Angel tak perduli.

Angel kaget saat melihat lobi markasnya dipenuhi dengan para agen yang tergeletak. Angel menci[m bau gas tidur dan segera menutupi hidungnya. Angel langsung berlari menuju basement. Disana, kakaknya sedang dikawal oleh anak buahnya untuk kabur.

"GIO!."

Entah apa yang Angel pikirkan sekarang, Ia langsung pergi menuju ke arah rombongan Gio tanpa senjata. Aksinya menuju maut terhenti saat sebuah mobil melaju kencang hampir saja menabraknya.

Ternyata mobil Kai. Angel segera menangkap pistol yang Kai lempar. Angel segera membidik beberap anak buah Gio.

Kai membantu Angel menghabisi para bajingan yang mencari masalah dengan Angel. Terjadi adu tembak selama hampir 15 menit.

Tersisa 2 anak buah yang masih setia melindungi Gio tanpa senjata. Peluru pistol Angel dan Kai sudah habis.

"Lo maju gue lindungin."

Angel mengangguk dan segera maju. Angel langsung memukul anak buah Gio yang maju menghadangnya. Ternyata anak buah Gio yang satu ini lincah berkelahi. Bahkan dia membawa belati.

Angel hampir saja kena belati itu jika saja tak menghindar. Alhasil pipi kanannya tergores sedikit dan mengeluarkan darah.

"Leo! Jangan lukai Angel."

Angel menatap Gio dengan tajam. Untuk apa Gio khawatir dengannya. Tanpa Angel sadari, Leo memukul perutnya.

"Jangan alihkan pandangan mu dari musuh nona muda."

Angel memegangi perutnya yang nyeri. Angel berdiri dengan tegak dan segera membalas serangan Leo.

Angel membabi buta saat memukuli Leo dan seketika Leo tumbang. Angel memgang tangan kanan Leo.

"Jangan mencari masalah dengan ku Leo."

Angel langsung memutar tangan kanan Leo. Angel melihat Leo yang sudah tak sadarkan diri. Kai juga sudah menumbangkan anak buah Gio yang satunya.

Kini tersisa Gio.

"Are you happy?."

Angel mendekat ke arah Gio.dan memukul perutnya tanpa ada peringatan.

"Lo harusnya sadar jika tak mudah keluar dati tempat ini sampai kapan pun."

Kai menahan tubuh Angel yang ingin menghajar Gio lagi.

"Ngel! Dia kakak lo."

"Gak sudi gue punya kakak seperti dia."

Angel langsung melepaskan Kai dari tubuhnya dan mengambil pistol yang tergeletak di bawahnya. Angel menatap benci Gio.

"Harusnya.. gue membunuh lo dari dulu."

Gio menatap sendu Angel dan segera merentangkan kedua tangannya. Ia pasrah jika Angel ingin membunuhnya.

Angel tanpa rasa bersalahpun segera menodongkan pistolnya ke arah Gio. Angel menarik pelatuknya dan mengarahkan pistolnya ke paha Gio.

DOR

Gio tak meringis ataupun menunjukkan ekspresi kesakitan. Gio masih saja tersenyum. Kai bahkan ngilu saat melihat Angel menembak paha Gio.

"Harusnya lo gak bisa kabur lagi dengan kaki pincang ini."

Angel langsung membuang pistolnya dan berbalik pergi meninggalkan Gio yang masih saja menatapnya.

Angel berhenti berjalan saat berada di dekat Kai.

"Dia menjadi urusanmu. Maaf jika aku merepotkan mu."

Kai mengangguk. Angel pergi dengan air mata yang mengalir tanpa sepengetahuan mereka. Angel masih menyayangi Gio.

Walau bagaimana pun perilaku Gio, dia tetaplah kakak Angel. Kakak yang selalu memanjakan dia dari dulu.

Kai memegang lengan Gio dan membantunya berdiri. Kai membantu Gio berjalan.

"Dia hanya ingin kau tak kabur saja Gio."

"I know."

"Jangan menghakimi perbuatan Angel hari ini."

Gio menatap Kai.

"Kau menyukai adik ku?."

"Mana mungkin gue suka sama rubah kecil itu."

Gio tau jika Kai menyukai adiknya walaupun Kai menyangkal. Ternyata selama ini banyak orang-orang yang menyukai adiknya.

"Sebentar lagi Angel akan menikah."

Gio berhenti berjalan dan begitupun Kai.

"Menikah?."

"Ya. Angel akan menikah dengan Alvaro."

Gio menatap Kai dengan kaget.

"Alvaro? psikopat itu?."

"Ehmm.. kau tau dia?."

Gio memegang kepalanya yang mendadak pusing.

"Dia adalah rekan ku."

🏵

TBC

🏵