webnovel

Never

Suasana hati Angel buruk dan berdampak dengan suasana sekarang. Angel diam saat ditanya ayahnya.

"Angel, ayah tanya sekali lagi. Kenapa kau menembak Gio?."

Angel diam dan hanya menatap ke samping.

"Angel.. jangan buat ayah marah."

Angel menghela nafas. Angel membenarkan posisi duduknya dan menatap ayahnya.

"Agar dia tak berulah lagi."

Ayah Angel menghela nafas lelah. Saat tau keadaan Gio, beliau merasakan sakit di hatinya apalagi Gio terluka akibat tembakan Angel. Ia tak ingin kedua anaknya berkelahi.

"Dia kakak mu."

"Bukan. Jika hanya ini yang ingin ayah katakan, Angel pergi."

Angel berdiri dan segera berjalan menuju pintu keluar ruangan ini. Saat tangan Angel menggapai handel pintu, Angel terhenti dengan perkataan ayahnya.

"Ayah punya tugas batu untuk mu."

Angel berbalik melihat ayahnya.

"Apa?."

"Duduklah."

Angel kembali duduk di kursi dan menerima map yang diberikan ayahnya. Angel kaget dengan isi map.

"Ayah.. ini.."

"Gavin tak sendirian dalam melakukan penipuannya. Ada pihak yang memiliki peran besar yang mengontrol semua tindakan Gavin."

"Ayah.. tapi ini.. Kak Riyan. Kakak gak mungkin.. "

Ayah Angel melepaskan kaca matanya dan menatap sendu Angel.

"Angel.. ini kenyataan. Riyan terlibat dalam semua ini."

Angel tak percaya dengan semua dokumen di tangannya. Angel harus mencari kebenaran dari semua ini.

"Kau tau nak, ayah sudah tak bisa mengontrol tindakan kedua kakak mu lagi. Jangan cari mereka. Lakukan tugas mu dan jalani hidup ini. Jangan lagi berusaha mencari mereka."

Angel menatap sang ayah dengan raut wajah kecewa. Angel selama ini selalu kesana kemari secara diam-diam untuk mencari kakaknya tanpa sepengetahuan ayahnya. Nyatanya selama ini ayahnya tau.

"Kalau ayah tau semua ini harusnya ayah berusaha mencegah tindakan kakak."

"Kakak mu itu tak ingin mendengarkan perkataan ayah lagi."

Angel meremas tangan kirinya yang berada di bawah meja.

"Angel terima. Tapi tim Angel.. ayah tau bagaimana kondisi tim ku akibat ulah Gavin dan Gio."

"Ayah sudah menyiapkan tim baru untuk mu. Kau akan masuk dalam tim Kai. Lakukan yang terbaik dan.. jangan buat ayah kecewa lagi. Cukup kemarin-kemarin kau mengecewakan ayah dengan semua tindakan mu. Kali ini jangan buat ayah marah. Bersiap-siaplah dan temui Kai sekarang."

Angel mengangguk dan berdiri pergi meninggalkan ruangan ayahnya. Angel berjalan dengan terburu-buru menuju ruangan Kai.

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Angel langsung masuk ke dalam ruang kerja Kai. Disana Kai terkejut dengan suara pintu yang dibanting.

Kai memegang dadanya yang berdetak kencang. Kai memegang dada kirinya dan menghela nafas. Kai langsung menatap tajam Angel yang berdiri di ambang pintu masuk.

"ANGEL! LO KALAU MAU BUAT GUE MATI GAK KAYAK GINI JUGA."

Angel masuk ke dalam dan membanting map yang ia bawa ke meja Kai.

"Puas lo sekarang?."

Kai melihat map yang dibanting Angel barusan dan menghela nafas berat.

"Ini perintah bos. Gue gak ada kuasa buat nolak tugas ini."

Angel menatap tajam Kai.

"Kenapa harus kak Riyan?."

Kai memalingkan wajahnya untuk melihat apapun selain wajah memelas Angel di depannya. Kai berdehem dan kembali duduk di kursi kerjanya.

"Duduk dulu. Gue bakal jelasin detailnya."

Kai tak mungkin menggali kuburannya sendiri. Ia masih ingin menikah dan memiliki keluarga. Ia belum sanggup bertemu malaikat maut di depannya.

Angel duduk dan menatap tajam Kai yang sedang salah tingkah ditatap tajam Angel. Memang biasanya Angel melakukan hal ini tapi kali ini ia tak bisa tak merasakan hawa menakutkan Angel.

"Gavin.. dulu anak om Reno. Beliau dan ayahmu adalah sahabat karib. Sejak kecil Gavin dan Riyan berteman baik bahkan seperti saudara. Saat Riyan meninggalkan rumah waktu itu, dia bekerja di sebuah gangster yang cukup terkenal akan kekejamannya. Saat pemimpin mereka meninggal, Riyan ditunjuk menggantikan beliau. Jadilah Riyan sebagai pemimpin gangster itu. Mereka kembali bertemu 5 tahun lalu saat Gavin mencoba menipu salah satu bawahan Riyan. Saat tau itu Gavin, Riyan membantu Gavin meluncurkan aksinya dengan kuasa yang ia miliki. Itulah yang gue tau sejauh ini."

Angel terdiam dan tak bereaksi apapun. Dengan hati dongkol, Angel berdiri dan meninggalkan Kai yang menatap Angel dalam kebingungan.

🏵

Angel menatap kosong makanan di depannya. Setelah mendengar penjelasan dari Kai, hati Angel sakit. Kakak yang ia kira baik ternyata menjadi pemimpin dari gangster yang selama ini ditakuti di wilayah asia.

Entah kenapa Angel begitu ingin melampiaskan amarahnya. Angel menatap piring di depannya dan langsung membanting piring itu ke lantai. Tak lupa Angel membanting gelas juga. Belum reda amarahnya, Angel hampir saja membanting ponselnya jika tangannya tak dicekal seseorang.

Angel berbalik menatap orang yang berani menghentikan aksinya. Angel menatap tajam orang itu.

"Jangan.."

Angel menarik tangannya dengan paksa dari cengkeraman orang itu. Angel langsung mencengkeram kerah orang itu.

"Danu. Lo berani banget halangin gue."

Danuarga Seno Aji adalah salah satu teman dokter psikolog yang juga bekerja di rumah sakit yang sama. Danu mencengkeram tangan Angel dan langsung membanting tangan Angel agar ia melepaskan cengkeramannya di kerah bajunya.

"Sadar Ngel."

Angel menghela nafas berat dan memukul meja makan.

"Pergi."

Angel berkata dengan nada suara rendah tapi tetap masih bisa di dengar Danu.

"Males."

Danu lebih memilih duduk di kursi dan menatap Angel yang sedang marah.

"Danuarga!."

Angel hampir saja menonjok muka Danu tapi tak berhasil karena Danu sudah menangkis serangan Angel.

"Angel! lo gila ya."

Danu berdiri dari duduknya dan menatap tajam Angel.

"Iya gue gila."

Danu menghela nafas beratnya melihat kelakuan Angel kali ini.

"Ada apa?."

Angel menatap Danu lama dan memeluknya. Danu menerima pelukan Angel.

"Kenapa.. kenapa harus keluarga ku."

Danu diam dan mengelus pundak Angel yang bergetar. Angel menangis dalam pelukan Danu.

"Mereka.. kejam pada ku."

Danu masih setia mengelus pundak Angel. Danu adalah teman Angel dari masa sekolah menengah dulu jadi dia tau bgagaimana keadaan psikologis Angel.

"Tenangkan dirimu Ngel."

Tanpa mereka sadari, Ada Varo yang melihat semua kejadian barusan. Iya kejadian dimana Angel memeluk Danu dan Danu membalas pelukan Angel.

Varo berjalan pergi dari rumah Angel dengan hati dongkol. Jadi selama ini ada seseorang yang lebih memahami Angel daripada dirinya.

Varo menancap gas mobilnya dengan kuat dan melaju pergi dari area rumah Angel. Varo mencengkeram stir mobil dengan kuat.

"Tak akan pernah gue biarkan Angel menjadi milik orang lain. Never."

Varo tersenyum licik dan menyusun segala rencana yang akan ia gunakan untuk menyingkirkan orang yang berani merebut Angel darinya.

🏵

TBC

🏵